Kesaksian Napi Saat Israel Gempur Penjara Iran yang Terkenal Kejam

Kesaksian Napi Saat Israel Gempur Penjara Iran yang Terkenal Kejam

BBC Indonesia - detikNews
Senin, 08 Sep 2025 08:51 WIB
Kondisi di dalam Penjara Evin setelah Israel melancarkan serangan. (Getty Images)
Jakarta -

"Bagi saya, neraka bukanlah saat Israel menyerang; neraka adalah saat mereka [aparat Iran] tidak mau membuka pintu [sel] untuk kami," kenang Motahareh Goonei dalam wawancara eksklusif dengan BBC.

Sebagai seorang aktivis politik, Goonei ditahan di sel isolasi di Penjara Evin yang terkenal kejam di Iran. Pada 23 Juni, penjara tersebut diserang secara sengaja oleh militer Israel.

Foto satelit, keterangan saksi, dan rekaman terverifikasi yang diperoleh BBC News Persia mengungkapkan detail baru tentang serangan pada jam-jam terakhir pertempuran Israel-Iran dan tentang mereka yang tewas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kompleks dengan tingkat keamanan tinggi yang terletak di tepi utara Teheran ini telah menahan ribuan tahanan politik selama setengah abad terakhir. Pada Juni, penjara tersebut menjadi lokasi serangan Israel paling mematikan di Iran.

Aparat Iran mengatakan 80 orang tewas, termasuk staf penjara, narapidana, petugas medis, pengunjung, dan warga sekitar.

ADVERTISEMENT

Dalam laporan yang diterbitkan pada 14 Agustus, Human Rights Watch menyatakan bahwa serangan udara Israel terhadap penjara tersebut merupakan tindakan melanggar hukum serta tergolong kejahatan perang.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa serangan dilakukan karena fasilitas tersebut "dipakai untuk operasi intelijen melawan Israel".

'Tiada jalan keluar'

Penjara Evin setelah gempuran Israel, pada Juni lalu.Penjara Evin setelah gempuran Israel, pada Juni lalu. (Getty Images)

Goonei menggambarkan momen ledakan yang mengguncang kompleks penjara itu: "Ketika saya mendengar ledakan ketiga, saya yakin tidak ada jalan keluar. Saya menggedor pintu sekuat tenaga, tetapi pintu itu tidak mau terbuka. Saya pikir 'inilah akhir hidup, ucapkan selamat tinggal'."

Tanpa diduga, Goonei dibebaskan dari selnya oleh tahanan lain. Begitu membuka pintu sel, Goonei langsung disambut asap tebal yang menyesakkan. Kata Goonei, para penjaga awalnya mencoba menghalangi narapidana untuk melarikan diri. Beberapa juru interogator penjara bahkan mengancam mereka.

Namun, dalam adegan yang ia gambarkan sebagai "mengerikan tetapi memanusiakan", para narapidana bergegas membantu sejumlah sipir yang terluka, menenangkan seorang petugas perempuan yang panik, dan membalut luka seorang juru interogator yang menangis.

Narapidana dari bangsal lain bergegas membantu para dokter dan perawat yang terjebak di klinik penjara.

Saeedeh Makarem, seorang dokter yang terluka parah dalam serangan itu, kemudian menulis di Instagram: "Para narapidana yang pernah saya rawat menyelamatkan hidup saya."

Seorang perempuan yang ditahan di Evin, memberi kesaksian dengan syarat namanya tidak disebutkan karena khawatir akan keselamatannya.

Dia menceritakan momen serangan itu kepada BBC.

"Awalnya terjadi beberapa ledakan beruntun yang cepat, dan suara itu berlangsung sekitar dua menit.

"Awalnya kami tetap di tempat tidur karena jendela-jendela pecah, lalu kami berpakaian dan semua membantu membawa para perempuan tua ke bawah. Tidak ada seorang petugas penjara yang membantu kami. Mereka menutup pintu dan melarang kami keluar."

Baca juga:

Dampak serangan Israel

Analisis BBC menunjukkan Israel menyerang Evin dengan setidaknya enam proyektil, merusak sedikitnya 28 bangunan di dalam kompleks tersebut.

IDF mengatakan telah melakukan "serangan terarah" terhadap "simbol penindasan terhadap rakyat Iran" seraya mengklaim bahwa langkah-langkah telah diambil untuk meminimalkan kerugian bagi warga sipil.

Namun, seorang kerabat tahanan politik yang datang berkunjung beberapa menit setelah ledakan, mengatakan, "Mereka yang keluar dari penjara mengatakan ada mayat di mana-mana. Beberapa tahanan telah keluar, tidak ada yang mencoba melarikan diri hanya tertegun."

Otoritas Iran mengatakan 75 narapidana melarikan diri selama kekacauan tersebut. Beberapa kemudian ditangkap kembali atau kembali secara sukarela.

Siapa saja para korban?

Para pejabat Iran mengatakan bahwa dari 80 orang yang tewas dalam serangan itu, 42 orang di antara mereka adalah staf penjara dan lima orang adalah narapidana. Hanya nama-nama staf penjara yang dirilis pemerintah Iran.

BBC News Persia telah memverifikasi secara independen identitas dan keadaan seputar kematian tiga korban melalui wawancara dengan kerabat mereka. Mereka adalah:

  • Masoud Behbahani, , seorang warga negara ganda Iran-Amerika, yang ditahan atas tuduhan terkait kasus keuangan. Keluarganya menerima laporan yang saling bertentangan tentang kematiannya dari Organisasi Penjara Iran.
  • Arvin Mohammadi, 37, tewas di gedung administrasi saat sedang mengajukan jaminan untuk pembebasan sementara ayahnya dari penjara.
  • Mehrangiz Imanpour, 61, seorang pelukis kenamaan, tewas akibat pecahan proyektil.

Korban-korban tewas lainnya mencakup seorang ibu yang memiliki anak berusia satu tahun, seorang dermawan yang datang untuk mengurus pembebasan seorang tahanan, lima pekerja sosial, 13 anak muda yang menjalani wajib militer, dan seorang anak berusia lima tahun dari salah satu pekerja sosial.

Setelah serangan di Penjara Evin, nasib para tahanan transgender masih belum diketahui. Beberapa laporan media mengklaim bahwa 100 tahanan transgender telah tewas, tetapi investigasi BBC Persia mengungkapkan bahwa hal ini tidak benar.

Reza Shafakhah, seorang pengacara di Iran yang telah memantau situasi para tahanan transgender, mengatakan kepada BBC: "Ada kekhawatiran serius tentang situasi mereka. Tidak seorang pun tahu di mana para tahanan ini sekarang."

Mengapa Israel menyerang Penjara Evin?

Israel menuduh penjara tersebut digunakan untuk "operasi intelijen [melawan Israel], termasuk kontra-spionase". Israel belum menanggapi pertanyaan dari BBC tentang siapa dan apa target mereka atau senjata yang digunakan, atau apakah mereka mengantisipasi kematian warga sipil.

Sebulan setelah serangan, Amnesty International menerbitkan laporan mengenai insiden tersebut.

"Mengarahkan serangan terhadap objek sipil dilarang keras berdasarkan hukum humaniter internasional. Melakukan serangan semacam itu secara sadar dan sengaja merupakan kejahatan perang," kata Erika Guevara Rosas, Direktur Senior Riset, Advokasi, Kebijakan, dan Kampanye di Amnesty.

Kantor hak asasi manusia PBB menyatakan Evin "bukanlah sasaran militer" dan serangan itu melanggar hukum humaniter internasional.

Simak juga Video: Pengadilan Iran: Serangan Israel ke Penjara Evin Tewaskan 71 Orang

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads