Pilu Lima Jurnalis Tewas dalam Serangan Israel di RS Gaza

BBC Indonesia - detikNews
Selasa, 26 Agu 2025 13:33 WIB
Mariam Dagga (kiri), jurnalis visual Palestina yang bekerja lepas untuk AP, memeluk seorang rekan jurnalis di Khan Yunis di Jalur Gaza selatan pada 18 Januari 2025. (AFP via Getty Images)
Jakarta -

Setidaknya 20 orang, termasuk lima jurnalis yang bekerja di media internasional, tewas terbunuh dalam serangan ganda Israel di Rumah Sakit Nasser yang berlokasi di Khan Younis, Gaza bagian selatan, wilayah yang dikuasai oleh Hamas menurut Kementerian Kesehatan.

Para jurnalis tersebut bekerja untuk kantor berita internasional seperti Associated Press, Reuters, Al Jazeera, dan Middle East Eye, seperti dikonfirmasi oleh media-media tersebut.

Empat petugas medis juga tewas dalam serangan ini, menurut kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Video yang merekam serangan menunjukkan serangan kedua dari Israel menyasar tim penyelamat yang tiba di rumah sakit yang menjadi dari serangan pertama.

Perdana Militer Israel, Benjamin Netanyahu, menyebut insiden itu sebagai "kecelakaan tragis", seraya mengatakan otoritas militer Israel sedang "melakukan penyelidikan menyeluruh".

Kematian lima jurnalis ini menambah daftar panjang jumlah jurnalis yang tewas di Gaza sejak perang dimulai pada Oktober 2023, mencapai sekitar 200 orang.

Badan terkemuka yang mengedepankan kebebasan pers, Committee to Protect Journalists (CPJ), mencatat konflik di Gaza adalah yang paling mematikan bagi jurnalis.

CPJ mencatat bahwa selama dua tahun terakhir, angka kematian jurnalis di Gaza melebihi total kematian jurnalis yang tercatat secara global dalam tiga tahun sebelumnya.

Sejak perang dimulai, Israel telah melarang jurnalis internasional untuk masuk ke Jalur Gaza secara mandiri.

Kendati sejumlah jurnalis dibawa oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) ke Gaza dengan akses terbatas, media internasional sangat bergantung pada jurnalis lokal untuk sebagian besar liputan mereka di sana.

EPA, AP, ReutersLima jurnalis yang tewas dalam serangan Israel baru-baru ini (dari atas sebelah kiri): Husam al-Masri, Miriam Dagga, Ahmed Abu Aziz, Mohammad Salama, dan Moaz Abu Taha

Video dari lokasi serangan pada Senin (25/08) menunjukkan seorang dokter di pintu masuk rumah sakit utama di Gaza selatan sedang memperlihatkan pakaian berlumuran darah kepada para jurnalis, menyusul serangan pertama.

Tiba-tiba terjadi ledakan yang membuat orang-orang berlarian mencari perlindungan. Terlihat seorang pria yang terluka akibat ledakan itu berusaha menyeret dirinya sendiri untuk mencari tempat aman.

Video lain yang direkam secara langsung oleh al-Ghad TV menunjukkan beberapa tenaga medis dan gawat darurat sedang berjibaku dengan dampak serangan pertama di dekat lantai atas Rumah Sakit Nasser, sementara sejumlah jurnalis di belakang mereka merekam kejadian tersebut.

Dalam rekaman video itu, terlihat sebuah tangga tempat para jurnalis sering berkumpul untuk melihat pemandangan Kota Khan Younis.

Sebuah serangan kemudian langsung mengenai para petugas medis dan jurnalis, mengakibatkan asap dan puing beterbangan. Setelah kejadian, setidaknya satu jenazah terlihat.

Anadolu via Getty ImagesBangunan Rumah Sakit Nasser yang rusak setelah serangan Israel di Khan Yunis, Gaza, pada 25 Agustus 2025.

Kantor berita Reuters melaporkan juru kameranya, Husam al-Masri, termasuk di antara korban tewas.

Masri, yang sedang mengoperasikan siaran langsung dari atap, tewas seketika saat serangan pertama terjadi, menyebabkan siaran tersebut terputus.

Saksi mata juga mengatakan bahwa Hatem Khaled, fotografer lepas yang bekerja untuk Reuters, terluka dalam serangan kedua.

Sementara itu, Associated Press (AP) menyebut jurnalis lepas yang melaporkan untuk kantor berita ini, Mariam Dagga, termasuk dari jurnalis yang tewas dalam serangan.

Kantor berita itu menyatakan "terkejut dan sedih" atas kematian jurnalis perempuan berusia 33 tahun tersebut.

Jurnalis lain yang tewas dalam serangan itu adalah Mohammad Salama yang bekerja untuk Al Jazeera, serta jurnalis Ahmed Abu Azis dan fotografer Moaz Abu Taha yang bekerja untuk Middle East Eye.

Jaringan televisi AS, NBC, bilang Taha tidak bekerja untuk mereka seperti yang dilaporkan sebelumnya.

Sementara Reuters berkata Taha telah bekerja untuk beberapa organisasi media sebelumnya, termasuk untuk kantor berita ini.

Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas menyebut salah satu anggotanya sebagai korban dalam serangan di rumah sakit tersebut, lapor kantor berita AF.

Hadil Abu Zaid, petugas program dari badan amal asal Inggris, Medical Aid for Palestinians, menyatakan dalam sebuah pernyataan kepada media bahwa ia sedang mengunjungi Unit Perawatan Intensif (ICU) "ketika ledakan-ledakan terjadi di ruang operasi tepat di sebelah kami"

"Korban tewas dan luka ada di mana-mana," ujarnya, seraya menambahkan bahwa apa yang ia lihat "sangat memprihatinkan".

Tak lama setelah insiden, kecaman keras terhadap serangan tersebut bermunculan.

"Pembunuhan mengerikan terbaru ini menyoroti risiko besar yang dihadapi tenaga medis dan jurnalis saat mereka menjalankan tugas penting di tengah konflik brutal ini," kata Sekretaris Jenderal PBB, Antnio Guterres.

Dia menuntut dilakukannya "penyelidikan yang cepat dan tidak memihak" selain "gencatan senjata yang segera dan permanen".

Kepala badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina (UNRWA), Philipe Lazzarini, menyatakan banyaknya kematian jurnalis dalam konflik di Gaza "membungkam suara-suara terakhir yang melaporkan tentang anak-anak yang sekarat secara perlahan di tengah kelaparan".

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy mengatakan dia "ngeri" dengan serangan mematikan itu, yang disebut oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron sebagai "tidak dapat ditoleransi".

Bangunan Rumah Sakit Nasser yang rusak akibat serangan Israel pada 25 Agustus 2025. (Anadolu via Getty Images)

Serangan pada Senin (25/08) terjadi dua pekan setelah enam jurnalis, empat di antaranya jurnalis Al Jazeera, tewas dalam serangan Israel di Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza.

Berdasarkan pernyataan dari kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza pada Senin, ada 58 jenazah korban serangan Israel yang telah tiba di rumah sakit Gaza dalam sehari terakhir.

Selain itu, disebutkan juga masih ada banyak jenazah yang tidak dapat dijangkau karena tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang runtuh.

Kementerian kesehatan mengatakan jumlah jenazah itu termasuk 28 orang yang meninggal dunia saat mencoba mendapatkan pasokan bantuan makanan di lokasi pendistribusian bantuan.

Rumah sakit juga mencatat tambahan 11 orang meninggal dunia akibat malnutrisi, termasuk dua anak-anak, menurut kementerian kesehatan.

Ini menambah korban jiwa akibat malnutrisi mencapai 300 orang, termasuk 117 anak-anak.

Perang ini dipicu serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober, yang menyebabkan 1.200 orang di Israel tewas dan 251 lainnya disandera di Gaza.

Israel merespons serangan ini dengan operasi militer besar-besaran, yang mengakibatkan 62.744 warga Palestina tewas, menurut data kementerian kesehatan di Gaza.

Oleh PBB, data dari kementerian kesehatan dianggap bisa dipercaya.

Lihat juga Video: Detik-detik Fotografer Reuters Tewas Kena Rudal Israel saat Bertugas




(ita/ita)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork