Minimarket Jadi Tempat Mengusir Kesepian Warga Korea Selatan

Minimarket Jadi Tempat Mengusir Kesepian Warga Korea Selatan

BBC Indonesia - detikNews
Sabtu, 23 Agu 2025 15:58 WIB
Tanda bertuliskan, 'ruang pelarian, setengah harga' di pedestrian populer di Seoul - kota ini memiliki misi untuk mencegah tumbuhnya rasa kesepian di antara warganya. (Getty Images)
Jakarta -

Hee-kyung tertawa kecil saat memasuki "minimarket penuh kasih sayang" yang baru di Seoul.

Usianya masih 29 tahun. Namun, ia turut memanfaatkan layanan terbaru ibu kota Korea Selatan untuk mengusir kesepian. Hee-kyung pun menjadi satu-satunya anak muda yang memakai jasa tersebut mengingat sebagian besar pelanggannya berusia 40-50 tahun.

Hee-kyung tiap hari berkunjung ke minimarket tersebut. Ia menghabiskan berjam-jam untuk sekedar ngobrol dengan pengunjung lain sembari menyantap mie instan gratis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak punya tempat lain untuk pergi jika bukan karena [toko ini]," ucap Hee-kyung.

Sohn, 68 tahun, juga mengunjungi toko tersebut sekali seminggu untuk menonton film dan lepas sejenak dari rumahnya yang sempit.

ADVERTISEMENT

"[Toko-toko ini] seharusnya sudah ada sebelum saya lahir. Rasanya menyenangkan menghabiskan dua hingga tiga jam di sini," katanya.

Minimarket ini diluncurkan beriringan dengan kampanye "Seoul Without Loneliness" pada akhir 2024. Tujuannya, menjadi wadah bagi mereka yang kesepian dan merasa tidak diterima di berbagai tempat, kata pengelola toko.

Apa itu 'minimarket penuh kasih sayang'?

Sebuah studi 2022, mengungkap sekitar 130.000 orang muda dengan rentang usia 19-39 tahun di Seoul mengalami isolasi sosial atau mengurung diri.

Studi yang sama juga menemukan, proporsi rumah tangga beranggotakan satu orang di Seoul telah mencapai hampir 40%.

Hal ini membuat pemerintah khawatir mengingat mereka berupaya membalikkan tren angka kelahiran dan pernikahan yang menurun tajam.

Ketika BBC berkunjung di sebuah toko serba ada di Distrik Dongdaemun, belasan pengunjung yang terdiri dari laki-laki dan perempuan dari berbagai umur tengah duduk di bangku atau bersandar di beanbag. Mereka menonton film bersama.

Orang-orang duduk di kursi dan beanbag sambil menonton film bersamaToko-toko ini dirancang mirip dengan ruang tamu di rumah yang menawarkan kenyamanan dan kehangatan (Jake Kwon/ BBC)

Lokasi Dongdaemun dipilih karena dekat dengan perumahan berpendapatan rendah dan penduduk tinggal sendirian di apartemen kecil.

"Kami mengadakan hari film untuk mendorong ikatan sosial yang lebih erat," bisik Kim Se-heon, manajer Divisi Penanggulangan Kesepian Kota.

Baca juga:

Selain mereka yang sedang bersiap menonton film, seorang perempuan tua menutup matanya sambil menikmati kursi pijat otomatis yang berbunyi mendengung di salah satu sudut. Di sisi lain, terdapat tumpukan mie instan.

"Ramen adalah simbol kenyamanan dan kehangatan di Korea Selatan," jelas Kim.

Sambil menunggu mie matang, pengunjung diminta mengisi survei singkat tentang suasana hati dan kondisi hidup mereka.

Lee In-sook berkaos biru tersenyum di mejanya di toko serba adaJake Kwon/ BBCLee In-sook bekerja sebagai konselor di toko serba ada

Tiap hari, toko ini menerima sekitar 70 hingga 80 pengunjung. Ini hanyalah sebagian kecil dari jumlah orang yang semakin banyak mengalami isolasi sosial yang ingin dijangkau oleh kota.

Tidak hanya yang berada di Dongdaemun, toko "penuh kasih sayang" lain juga selalu menawarkan suasana hangat dan nyaman seperti kafe.

Toko-toko ini didirikan khusus untuk menyambut mereka yang tidak diterima di tempat lain, jelas Manajer Toko Lee Bo-hyun.

Toko-toko tersebut tidak hanya menyediakan ruang dan film, tapi juga pendingin udara selama bulan-bulan panas terik bagi warga berpenghasilan rendah dan tidak mampu membeli AC di rumah.

Baca juga:

Tempat ini juga dimaksudkan sebagai ruang bagi orang-orang yang kesepian agar mereka bisa menghindari stigma dan leluasa meminta bantuan.

Pilihan nama "minimarket" adalah upaya untuk menjauhkan mereka dari klinik kejiwaan. Ini penting karena di Korea Selatan masih ada stigma terhadap orang-orang yang meminta bantuan untuk kesehatan mental, terutama di kalangan penduduk lanjut usia.

'Pelarian dari kesepian'

Sohn, 68 tahun, salah satu pelanggan tetap minimarket ini. Tiap pekan, ia datang untuk menonton film dan keluar dari rumah yang sempit.

Selama lebih dari lima dekade, Sohn hidup merawat ibunya yang menderita aneurisma otak. Akibatnya, dia tidak pernah menikah atau memiliki anak.

Uang yang dikumpulkan selama ini sebagian besar dialokasikan untuk perawatan ibunya. Kini, tanpa uang dan berjalan dengan tongkat sejak mengalami pendarahan otak beberapa tahun lalu, ia mengaku tidak banyak tempat untuknya.

"Tempat-tempat membutuhkan uang, pergi ke bioskop juga membutuhkan uang," katanya.

Empat orang pria duduk berderet di stasiun metro sambil menatap layar ponsel di Seoul, 8 April 2025Getty ImagesMakin banyak warga Korea Selatan yang merasa terisolasi secara sosial dari hasil riset

Selain Sohn, ada Hee-kyung yang masih berusia 29 tahun. Ia kabur dari rumah dan tidak lagi berbicara dengan siapa pun dari keluarganya. Ia tinggal sendirian dan menghabiskan waktu menonton video hewan lucu di ponselnya sambil berbaring di lantai.

Teman-teman dikenalnya secara daring melalui komunitas penggemar grup K-pop Super Junior dan mereka tinggal berjauhan. Saat ini, ia menganggur sehingga tidak memiliki rekan untuk diajak ngobrol.

Baca juga:

"Saya berkata pada diri saya sendiri, 'setiap hari adalah kesempatan untuk melarikan diri dari rasa kesepian'," kata Hee-kyung.

Hee-Kyung adalah salah satu dari 20.000 orang yang mengunjungi empat minimarket khusus ini sejak tempat itu dibuka pada Maret. Kota tersebut awalnya memperkirakan hanya 5.000 pengunjung pada tahun pertama.

Mengapa kesepian meningkat?

Perubahan yang dialami Korea Selatan sangat drastis: dalam satu generasi, negara ini berubah dari masyarakat agraris yang dilanda perang menjadi ekonomi yang maju.

Beberapa dekade lalu, keluarga besar dengan enam hingga delapan anak tinggal di bawah satu atap adalah hal lazim.

Namun, migrasi ke kota selama bertahun-tahun telah memperkecil ukuran keluarga dan mengubah tempat seperti Seoul menjadi kota metropolis yang karut marut.

Dua orang pria bermain Janggi atau catur Korea di pinggir jalanan Seoul, 1 Juli 2025Getty ImagesWarga Korea Selatan yang telah lanjut usia dan merasa kesepian terus meningkat berdasarkan laporan

Perumahan yang tidak terjangkau, biaya hidup yang meningkat, dan jam kerja yang melelahkan telah membuat semakin banyak anak muda menolak pernikahan atau menjadi orang tua.

Di sisi lain, warga lansia merasa diabaikan oleh anak-anak muda yang berusaha keras untuk mengejar ketertinggalan.

"Anda tahu pepatah, makanan paling tidak enak adalah yang dimakan sendirian? Saya bertanya kepada orang-orang tua yang datang ke sini apakah mereka makan dengan baik. Mereka akan menangis hanya karena ditanya pertanyaan itu," kata Lee In-sook, konselor di toko tersebut.

Baca juga:

In-sook pun memahami tidak enaknya sendirian setelah bercerai dan anak-anaknya yang sudah dewasa meninggalkan rumah.

Pertama kali Hee-kyung, yang usianya sekitar sama dengan anak In-sook, datang ke toko, dia langsung menarik perhatiannya.

Seperti banyak pengunjung lain, Hee-kyung diam pada hari pertama, hampir tidak berbicara dengan orang lain. Pada kunjungan kedua, dia mulai berbicara dengan In-sook.

Bagaimana cara pemerintah mengatasi kesepian?

Jumlah warga lansia yang meninggal seorang diri terus meningkat. Acap kali jenazah mereka tidak ditemukan sampai berhari-hari atau berminggu-minggu kemudian.

Kondisi ini membuat pejabat Kota Seoul cukup khawatir dan mengambil tindakan.

Misi tersebut segera diperluas untuk menangani kesepian. Namun, Seoul bukan yang pertama melakukannya.

Pada 2018, UK menunjuk pejabat setingkat menteri untuk menangani kesepian warga. Jepang bahkan mendirikan lembaga untuk menangani masalah kesepian yang semakin parah selama pandemi Covid-19.

Fenomena menarik diri sepenuhnya dari masyarakat cukup umum di Jepang sehingga memiliki nama khusus: hikikomori. Di Korea Selatan, jumlah anak muda yang secara sukarela memisahkan diri dari masyarakat yang sangat kompetitif dan menuntut makin meningkat.

"Mungkin pandemi yang menyebabkan hal ini," kata Lee Yu-jeong, yang mengelola salah satu program anti-kesepian di Seoul.

Dia menyoroti ketika anak-anaknya tetap berkutat dengan ponsel pintar saat teman-teman mereka berkunjung.

"Orang-orang saat ini mengungkapkan betapa sulitnya memiliki jaringan pertemanan. Kesepian telah menjadi sesuatu yang perlu ditangani sebagai masalah masyarakat."

Langkah pertama adalah membuka layanan hotline bagi orang-orang yang membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Survei nasional pada tahun 2023 menemukan bahwa sepertiga dari orang dewasa Korea tidak memiliki siapa pun untuk dimintai bantuan dalam urusan rumah tangga atau diajak bicara saat merasa sedih.

Konselor-konselor menawarkan panggilan selama 40 menit untuk membahas topik apa pun. Park Seung-ah melakukan tiga panggilan sehari dari kubikelnya.

"Saya terkejut melihat begitu banyak anak muda yang menginginkan sesi ini. Mereka ingin berbagi beban di dada mereka, tetapi seringkali ada dinamika kekuasaan dengan orang tua atau teman-teman mereka. Jadi mereka datang kepada kami."

Baca juga:

Toko-toko "penuh kasih sayang" pun segera bermunculan, sebuah lokasi fisik di mana orang-orang yang kesepian diterima.

Namun, beberapa pengunjung terlihat canggung saat mereka masuk untuk pertama kalinya. Kondisi ini diperparah oleh pengalaman isolasi mereka.

Pengunjung sering merasa tidak nyaman berbicara dengan orang lain atau makan bersama pada awalnya, kata Manajer Toko Lee.

"Kesepian yang khas, jika berulang selama berhari-hari, berbulan-bulan, dan setengah tahun akan menjelma lebih dari sekadar perasaan," ucap Lee.

"Orang-orang itu mulai menghindari tempat-tempat yang ramai. Banyak yang bertanya apakah mereka bisa membawa ramen untuk dibawa pulang karena mereka tidak mau makan bersama orang lain."

Lee akan mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak perlu berbicara. Mereka bisa duduk di meja yang sama dan makan mie.

Sudah berbulan-bulan sejak Hee-kyung menjadi salah satu pendatang baru yang pendiam. Kini, ia akrab dengan In-sook. Ketika In-sook bercerita tentang putrinya, suaranya tercekat tiba-tiba.

"Aku akan memelukmu," kata Hee-kyung dengan tegas. Dia berjalan dari sisi lain ruangan dan memeluk In-sook.

Tonton juga Video: Jajan di Minimarket Ala Korea

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads