Pilu Pria Down Syndrome Diserang Anjing Militer Israel-Meninggal

Pilu Pria Down Syndrome Diserang Anjing Militer Israel-Meninggal

BBC Indonesia - detikNews
Kamis, 18 Jul 2024 17:48 WIB
Jakarta -

Peringatan: Artikel ini memuat konten yang mungkin mengganggu kenyamanan Anda.

Muhammed Bhar adalah pria berusia 24 tahun dengan down syndrome dan autisme.

Bobot tubuhnya yang berat dan sulit bergerak, membuatnya menghabiskan hari-harinya dengan duduk di sofa. Jika dia membutuhkan sesuatu, ada keponakan yang biasa membantu.

Ibunya, Nabila Bhar, 70, mengatakan kepada BBC: "Dia tidak tahu cara makan, minum, atau mengganti pakaian. Sayalah yang mengganti popoknya. Sayalah yang memberinya makan. Dia tidak tahu cara melakukan apa pun sendirian."

Pada 27 Juni silam, perang kembali terjadi di kawasan permukiman tempat tinggal keluarga Bhar.

Bersama dengan penduduk Shejaiya lainnya, di sebelah timur pusat Kota Gaza, keluarga Bhar diberi perintah untuk mengungsi oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

IDF bergerak merangsek ke Shejaiya untuk mengejar kelompok milisi Hamas yang bertempur dari terowongan dan rumah-rumah. Tapi keluarga Bhar sudah lelah bergerak.

Dengan nada letih, Nabila menyebutkan nama rumah kerabat yang mereka tempati.

"Kami mengungsi sekitar 15 kali. Kami pergi ke tempat Jibreel, tapi kemudian terjadi pengeboman di tempat Jibreel," ujar perempuan yang telah lama menjanda tersebut.

"Kami pergi ke Lapangan Haydar, tapi kemudian terjadi pengeboman di Lapangan Haydar. Kami pergi ke Rimal, tapi kemudian terjadi pengeboman di Rimal. Kami pergi ke Lapangan Shawa, tapi ada pengeboman di Lapangan Shawa," katanya kemudian.

Nabila Bhar BBCNabila Bhar mengatakan keluarganya harus mengungsi sebanyak 15 kali ketika tentara Israel merangsek ke Kota Gaza pada akhir Juni 2024.

Pertempuran semakin intensif di jalan-jalan sekitar rumah mereka. Keluarga Bhar bersembunyi di berbagai bagian rumah, seringkali di kamar mandi ketika penembakan semakin besar.

"Kami dikepung selama tujuh hari. Tank dan tentara ada di sekitar rumah Muhammed hanya duduk di sofanyadan dia tidak suka duduk di mana pun kecuali di sana," kata Nabila, ibu Muhammad.

Bagi Muhammed, perang berarti suara yang keras, udara bergetar karena ledakan mortir di dekatnya. Semua ini tidak bisa dijelaskan kepadanya.

"Dia panik dan berkata, Saya takut, takut," kenang Nabila.

"Dia akan berkata, 'Hei, hei', mengira ada yang ingin memukulnya. Dia selalu takut. Kami akan mengelilinginya, menghiburnya. Dia tidak banyak mengerti. Kondisi autismenya membuatnya sangat sulit."

Baca juga:

Pada 3 Juli lalu, menurut keluarga tersebut, IDF menggerebek rumah mereka di Jalan Nazaz.

Nabila mengatakan ada puluhan tentara Israel yang membawa seekor anjing tempur hewan yang digunakan untuk menemukan anggota Hamas sekaligus mendeteksi jebakan dan bahan peledak.

Awalnya Nabila mendengar serdadu-serdadu Israel "mendobrak dan menghancurkan segalanya". Kemudian, mereka masuk rumah dengan membawa anjing.

Nabila memohon kepada para tentara agar menjauh dari putranya.

"Saya mengatakan kepada mereka, Dia cacat, cacat. Kasihanilah dia, dia cacat. Jauhkan anjing itu darinya.'"

Nabila melihat binatang itu menyerang Muhammed.

"Anjing itu menyerangnya, menggigit dadanya dan kemudian tangannya," tutur Nabila.

"Muhammed tidak berbicara, hanya bergumam, 'Tidak, tidak, tidak.' Anjing itu menggigit lengannya dan darahnya tertumpah. Saya ingin menghampirinya tapi tidak bisa."

"Tidak ada seorang pun yang bisa mendekatinya. Dia menepuk-nepuk kepala anjing itu sambil berkata, cukup sayangku. Pada akhirnya, dia mengendurkan tangannya, dan anjing itu mulai mencabik-cabiknya saat dia berdarah," jelasnya.

Pada saat itu, kata Nabila, para serdadu membawa Muhammed ke ruangan lain dan menjauhkannya dari anjing tersebut. Mereka mencoba mengobati lukanya.

Muhammed yang ketakutan, yang selalu bergantung pada bantuan keluarganya, kini berada dalam perawatan tentara Israel.

Baca juga:

"Mereka membawanya pergi, menempatkannya di ruangan terpisah, dan mengunci pintu. Kami ingin melihat apa yang terjadi padanya. Kami ingin bertemu Muhammed, melihat apa yang terjadi padanya," kata Nabila.

"Mereka menyuruh kami diam dan mengarahkan senjata ke arah kami. Mereka menempatkan kami di sebuah ruangan terpisah dari Muhammed."

"Dia sendirian di ruangan lain. Mereka berkata, 'Kami akan membawa dokter militer untuk merawatnya.'"

Menurut Nabila, seorang dokter militer datang dan masuk ke kamar tempat Muhammed berada.

Keponakan Muhammed, Janna Bhar, 11, menggambarkan bagaimana keluarganya memohon kepada tentara untuk membantu pamannya.

"Kami memberi tahu mereka bahwa Muhammad tidak sehat, namun mereka terus mengatakan bahwa dia baik-baik saja."

Setelah beberapa jam, tidak jelas berapa lama, keluarga tersebut diperintahkan dengan todongan senjata untuk pergi, meninggalkan Muhammed bersama para tentara.

Keluarga Bhar memohon dan menangis. Dua saudara laki-laki Muhammed ditangkap oleh tentara. Mereka masih belum dibebaskan. Anggota keluarga lainnya menemukan perlindungan di sebuah gedung yang dibom.

Baca juga:

Keluarga Bhar kembali ke rumah mereka sepekan kemudian. Saudara laki-laki Muhammed, Jibreel, begitu emosional melihat pemandangan yang memilukan.

Jibreel mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan kepada juru kamera kami video kejadian tersebut.

Tubuh Muhammed tergeletak di lantai. Ada darah di sekelilingnya, dan perban di lengannya. Kemungkinan besar perban itu digunakan untuk menghentikan pendarahan di lengan Muhammed.

Jibril menunjuk pada perban yang digunakan untuk membalut luka, dan bekas darah yang menempel pada perban.

"Mereka berusaha menghentikan pendarahan. Kemudian mereka meninggalkannya tanpa jahitan atau perawatan. Hanya tindakan dasar pertolongan pertama ini."

"Tentu saja, seperti yang Anda lihat, Muhammed telah meninggal selama beberapa waktu karena dia ditinggalkan. Kami pikir dia tidak ada di rumah."

"Namun ternyata selama ini dia mengalami pendarahan dan ditinggal sendirian di rumah. Tentu saja, tentara meninggalkannya."

Jibreel Bhar BBCSaudara laki-laki Muhammed, Jibreel, begitu emosional melihat pemandangan yang traumatis.

Tidak jelas cedera apa yang menyebabkan kematian Muhammed atau apa yang terjadi padanya saat keluarganya terakhir kali melihatnya, dan ketika saudara laki-lakinya kembali dan memvideokan pemuda tersebut dalam kondisi tak bernyawa di lantai.

Ia dimakamkan tak lama setelah keluarga menemukannya, di gang antar rumah karena terlalu berbahaya untuk membawa jenazah ke kamar jenazah atau kuburan. Tidak ada pemeriksaan jenazah dan tidak ada surat kematian.

Keluarga tersebut menuntut penyelidikan tetapi dengan pertempuran yang masih berlangsung, dan begitu banyak korban jiwa, sulit untuk berharap hal itu akan terjadi dalam waktu dekat.

Menanggapi pertanyaan dari BBC, IDF mengatakan mereka sedang memeriksa laporan tersebut.

Nabila harus menjalani sisa hidupnya dengan kenangan anaknya yang telah meninggal dunia.

"Adegan ini tidak akan pernah saya lupakan Saya terus-menerus melihat anjing itu mencabik-cabik dia dan tangannya, dan darah mengucur dari tangannya"

"[Adegan] itu selalu ada di depan mata saya, tidak pernah meninggalkan saya sedetik pun. Kami tidak bisa menyelamatkannya, baik dari mereka [tentara Israel] maupun dari anjing itu."

Reportase tambahan oleh Haneen Abdeen dan Alice Doyard.

Simak Video 'Pedas! Pemimpin Oposisi Israel Kritik Netanyahu soal Sandera di Gaza':

[Gambas:Video 20detik]



(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads