Untuk pertama kalinya, Iran melancarkan serangan langsung ke Israel dari wilayahnya. Langkah ini dianggap penting bagi Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk menjaga kredibilitasnya di Timur Tengah dan para pendukungnya di dalam negeri. Serangan itu juga menjadi ajang untuk menunjukkan komitmen serta kemampuan rudal dan pesawat nirawak (drone) Iran.
IRGC didirikan 45 tahun silam untuk mempertahankan sistem Islam di Iran dan berfungsi sebagai penyeimbang bagi pasukan militer. Sejak itu, mereka telah menjadi kekuatan bersenjata, politik, dan ekonomi besar di Iran dan juga Timur Tengah.
Setelah serangan pada Minggu (14/04), banyak pendukung Republik Islam Iran turun ke jalanan Teheran untuk merayakannya sembari membawa simbol-simbol Palestina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya percaya keputusan menyerang Israel itu tepat untuk mencegah pembunuhan lebih lanjut atas komandan-komandan Iran di Suriah dan tempat lainnya," kata seorang perempuan berusia 20-an tahun yang mendukung pemerintah Iran dalam pesan suara yang dikirim ke BBC Persia.
Namun, banyak pula warga Iran yang kritis terhadap pemerintah mengatakan bahwa rezim saat ini tidak mewakili pandangan seluruh penduduk Iran.
"Kami bukan Republik Islam, kami adalah Iran yang sesungguhnya. Orang-orang Iran sendiri tengah berperang dengan rezim saat ini. Kami tidak menyimpan benci terhadap negara mana pun, termasuk Israel," kata pria berusia 40-an dalam pesan suara yang dibagikan ke BBC Persia.
Sementara itu, seorang perempuan berusia 50-an tahun khawatir serangan itu bisa bereskalasi menjadi perang kawasan, memicu konfrontasi total antara Iran dan Israel beserta para sekutunya dari Barat.
Sentimen ini tecermin pada kian jatuhnya nilai mata uang Iran terhadap dolar AS.
Ketakutan akan pembalasan memicu antrean panjang
Fatemeh Bahrami/Anadolu via Getty ImagesAntrean panjang terjadi di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar setelah Iran mengumumkan serangannya ke Israel.
Sejumlah warga Iran khawatir akan terjadi pembalasan dari Israel dan sekutunya menyusul serangan drone dan rudal ke wilayah Israel. Warga tampak berebut menimbun kebutuhan pokok seperti makanan dan bahan bakar.
Antrean panjang terjadi di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar minyak di Teheran dan kota-kota besar lainnya, sementara banyak pembeli membanjiri berbagai toko swalayan besar.
Meski Israel mengeklaim sukses mencegat 99% dari 300 rudal dan drone yang ditembak ke wilayahnya, para pejabat Iran merayakan serangan itu sebagai sebuah keberhasilan.
Mereka menekankan dampak simbolis aksi itu, terlepas dari jumlah korban jiwa yang berhasil ditimbulkan.
Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, menyatakan salah satu target serangan Iran adalah Pangkalan Angkatan Udara Notam milik Israel.
Dua minggu silam, jet tempur F-35 Israel lepas landas dari pangkalan itu, menyerang Konsulat Iran di Damaskus dan menewaskan tujuh perwira IRGC.
Ia menegaskan bahwa Iran telah mencapai tujuannya dan tak berniat melanjutkan operasi militer terhadap Israel.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, memperingatkan, setiap serangan baru terhadap negaranya akan memicu respons yang jauh lebih kuat di masa depan.
Haydar Sahin/Anadolu via Getty ImagesSebuah mural baru di Alun-Alun Palestina di Teheran dengan tulisan "Tamparan selanjutnya akan lebih kencang" menggambarkan serangan Iran ke Israel.
Suasana di Iran tampaknya diarahkan agar terjadi de-eskalasi dan ketegangan berkurang. Pejabat militer maupun pemerintah terlihat puas dengan serangan ke Israel.
Dengan memberikan cukup waktu bagi Israel untuk menyusun langkah-langkah pertahanan, tampaknya Iran tak berniat mengambil aksi lanjutan yang dapat menimbulkan kerusakan atau korban lebih lanjut.
Krisis legitimasi
Banyak orang Iran yang tak setuju dengan intervensi IRGC di kawasan Timur Tengah.
Dalam sejumlah unjuk rasa di Iran belum lama ini, bergema luas teriakan-teriakan seperti, "Tidak untuk Gaza, tidak untuk Lebanon, saya mengorbankan hidup saya untuk Iran."
Banyak warga Iran berpendapat bahwa miliaran dolar AS yang dihabiskan untuk mengorganisasi, melatih, dan mempersenjatai milisi lebih baik digunakan untuk pembangunan dan kemakmuran Iran di masa depan.
Baca juga:
Campur tangan Iran di kawasan Timur Tengah selama ini telah memicu sanksi dan isolasi yang berdampak buruk pada ekonomi negara itu.
Perekonomian kini goyah dan inflasi meroket. Bahkan, kelompok kelas menengah Iran semakin kesulitan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Suara-suara yang kami dengar dari Iran menunjukkan bahwa rezim saat ini kurang mendapat dukungan dari sebagian besar rakyatnya, terutama jika terjadi perang.
Morteza Nikoubazl/NurPhoto via Getty ImagesBanyak pendukung Republik Islam Iran turun ke jalan untuk merayakan serangan ke Israel.
Ini berbeda dengan solidaritas yang terlihat selama konflik delapan tahun dengan Irak pada dekade 1980-an, ketika jutaan anak muda Iran dengan gigih membela negara mereka melawan rezim Saddam Hussein.
Seorang veteran perang Iran-Irak, yang kini lumpuh, menyatakan penolakannya terhadap pemerintah Iran dan sikap rezim yang kerap menekan para pengkritiknya.
Dengan tegas, ia menyatakan, "Saya tidak akan pernah berperang untuk mereka lagi."
Kebijakan rezim ini bahkan membuat opini pendukungnya dahulu berubah, sehingga keadaan menjadi sangat berbeda.
Iran mampu melancarkan serangan rudal dan drone peledak yang lebih dahsyat dengan dukungan kuat dari kelompok milisi Syiah di Lebanon, Suriah, dan Irak, serta kelompok Houthi di Yaman.
Namun, tampaknya serangannya terhadap Israel sengaja dirancang agar menimbulkan jumlah korban jiwa sesedikit mungkin.
Saat terjadi perang, Republik Islam Iran tak hanya khawatir dengan kekuatan militer Israel dan sekutunya yang tangguh: AS.
Iran juga memikirkan potensi kerusuhan di dalam negeri.
Anonymous / Middle East Images / Middle East ImageSeorang perempuan tanpa hijab mengikuti demonstrasi yang dipicu tewasnya Mahsa Amini, perempuan berusia 22 tahun, dalam tahanan polisi moral Republik Islam Iran pada 2022.
Demonstrasi pada 2022 menyusul tewasnya Mahsa Amini dalam tahanan polisi menunjukkan kerentanan rezim ini.
Banyak pengambil keputusan di Republik Islam Iran khawatir, bila terjadi perang dengan Israel dan AS, pasukan keamanan Iran serta pusat komando dan komunikasi IRGC akan menjadi target.
Ini dikhawatirkan memicu kembali protes dan membuka jalan bagi para penentang rezim untuk bangkit, meski rezim berniat memadamkan segala potensi pemberontakan.
Saksikan Live DetikSore:
Simak Video 'Episode Terkini Permusuhan Israel dan Iran':