Rusia Diduga Tipu Orang Asing yang Miskin untuk Berperang di Ukraina

Rusia Diduga Tipu Orang Asing yang Miskin untuk Berperang di Ukraina

BBC Indonesia - detikNews
Kamis, 04 Apr 2024 11:50 WIB
Mohammed Asfan meninggalkan istri dan kedua anaknya yang sama-sama berusia di bawah dua tahun (Getty Images)
Moskow -

Impian dan harapan keluarga berada di pundak Mohammed Asfan kala pria itu berangkat dari Hyderabad, kota di selatan India, menuju Rusia.

Asfan yang sebelumnya bekerja sebagai manajer toko baju mengira dia akan bekerja sebagai "pembantu militer".

Dia melihat unggahan di Youtube yang menjanjikan pekerjaan bergaji 100.000 Rupee (Rp19,2 juta) per bulan. Asfan dijanjikan akan mendapat izin tinggal tetap di sana setelah berdinas selama enam bulan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia diberitahu bahwa dia tidak akan dikirim ke garis depan medan perang melawan Ukraina, tetapi hanya bekerja di markas militer sebagai pembantu," tutur Imran, saudara laki-laki Asfan, kepada BBC Punjabi.

Menurut Imran, Asfan menelepon keluarganya dari perbatasan Ukraina dan bilang bahwa paspornya sudah diambil. Rupanya dia dipaksa ikut angkat senjata.

ADVERTISEMENT

Selama dua bulan lamanya Imran tidak mendengar kabar dari saudaranya itu. Sewaktu Imran menghubungi Kedubes India di Rusia untuk menanyakan tentang Asfan, mereka memberitahunya kalau Asfan telah tiada.

"Saudara saya tewas, jenazahnya harus segera dikembalikan. Ayah saya dan istrinya semua khawatir," ujar Imran.

Asfan meninggalkan istri dan kedua anaknya yang berusia di bawah dua tahun.

Keluarga mengatakan setidaknya dua pria asal India yang pergi ke Rusia dan berharap bekerja sebagai "pembantu" untuk pasukan militer meninggal dunia saat berperang di garis depan pertempuran.

Video perekrutan di YouTube pula yang menggaet hati Hemil Mangukiya, 23 tahun, yang sebelumnya bekerja sebagai tukang bordir, untuk berangkat ke Rusia pada Desember lalu.

"Hemil bilang dia akan bekerja sebagai tukang bantu-bantu di militer dan akan dilatih selama tiga bulan," ujar Ashwin, ayah Hemil, yang tinggal di Gujarat, negara bagian India sebelah barat.

"Tapi sesampainya di Rusia, baru dia sadar kalau dia dilatih untuk berperang."

'Jaringan perdagangan manusia yang besar'

India baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka mengungkap "jaringan perdagangan manusia yang besar" yang merekrut laki-laki muda ke Rusia dengan iming-iming pekerjaan tetapi kemudian dipaksa berperang melawan Ukraina.

Kepolisian India menyebut sekitar 35 pria pergi ke Rusia dengan modus serupa.

Kementerian Luar Negeri India mengatakan setiap kasus warga India yang tertipu untuk berperang telah "dibahas dengan tegas" dengan pihak Moskow.

Sejumlah video yang menyoroti keadaan para laki-laki India di Rusia sekarang beredar di media sosial.

Salah satu video itu disebar bulan ini. Isinya, permohonan sebanyak tujuh laki-laki kepada pemerintah India agar mereka dibantu pulang. Mereka mengaku pergi ke Rusia dengan visa turis tetapi sekarang dipaksa mengabdi ke militer negara itu.

Baca juga:

Tiga pria berseragam militer. Muka disamarkan.

Dalam satu video yang tersebar di media sosial, tujuh laki-laki India memohon kepada pemerintah agar membantu mereka pulang (BBC)

Gagandeep Singh adalah salah satu di antara para pemohon.

Ibunya, Balwinder Kaur, mengatakan anaknya mengaku disuruh angkat senjata dengan pasukan Rusia kalau tidak mau dipenjara 10 tahun.

"Kami menanti hingga larut malam untuk pesan elektronik atau telepon dari anak saya," ujar Balwinder Kaur kepada BBC Punjabi. "Dia bilang mereka dikirim ke medan perang Ukraina. Kami sangat marah."

Banyak keluarga Punjabi lainnya mengatakan kepada BBC bahwa anak-anak mereka pergi ke Dubai dengan turis visa atau pergi ke Belarus sebelum sampai di Rusia. Semuanya adalah korban penipuan.

Video-video para pria itu menjelaskan bagaimana mereka ditipu para agen yang menjanjikan gaji tinggi tapi malah dikirim ke medan pertempuran. Keluarga mereka - yang sebagian besar bekerja sebagai supir bajaj atau penjual teh - sampai syok.

Para korban dan keluarga mereka menyebut para agen meminta uang sebanyak 300.000 Rupee ( Rp57,6 juta) dengan iming-iming mendapat paspor Rusia setelah beberapa bulan mengabdi di militer.

Sedikitnya 254 warga asing tewas

Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg, memperkirakan perang di Ukraina mengakibatkan menelan 350.000 korban dari pihak Rusia tanpa memperinci seberapa banyak korban yang tewas atau terluka.

BBC Rusia memverifikasi sebanyak 46.678 tentara tewas. Konteks ini menjelaskan mengapa Rusia semakin beralih ke warga asing untuk memperkuat militernya.

Tahun 2022, warga asing yang menandatangani kontrak selama setidaknya satu tahun dengan Kementerian Pertahanan dan berperang selama enam bulan diberikan hak untuk mengajukan aplikasi kewarganegaraan Rusia tanpa harus memegang izin tinggal atau menetap di Rusia selama enam tahun terakhir.

Pada Januari, Presiden Putin menandatangani dekrit baru yang kian mempermudah prosedur tersebut.

Banyak petempur asing merupakan imigran karena alasan ekonomi - sebagian besar datang dari negara Asia Tengah seperti Uzbekistan, Tajikistan, dan Kyrgyzstan.

Warga asing yang berperang untuk Rusia mencakup warga Kuba, Nepal, India, Suriah, Irak, Serbia, Afghanistan, Somalia, Sri Lanka, dan Malaysia. Jumlah mereka diperkirakan mencapai ribuan orang.

Pada akhir Desember 2023, setidaknya 254 warga asing yang tergabung dalam pasukan Rusia telah meninggal dunia - menurut data yang dihimpun BBC Rusia.

Pada Desember, Nepal meminta Rusia memulangkan tentara bayaran asal Nepal setelah enam di antaranya meninggal dalam perang di Ukraina.

Kepolisian Kathmandu menyebut para penyelundup manusia mengantongi $9.000 (Rp143.314.200) per orang untuk masuk ke Rusia dengan visa turis.

BBC Rusia menyebut para imigran yang tertahan di Rusia karena masalah visa juga berisiko.

Beberapa hari setelah ditahan di perbatasan Rusia-Finlandia karena melanggar aturan imigrasi pada November lalu, sejumlah warga asing dipindahkan ke kamp militer yang berbatasan dengan Ukraina.

Awad, bukan nama sebenarnya, berasal dari Somalia dan berusia 40-an tahun.

Dia ditangkap pada pertengahan November dan didenda 2.000 rubel (Rp344.000). Awad pun ditahan sambil menunggu deportasi, sebuah prosedur standar untuk pelanggar visa mana pun.

Awad mengaku dirinya dan setidaknya puluhan imigran lain didekati perwakilan militer Rusia saat berada ditahan fasilitas pra-deportasi.

Menurut Awad, mereka semua ditawari "pekerjaan untuk negara".

Belakangan, Awad sadar dirinya ditipu untuk mendaftar ke pasukan Rusia. Pembelaannya adalah dia tidak sepenuhnya mengerti tawaran apa yang diterimanya.

"Saya bilang tidak, karena saya tidak tahu apa yang saya tanda tangani dan tulisannya bukan bahasa saya," ujarnya. "Saya ini pencari suaka, bukan tentara."

"Kami diberitahu bahwa kontrak ini berlaku setahun dengan pelatihan dan gaji bagus juga fasilitas kesehatan - tapi tidak diberitahu soal perbatasan Ukraina dan perang. Semuanya bohong."

Mereka dikirim ke kamp militer dekat perbatasan Ukraina. Setelah melakukan protes, ancamannya cukup berkurang. Setidaknya satu imigran dideportasi sementara Awad kini mencari suaka di Rusia.

Dia masih ditahan menanti deportasi dan tanggal sidangnya masih belum jelas.

BBC menghubungi Kementerian Dalam Negeri Rusia untuk meminta tanggapan tentang tudingan bahwa tahanan warga asing "ditawari" kontrak militer dengan iming-iming dibebaskan.

Sejauh ini BBC belum mendapat tanggapan.

(nvc/nvc)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads