Ratusan Ribu Anak Perempuan Afghanistan Dilarang Sekolah oleh Taliban

Ratusan Ribu Anak Perempuan Afghanistan Dilarang Sekolah oleh Taliban

BBC Indonesia - detikNews
Sabtu, 23 Mar 2024 19:22 WIB
Ilustrasi anak perempuan berhijab duduk di lantai membaca buku. (Raess Hussain/ BBC)
Jakarta -

Lebih dari 330.000 anak perempuan di Afghanistan dilarang melanjutkan studi mereka di tingkat SMP pada tahun ini, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada 2021, pemerintah Taliban melarang anak-anak perempuan menempuh pendidikan setelah kelas 6 SD - saat berusia kira-kira 13 tahun.

Zainab, 13 tahun, adalah salah satu dari mereka yang tidak akan bersekolah pada tahun ajaran baru bulan ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa bulan belakangan ini Zainab membenci omelet. Aroma telur digoreng dan susu membawa memorinya ke tahun sebelumnya saat Zainab masih bersekolah. Kurang dari enam bulan yang lalu, hatinya gembira.

Rutinitasnya kala itu adalah bangun untuk salat subuh lalu berjalan kaki ke sekolah bersama adik-adik perempuan dan kakak laki-lakinya. Pada tahun ajaran baru, semua saudaranya akan pergi ke sekolah tanpa Zainab.

ADVERTISEMENT

Omelet menjadi pengingat Zainab akan semua hal yang dirindukannya.

Zainab sudah tahu dari jauh-jauh hari bahwa anak perempuan tidak boleh lanjut bersekolah setelah kelas enam. Tetap saja dia berharap akan ada perubahan.

Dia senang belajar dan nilai-nilainya unggul di semua mata pelajaran, mulai dari ilmu pengetahuan alam sampai seni.

"Yang paling top di kelasnya," ayah Zainab dengan bangga berkata sementara putrinya itu tersenyum malu-malu.

Zainab bisa sukses di karier manapun yang dia mau. Namun pada Desember silam, setelah ujian akhir SD berakhir, kepala sekolah memasuki aula ujian untuk mengumumkan bahwa semua siswi di angkatan Zainab tidak bisa melanjutkan sekolah saat tahun ajaran baru tiba bulan Maret.

"Dia sangat kecewa," tutur Shaheer, ayah Zainab.

Sang Ayah menyaksikan bagaimana putrinya itu larut dalam kekecewaan saat pulang sekolah.

"Sulit rasanya melihat Zainab menghadapi situasi ini. Saya tidak bisa melakukan apa pun untuk putri-putri saya, dan sebagai seorang bapak saya merasa bersalah."

Gambar seorang laki-laki memandang anak-anak gadis di Afghanistan berangkat sekolah. Raess Hussain/ BBCDi bawah Taliban, anak perempuan tidak boleh bersekolah setelah lulus SD.

Shaheer sudah berusaha untuk mengevakuasi keluarganya keluar dari Afghanistan tetapi tidak berhasil.

"Saya merasa telah menguburkan cita-cita dan harapan saya di sebuah lumbung yang gelap," suara halus Zainab terdengar dari panggilan video yang terenskripsi.

Dia sempat terdiam selama beberapa detik.

Shaheer bertanya kepada kami apakah Zainab boleh rehat sejenak untuk meramu pikiran-pikirannya. Bicara soal ini sungguh membuat perasaaan keluarga Zainab campur aduk.

Pilihan yang ada untuk anak perempuan seperti Zainab adalah sekolah-sekolah keagamaan alias madrasah yang dikendalikan pemerintah.

Namun, utusan khusus PBB untuk Afghanistan, Roza Otunbayeva, mengemukakan kepada Dewan Keamanan pada Desember bahwa dia tidak dapat menemukan info tentang apakah madrasah untuk anak perempuan mengajarkan mata pelajaran akademik seperti matematika dan Bahasa Inggris.

Ayah Zainab berkata madrasah tidak akan menyediakan pendidikan yang menyeluruh untuk putrinya.

"Ini bukan pengganti sekolah. Mereka hanya mengajarkan tentang agama kepadanya. Saya tidak merasa perlu untuk mengirimnya ke madrasah agama," ucapnya.

Taliban memerintah Afghanistan sejak merebut kekuasaan di ibukota Kabul pada 15 Agustus 2021. Pasukan NATO yang dipimpin AS tidak lama kemudian mundur.

Pada konferensi pers perdananya, Taliban mengumumkan mereka tidak akan seperti para garis keras Taliban yang memimpin negara antara 1996 dan 2001.

"Kami akan memperbolehkan perempuan bersekolah dan bekerja di dalam skema kami. Perempuan akan berperan sangat aktif dalam masyarakat kami," begitu janjinya.

Tetapi segera saja hak-hak perempuan kembali mundur. Dalam beberapa bulan anak-anak perempuan yang hendak masuk ke kelas tujuh atau SMP tidak boleh bersekolah.

Dekrit selanjutnya adalah bahwa universitas-universitas, dan banyak kantor, hanya boleh dimasuki laki-laki.

Sekarang, perempuan tidak boleh meninggalkan rumah tanpa pendamping laki-laki atau pergi ke taman umum.

Ini adalah gambaran yang suram.

BBC Dars

Program edukasi BBC World Service untuk anak-anak Afghanistan dipandu oleh para jurnalis perempuan BBC yang lari dari Kabul setelah Taliban kembali berkuasa pada 2021.

Program ini ada di:

  • BBC News Afghanistan TV dan kanal satelit radio.
  • BBC News Pashto dan BBC News Dari Facebook dan kanal-kanal YouTube
  • BBC Persian TV
  • FM, radio gelombang pendek dan gelombang menengah

Unicef kepada BBC mengatakan secara keseluruhan jumlah perempuan yang terkena dampak pelarangan sekolah sejak 2021 adalah 1,4 juta.

Di antara mereka adalah 330.000 anak perempuan yang menamatkan Kelas 6 pada 2023 dan tidak dapat melanjutkan studi tahun ini.

Namun, tidak semua orang mengikuti dekrit Taliban.

Keluarga Zainab mengaku ada inisiatif-inisiatif dari komunitas di lingkungan mereka. Zainab kini ikut kelas Bahasa Inggris. Tidak ada yang tahu berapa lama ini bisa berlanjut, tetapi untuk saat ini Zainab bisa bertemu dengan teman-temannya di sana.

Zainab berusaha menghibur teman-temannya supaya mereka tetap semangat.

"Saya mendorong mereka untuk menemukan hobi," tutur Zainab kepada BBC, "Saya menyemangati mereka untuk membuat karya seni."

Gambar Zainab memperlihatkan anak perempuan berhijab di depan sekolah yang digembok. Dua perempuan bercadar menjadi latar belakang juga segumpal kertas.Raess Hussain/ BBCZainab mengirim hasil karyanya kepada BBC: sebuah gambar anak perempuan yang berdiri di depan sekolah yang digembok.

Zainab suka menggambar. Menggambar adalah caranya menyalurkan kekecewaannya setelah pulang dari sekolah pada hari di mana kepala sekolahnya mengumumkan berita buruk itu.

Dia mengirimkan salah satu karyanya kepada BBC: gambar anak perempuan berdiri di depan sekolah yang digembok. Dia memberinya judul 'Hari Kelam untuk Putri-Putri Afghanistan'.

"Gambar pertama yang saya buat setelah dilarang bersekolah adalah seorang siswi memandang gedung sekolah yang gerbangnya dikunci," ucapnya.

Namun dalam beberapa bulan belakangan Zainab berusaha tetap positif.

Kini dia menggambar hal-hal yang indah - langit, gedung pencakar langit, bunga, matahari, atau imajinasinya akan masa depan di mana mimpi-mimpunya tercapai.

Pesannya kepada dunia adalah anak-anak perempuan seperti dirinya di Afghanistan tidak boleh dilupakan.

"Bantu anak-anak perempuan Afghanistan mendapatkan kembali hak mereka," imbuhnya.

"Anak-anak Afghanistan sangatlah berbakat. Kami hanya butuh kesempatan."

BBC telah menghubungi Taliban untuk berkomentar namun tidak mendapat respons.

Mariam Aman dan Georgina Pearce turut berkontribusi di artikel ini.

Nama-nama di artikel ini sudah diubah untuk alasan keamanan.

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads