Pasukan AS dan Inggris telah melancarkan serangan udara terhadap sejumlah lokasi yang menjadi basis pemberontak Houthi di Yaman pada Jumat (12/01).
Para pejabat AS mengatakan rudal jelajah Tomahawk dan jet tempur yang diluncurkan dari kapal perang menghantam lebih dari 12 lokasi, termasuk di ibu kota Yaman, Sanaa, dan Hudaydah, benteng pelabuhan yang dikuasai Houthi di Laut Merah.
Presiden AS Joe Biden mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap serangan Houthi terhadap kapal-kapal kargo yang melintasi Laut Merah sejak November silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah Yaman dan mengatakan mereka mendukung sekutunya, Hamas, dengan menargetkan kapal-kapal yang menuju ke Israel.
Wakil Menteri Luar Negeri Houthi memperingatkan AS dan Inggris akan "membayar harga yang mahal" atas "agresi terang-terangan" ini.
Pesawat tempur Angkatan Udara Inggris membantu melakukan "serangan yang ditargetkan" terhadap fasilitas militer, kata Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.
Sunak menambahkan bahwa serangan tersebut adalah "tindakan terbatas, perlu dan proporsional untuk membela diri"
Belanda, Australia, Kanada, dan Bahrain memberikan dukungan sebagai bagian dari misi tersebut, kata Biden
AS dan Inggris halau serangan terbesar Houthi
Sebelumnya, Angkatan laut Inggris dan AS telah menghalau serangan terbesar pemberontak Houthi di Yaman terhadap kapal-kapal yang melintas di Laut Merah, kata Menteri Pertahanan Inggris.
Serangan Houthi telah menyebabkan perusahaan-perusahaan pelayaran terbesar dunia mengalihkan rute dari Laut Merah, sehingga rantai pasok global dapat terganggu.
Menurut militer AS, Houthi yang disokong oleh Iran telah meluncurkan setidaknya 21 serangan drone dan rudal dalam semalam.
Serangan itu dijatuhkan oleh jet dari kapal-kapal induk dan empat kapal perang. Tidak ada korban luka maupun kerusakan yang dilaporkan.
Belum ada komentar dari Houthi terkait penghalauan tersebut sejauh ini.
Serangan ini merupakan bentuk respons Houthi atas perang yang terjadi di Gaza sejak Oktober lalu. Mereka kerap mengklaim bahwa kapal-kapal tersebut terkait dengan Israel.
Komando Pusat Militer AS mengatakan serangan yang terjadi pada Selasa (09/01) itu merupakan serangan ke-26 sejak 19 November.
Sekitar pukul 21:15 waktu setempat, drone serang satu arah rancangan Iran, rudal jelajah anti-kapal, rudal jelajah anti-kapal, dan rudal balistik anti-kapal diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi mengarah ke jalur pelayaran internasional di selatan Laut Merah.
Sebanyak 18 drone, dua rudal jelajah dan satu rudal balistik ditembak jatuh oleh pesawat tempur F/A-18 dari kapal induk USS Dwight D Eisenhower yang dikerahkan di Laut Merah. Empat kapal perang yakni USS Gravely, USS Laboon, USS Mason, dan HMS Berlian juga demikian.
Sumber di Departemen Pertahanan Inggris mengatakan kepada BBC bahwa HMS Diamond menembak jatuh tujuh drone Houthi menggunakan rudal dan senjata Sea Viper. Masing-masing rudal berharga lebih dari Pound 1 juta (setara Rp19,8 miliar).
"Inggris bersama para sekutu telah memperingatkan bahwa serangan ilegal ini sama sekali tidak bisa diterima, dan jika dilanjutkan, maka Houthi akan menanggung konsekuensinya," kata Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps dalam sebuah pernyataan.
"Kami akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi nyawa tak berdosa dan perekonomian global," tambahnya.
Seminggu yang lalu, AS, Inggris, dan 10 negara lainnya termasuk Jerman, Italia, Australia, Bahrain dan Jepang mengeluarkan peringatan serupa dalam pernyataan bersama yang ditafsirkan sebagai ancaman atas tindakan militer terhadap target Houthi di Yaman, termasuk di mana rudal disimpan diluncurkan.
Mereka mengatakan serangan itu merupakan "ancaman langsung terhadap kebebasan navigasi yang menjadi landasan perdagangan global di salah satu jalur perairan paling penting di dunia".
BBC
Pada Jumat (05/01), Kementerian Luar Negeri Houthi di Sanaa menolak pernyataan negara-negara Barat dan sekutu mereka dan menegaskan navigasi "benar-benar aman" di Laut Merah "kecuali kapal yang menuju pelabuhan Palestina yang diduduki".
Kelompok Houthi mengatakan bahwa mereka menargetkan kapal-kapal milik Israel atau kapan-kapal yang menuju Israel sebagai bentuk dukungan mereka terhadap kelompok Hamas.
Mereka menggunakan pesawat tanpa awak dan roket untuk menyerang kapal-kapal asing yang mengangkut barang melalui Selat Bab al-Mandab, selat selebar 20 mil yang memisahkan Eritrea dengan Djibouti di Afrika dan Yaman di Semenanjung Arab.
"Ini adalah tindakan kemanusiaan setelah praktik biadab yang dilakukan oleh Zionis [Israel] terhadap warga sipil di Gaza," kata mereka, sambil menambahkan bahwa sikap tersebut tidak akan berubah "sampai pengepungan biadab" terhadap wilayah Palestina dihentikan.
Houthi, yang dikenal sebagai Anshar Allah, merupakan sebuah gerakan yang memperjuangkan kelompok minoritas Muslim Syiah Zaidi di Yaman.
Pada awal 2000-an, mereka melakukan serangkaian pemberontakan melawan pemerintah Yaman dalam upaya untuk mendapatkan otonomi yang lebih besar di wilayah utara mereka yang berbatasan dengan Arab Saudi.
Pada tahun 2014, Houthi menguasai ibu kota Yaman, Sanaa. Pada tahun berikutnya, mereka merebut sebagian besar wilayah barat Yaman sehingga koalisi yang dipimpin Arab Saudi mengintervensi untuk mendukung pemerintah Yaman yang diakui internasional.
Perang yang terjadi dilaporkan telah menewaskan lebih dari 150.000 orang meninggal dunia dan menyebabkan 21 juta lainnya membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Arab Saudi dan AS menuduh Iran menyelundupkan senjata, termasuk drone, rudal jelajah serta balistik, ke Houthi. Tindakan Iran dituding sebagai pelanggaran terhadap embargo senjata PBB. Iran membantah tuduhan tersebut.
Bagaimana dampaknya bagi rantai pasok global?
Hampir 15% perdagangan global melewati Laut Merah, yang terhubung ke Mediterania melalui Terusan Suez dan merupakan rute pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia.
Serangan Houthi menimbulkan kekhawatiran harga bahan bakar akan naik dan rantai pasok global akan terganggu.
Kamar Dagang Pelayaran Internasional mengatakan 20% kapal kontainer di dunia kini menghindari Laut Merah dan memilih rute yang lebih panjang melintasi ujung selatan Afrika.
ReutersHelikopter militer Houthi terbang di atas sebuah kapal di Laut Merah
Kapal-kapal biasanya mengambil rute ini dari selatan untuk mencapai Terusan Suez di Mesir yang berada di utara.
Namun karena serangan yang telah terjadi dan ancamannya di masa depan, beberapa perusahaan pelayaran terbesar di dunia, termasuk Perusahaan Pelayaran Mediterania dan Maersk, telah mengalihkan kapal-kapal mereka ke rute yang lebih jauh, melewati Tanjung Harapan di Afrika, lalu ke sisi barat benua tersebut.
BP juga telah menghentikan semua pengiriman minyak melalui Laut Merah karena "situasi keamanan yang memburuk".
Rute perjalanan yang lebih jauh menambah waktu pengiriman setidaknya menjadi 10 hari dan telah merugikan perusahaan hingga jutaan dolar.
Mengapa rute pelayaran ini begitu penting?
Setiap kapal yang melewati Terusan Suez baik dari Samudra Hindia maupun sebaliknya, harus melalui Selat Bab al-Mandab dan Laut Merah.
Terusan Suez adalah rute laut tercepat antara Asia dan Eropa. Rute ini sangat penting dalam distribusi minyak dan gas alam cair (LNG).
Sekitar 9 juta barel minyak per hari dikirim melalui Terusan Suez pada paruh pertama tahun 2023, menurut perusahaan analitik pengangkutan Vortexa.
ReutersKapal kargo Galaxy Leader dikawal oleh kapal-kapal Houthi di Laut Merah
Analis di S&P Global Market Intelligence mengatakan bahwa hampir 15% barang yang diimpor ke Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dikirim dari Asia dan Teluk melalui laut. Itu termasuk 21,5% minyak sulingan dan lebih dari 13% minyak mentah.
Namun, ini bukan hanya tentang minyak. Kapal-kapal kontainer membawa semua jenis barang konsumsi yang dijual di toko-toko termasuk TV, pakaian, sepatu olahraga, dan peralatan olahraga.
Bagaimana dampaknya terhadap konsumen?
Tidak dapat dipungkiri bahwa rantai pasokan akan terpengaruh karena rute pelayaran kapal-kapal dialihkan dari Laut Merah.
Tetapi menurut Kepala Riset Rantai Pasokan di S&P Global Market Intelligence, Chris Rogers, barang-barang konsumen "akan paling terdampak" meskipun dia mencatat bahwa situasi ini terjadi "di luar musim ramai".
Produk-produk diperkirakan akan tertunda sampai ke toko-toko karena lama perjalanan mencapai setidaknya 10 hari lebih lama. Sebab, rute melintasi Tanjung Harapan menambah jarak sekitar 3.500 mil laut.
Raksasa furnitur, Ikea dan ritel asal Inggris, Next telah memperingatkan bahwa pasokan produk dapat tertunda jika gangguan pengiriman terus berlanjut.
Jarak yang lebih jauh juga akan membebani perusahaan. Tarif pengiriman telah naik 4% dalam seminggu terakhir dan biaya tersebut dapat dibebankan oleh perusahaan kepada pelanggan.
Namun, tarif saat ini masih jauh lebih rendah dibanding tahun lalu maupun pada 2021, ketika biaya pengiriman melonjak karena tingginya permintaan imbas pembatasan Covid dilonggarkan.
BBC
Ada juga kekhawatiran bahwa gangguan tersebut dapat menaikkan harga minyak.
Kenaikan harga minyak, bahan utama dalam bahan bakar mobil, dapat memicu kenaikan harga di pom bensin dan mendorong inflasi yang lebih tinggi.
Jika pengiriman LNG terganggu, bahkan jika harga energi grosir naik, kenaikan apa pun tidak akan masuk ke tagihan domestik paling cepat April 2024.
Hal ini karena batas harga energi, yang membatasi jumlah yang dapat dibebankan oleh pemasok, telah ditetapkan untuk bulan Januari.
Lalu, apakah mendistribusikan barang melalui laut adalah satu-satunya pilihan?
Rogers mengatakan bahwa distribusi barang melalui kereta api harus "menyeberangi Rusia" yang sedang diberi sanksi ekonomi karena menginvasi Ukraina. Sementara itu, "pengangkutan truk dari Teluk ke Israel hanya dapat mengimbangi sekitar 3% pengiriman".
Apa yang telah dilakukan merespons situasi ini?
Serangan-serangan tersebut telah mendorong AS meluncurkan operasi angkatan laut internasional untuk melindungi kapal-kapal di rute Laut Merah.
Negara-negara termasuk Inggris, Kanada, Prancis, Bahrain, Norwegia, dan Spanyol telah bergabung.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah meminta lebih banyak negara untuk berkontribusi dalam upaya menjaga keamanan pelayaran di wilayah tersebut.
Namun beberapa perusahaan pelayaran enggan untuk mulai menggunakan rute ini lagi meskipun ada peningkatan keamanan.
Maersk kembali menggunakan rute ini beberapa saat setelah operasi keamanan diberlakukan, tetapi kemudian menghentikan pelayarannya melalui Laut Merah setelah salah satu kapal peti kemasnya diserang.
(ita/ita)