Perjuangan Ibu Divonis Bersalah Bunuh Bayinya, Padahal Diserang Anjing

BBC Indonesia - detikNews
Sabtu, 11 Nov 2023 18:15 WIB
Lindy Chamberlain saat menghadiri pemeriksaan di Darwin atas hilangnya bayi perempuannya, Azaria Chamberlain, pada 3 Februari 1982 (Getty Images)
Darwin -

Ketika bayinya menghilang dari tenda mereka di Uluru, Australia, banyak media dan masyarakat skeptis terhadap Lindy Chamberlain bahkan melecehkannya. Dia divonis melakukan pembunuhan terhadap anaknya pada 41 tahun lalu, dalam kasus paling kontroversial di sejarah hukum Australia.

Chamberlain pun berjuang selama bertahun-tahun untuk membersihkan namanya.

Melalui rekaman eksklusif di BBC Archive, yang ditayangkan dalam serial baru berjudul In History, Chamberlain menceritakan bagaimana rasanya divonis secara salah.

Tatapan Lindy Chamberlain terlihat waspada ketika dia ditanyai oleh wartawan BBC, Terry Wogen, dalam program televisi tahun 1991.

Perempuan itu mengenakan jaket berwarna biru pucat dan berbicara dengan nada yang lembut.

Dia punya alasan kuat untuk bersikap hati-hati. Sebab, hidupnya telah terkoyak setelah kematian tragis putrinya, gencarnya pemberitaan terhadap peristiwa itu, serta tuduhan yang salah bahwa dia adalah pelakunya.

Foto Lindy Chamberlain bersama bayi perempuannya (Getty Images)

Lindy mendapat sorotan internasional setelah bayi perempuannya, Azaria, menghilang.

Pada 17 Agustus 1980, dia dan suaminya Michael tengah dalam perjalanan untuk berkemah bersama keluarga mereka di Uluru, yang saat itu dikenal sebagai Ayers Rock.

Di tengah momen itu lah bayi mereka yang berusia sembilan minggu menghilang dari tenda mereka.

Lindy melaporkan bahwa dia melihat seekor anjing liar meninggalkan tenda mereka. Dia meyakini bahwa anjing liar dingo itu telah mengambil bayinya.

Pencarian mereka bersama penduduk setempat tidak membuahkan hasil. Jenazah Azaria tidak pernah ditemukan.

Baca juga:

Dalam pemeriksaan awal pasca-hilangnya Azaria, pengakuan Chamberlain diterima. Namun, jaksa penuntut umum dan banyak media di Australia tidak menerima pengakuan tersebut.

Pemberitaan yang masif menyebabkan pasangan ini dilecehkan oleh masyarakat.

Mereka diludahi di jalan dan menerima banyak ancaman pembunuhan.

"Selama pemeriksaan pertama, saya menerima begitu banyak ancaman sehingga pengadilan menugaskan polisi untuk mengawal saya," katanya kepada Wogan dalam klip eksklusif BBC.

(Ilustrasi) Lindy meyakini anjing liar dingo telah mengambil bayinya, namun banyak pihak tidak mempercayai kesaksiannya (Getty Images)

Chamberlain mengatakan bahwa mulanya dia setuju untuk diwawancarai media karena ingin membantu memperingatkan orang tua lainnya. Namun, dia segera menyadari bahwa dia tidak punya kendali atas bagaimana dia digambarkan.

"Apa yang masyarakat Australia lihat adalah apa yang digambarkan media tentang saya," kata Lindy.

"Awalnya saya menangis dalam wawancara pertama yang saya lakukan, lalu media mendatangi saya dan mengatakan: Kami turut menyesali apa yang terjadi pada putri Anda."

Kami kecewa karena tidak ada di sekitarnya yang memperingatkan orang-orang. Kami tahu Anda ingin memperingatkan orang-orang. Maukah Anda membantu kami melakukannya? Dan tentu saja saya menjawab ya.

"Kami melakukannya, dan reporter pertama itu mengatakan bahwa wawancara tersebut terlalu mudah dan mereka tidak tampak cukup emosional. Terlepas dari fakta bahwa dia menangis di tengah-tengah wawancara, pasti ada sesuatu yang salah."

Situasi semakin runyam karena dia yakin bahwa polisi membocorkan informasi dan kecurigaan mereka kepada wartawan.

"Polisi selalu memberikan informasi kepada pers, dan kami tidak punya cara untuk melawannya," tutur Lindy.

"Jadi, masyarakat mendapatkan foto-foto seorang perempuan yang mengerikan. Dan setiap kali saya menangis dalam wawancara seperti ini misalnya, mereka akan memotongnya karena penonton akan kecewa."

"Kalau Anda tersenyum ketika mendengar lelucon, Anda dianggap tidak peduli. Kalau Anda menangis, Anda dianggap bersandiwara, apa pun menjadi serba salah."

"Jadi, saya lah si penyihir yang diketahui oleh semua orang."

Lindy dan suaminya, Michael Chamberlain (Getty Images)

Proses persidangan menjadi peristiwa hukum yang besar dan diliput secara sensasional oleh media. Kasus ini juga sangat memecah belah opini publik.

Perdebatan muncul mengenai peran anjing dingo, yang pada saat itu dianggap tidak berbahaya dalam hilangnya bayi tersebut.

Ada pula kecurigaan dan prasangka terkait latar belakang agama keluarga Chamberlain sebagai jemaat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, yang memicu tuduhan tidak berdasar soal aktivitas aliran sesat.

Bagian penting dalam tuntutan terhadap Chamberlain adalah temuan forensik berupa darah bayi di dalam mobil keluarga mereka. Namun belakangan, bukti ini didiskreditkan secara luas.

Persidangan dalam kasus ini sebagian besar didasarkan pada bukti tidak langsung, dan tidak ada jasad yang pernah ditemukan.

Di tengah sorotan tajam publik dan proses hukum yang berlangsung, Chamberlain bersikeras bahwa dirinya tidak bersalah.

Namun pada 29 Oktober 1982, dia dinyatakan bersalah atas pembunuhan dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Suaminya, Michael, juga didakwa namun dia dinyatakan bersalah karena turut serta setelah kejadian tersebut. Michael mendapat hukuman percobaan 18 bulan.

Chamberlain masih dipenjara pada tahun 1986 dan telah menggunakan seluruh upaya hukum yang bisa dia tempuh, ketika bukti baru ditemukan secara kebetulan.

Jaket matinee yang dikenakan Azaria, yang menurut polisi tidak ada, ditemukan terkubur sebagian di area sarang dingo di Uluru.

Jaket matinee yang dikenakan Azaria ditemukan terkubur sebagian di area sarang dingo di Uluru (Getty Images)

"Kalau mereka mengakui bahwa saya benar tentang hal itu, mereka juga harus mengakui bahwa saya juga benar soal lebih banyak hal lainnya," kata Lindy.

"Jadi ini menimbulkan masalah besar."

Bukti tersebut membuat Lindy akhirnya dibebaskan dari penjara. Pada tahun 1988, dia dan suaminya resmi dibebaskan dari semua tuduhan. Mereka bercerai pada tahun 1991, dan Michael meninggal pada 2017.

Meskipun ada ketidakadilan yang terjadi, penyebab kematian Azaria tetap memicu spekulasi selama bertahun-tahun berikutnya.

Pada 1988, kasus Chamberlain dibuat menjadi film berjudul A Cry in the Dark yang dibintangi oleh Meryl Streep sebagai Lindy, dan Sam Neill sebagai Michael.

Lindy sendiri menulis sebuah buku, Through My Eyes, pada tahun 1990 yang merinci dampak besar kasus tersebut terhadap hidupnya dan keluarganya.

Dalam wawancara dengan BBC Wogan, dia mengatakan bahwa buku itu adalah bentuk perlindungan bagi ketiga anaknya, yang hidupnya dikelilingi oleh peristiwa tersebut.

"Mereka menerima begitu banyak informasi yang salah, anak-anak saya berhak untuk hidup dengan informasi yang benar. Dan orang-orang terus menerus menghampiri saya di jalan dan bertanya, setidaknya buku ini menjawab banyak pertanyaan mereka."

Pada tahun 2012, petugas koroner mengeluarkan laporan akhir dalam kasus Chamberlain, yang secara resmi menyatakan bahwa putri mereka, Azaria, diserang dan dibawa oleh dingo.

Ini sejalan dengan pengakuan yang selalu dipertahankan oleh Lindy dan Michael sejak awal.

Keputusan dalam kasus Chamberlain memicu refleksi mendalam di Australia.

Begitu banyak orang, entah itu masyarakat, media massa, polisi, dan pengadilan begitu percaya bahwa seorang perempuan yang tidak bersalah sebagai pelakunya.

Bagi banyak warga Australia, sulit untuk berdamai bahwa seorang ibu yang berduka telah dihukum secara salah.

"Warga Australia selalu menganggap diri mereka sendiri, dan negara ini, sebagai negara yang adil," kata John Bryson, penulis Evil Angels, buku tentang hilangnya Azaria, yang menjadi dasar film Cry in the Dark.

"Tentu saja itu tidak tercermin di kasus ini."

--

Artikel versi Bahasa Inggris berjudul 'The police were feeding information to the press': The Australian mother wrongly convicted of murder dapat Anda baca di BBC Culture.




(nvc/nvc)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork