Lima Fakta Baru Setelah 4 Minggu Perang Israel-Hamas

Lima Fakta Baru Setelah 4 Minggu Perang Israel-Hamas

BBC Indonesia - detikNews
Jumat, 10 Nov 2023 11:51 WIB
Seorang warga Gaza meratapi dampak serangan Israel ke kamp pengungsi Jabalia, 31 Oktober 2023. (Reuters)
Jakarta -

Salah satu hal pertama yang harus dipahami terkait liputan media massa, analisis, dan komentar pakar yang muncul sejak 7 Oktober lalu adalah bahwa tidak ada seorang pun yang benar-benar mengetahui gambaran besar tentang apa yang terjadi.

Ketidaktahuan ini bukan hanya karena hambatan mengetahui apa yang terjadi di medan perang, seperti yang terjadi pada konflik pada umumnya, tapi juga karena eskalasi baru soal Israel-Palestina belum sepenuhnya muncul.

Peristiwa demi peristiwa masih berlangsung cepat. Kekhawatiran bahwa perang akan meluas sangatlah nyata. Wakil pemimpin Hizbullah kelompok militan kuat di Libanon yang didukung Iran mengatakan pembunuhan warga sipil oleh militer Israel di Gaza berisiko menimbulkan perang yang lebih luas di Timur Tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Realitas baru di Timur Tengah memang sudah ada, tapi bentuk dan bagaimana proses itu terjadi bergantung pada bagaimana perang ini berlangsung hingga akhir tahun ini, dan mungkin setelahnya.

Berikut adalah beberapa hal yang kami ketahui dan beberapa hal lain yang tidak kami ketahui. Daftar ini tidak lengkap.

ADVERTISEMENT

Beberapa orang mengejek Donald Rumsfeld, Menteri Pertahanan AS pada saat invasi ke Irak pada tahun 2003, ketika dia berbicara tentang "hal-hal yang tidak diketahui".

Namun di Timur Tengah, sama seperti di belahan dunia lainnya, hal-hal yang tidak diketahui ini ada, dan ketika muncul, hal-hal ini bisa membuat perbedaan besar.

1.

Satu hal yang pasti adalah bahwa Israel mendukung kampanye militer untuk mematahkan kekuasaan Hamas dan kelompok Jihad Islam di Gaza.

Kemarahan Israel dipicu serangan Hamas yang diklaim membunuh lebih dari 1.400 orang. Kelompok itu juga dituding masih menyandera 240 warga Palestina.

Kfar aza, IsraelReutersPotret sebuah rumah yang disebut merupakan salah satu lokasi penyerangan Hamas ke wilayah Israel.

Saya bertemu Noam Tibon, seorang pensiunan jenderal tentara Israel. Saya bertanya tentang bagaimana dia pergi bersama istrinya ke Nahal Oz, sebuah permukiman di perbatasan Israel- Palestina pada 7 Oktober lalu.

Tibon berkata, misi hari itu berhasil, yaitu menyelamatkan putranya, menantunya, dan dua putri kecil mereka yang berada. Mereka bersembunyi di ruang aman ketika mendengar kedatangan milisi Hamas.

Tibon mungkin sudah pensiun tetapi ia terlihat sangat sehat di usia 62 tahun. Dia mempersenjatai diri dengan senapan serbu dan helm yang dia ambil dari seorang tentara Israel yang tewas.

Tibon memimpin sekelompok tentara yang dia kumpulkan dalam kekacauan hari itu. Mereka membersihkan permukiman dan menyelamatkan sejumlah keluarga di sana.

Lebih jauh tentang konflik Israel dan Hamas:

Jenderal itu adalah seorang perwira Israel yang lugas dan lugas.

"Gaza akan menderita tidak ada negara yang akan setuju bahwa tetangga Anda akan membantai bayi, perempuan atau manusia lainnya.

"Ini sama seperti Anda (warga Inggris) menghancurkan musuh Anda selama Perang Dunia Kedua. Inilah yang perlu kita lakukan di Gaza. Tidak ada ampun, kata Tibon.

Saya lalu bertanya, bagaimana dengan warga sipil Palestina tak berdosa yang terbunuh dalam serangan Israel?

"Sayangnya, hal ini terjadi. Kami hidup di lingkungan yang sulit, dan kita harus bertahan hidup. Kami harus tangguh. Kami tidak punya pilihan, ujarnya.

Banyak warga Israel menyuarakan sentimen seperti ini, bahwa kematian warga sipil Palestina adalah hal yang disayangkan, tapi kematian mereka adalah konsekuensi dari tindakan Hamas.

2.

Jelas bahwa serangan Israel terhadap Hamas menyebabkan pertumpahan darah yang mengerikan.

Angka terbaru soal kematian warga Palestina dari Kementerian Kesehatan Gaza, yang dijalankan oleh Hamas, telah melampaui 10.000 orang. Dari angka itu, sekitar 65% di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Belum jelas berapa banyak warga sipil orang yang terbunuh, begitu juga milisi Hamas dan Jihad Islam yang tewas.

Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, dan pemerintah Israel tidak mempercayai data kematian tersebut. Namun dalam pertempuran era sebelumnya, banyak organisasi internasional meyakini statistik korban warga Palestina itu.

Sebuah tonggak sejarah yang suram akan segera tiba. PBB menyatakan sekitar 9.700 warga sipil telah terbunuh di Ukraina sejak invasi besar-besaran Rusia pada tahun 2022.

Beberapa orang Palestina yang tewas akibat serangan Israel mungkin adalah bagian dari Hamas.

Namun bahkan jika proporsi tersebut mencapai 10%, sebuah persentase kecil yang mungkin tidak faktual, jumlah korban tewas di Gaza akibat serangan Israel dalam sebulan terakhir sudah menyamai total kematian yang disebabkan Rusia di Ukraina dalam 21 bulan.

Perempuan Palestina Getty ImagesPBB telah menyatakan bahwa serangan Israel ke Gaza merupakan kejahatan perang.

Kantor hak asasi manusia PBB menyatakan bahwa begitu banyak warga sipil yang terbunuh dan terluka dalam serangan udara Israel.

Mereka sangat khawatir serangan tersebut tidak proporsional dan bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang.

Sejak hari-hari pertama setelah serangan Hamas, Presiden AS Joe Biden mendukung keputusan Israel menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan Hamas.

Namun dia juga berkata bahwa hal itu perlu dilakukan "dengan cara yang benar. Maksudnya, Israel harus mematuhi hukum perang yang melindungi warga sipil.

Baca juga:

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah tiba di Tel Aviv, Israel.

Sebelum lepas landas, dia berkata: "Ketika saya melihat seorang anak Palestina, baik laki-laki, perempuan, ditarik dari reruntuhan bangunan, hal itu membuat saya terpukul seperti melihat seorang anak dari Israel atau di mana pun."

Saya telah meliput semua perang Israel dalam 30 tahun terakhir. Saya tidak ingat pemerintahan AS menyatakan secara terbuka bahwa Israel perlu mematuhi hukum perang.

Kunjungan Blinken menunjukkan bahwa dia yakin Israel tidak mengikuti saran Biden.

3.

Hal lain yang kita tahu dengan pasti adalah bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berada di bawah tekanan besar di internal negaranya.

Berbeda dengan para pemimpin keamanan dan militer Israel, ia belum menerima tanggung jawab pribadi apa pun atas serangkaian kegagalan besar yang menyebabkan warga di perbatasan Israel tidak terlindungi pada tanggal 7 Oktober.

Pada 29 Oktober lalu, Netanyahu membuat heboh ketika mengunggah cuitan yang menyalahkan badan intelijen Israel.

Belakangan Netanyahu menghapus cuitan tersebut dan meminta maaf.

Benjamin NetanyahuReutersBeberapa kalangan di Israel menyalahkan Netanyahu soal kejadian 7 Oktober lalu.

Tiga orang Israel, yaitu mantan perunding perdamaian, mantan kepala Badan Intelijen Internal Israel Shin Bet, dan juga Netanyahu dituding beberapa pihak bertanggung jawab atas peristiwa 7 Oktober.

Seorang pengusaha di bidang teknologi dan menulis sebuah artikel di jurnal Foreign Affairs, menyebut bahwa Netanyahu tidak boleh terlibat dalam perang dan apa pun yang terjadi setelahnya.

Netanyahu memiliki pendukung setia, tapi dia telah kehilangan kepercayaan dari tokoh-tokoh terkemuka di militer dan keamanan Israel.

Baca juga:

Noam Tibon, pensiunan jenderal yang saya wawancarai, membandingkan Netanyahu dengan Neville Chamberlain, Perdana Menteri Inggris yang dipaksa mengundurkan diri pada tahun 1940. Chamberlain akhirnya digantikan oleh Winston Churchill.

"Ini adalah kegagalan terbesar dalam sejarah negara Israel. Ini adalah kegagalan militer. Ini adalah kegagalan intelijen. Dan ini adalah kegagalan pemerintah," kata Tibon.

"Yang benar-benar bertanggung jawab, semua kesalahannya ada padanya, pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Dia bertanggung jawab atas kegagalan terbesar dalam sejarah Israel," ujar Tibon.

4.

Jelas bahwa status quo lama telah dihancurkan. Situasinya menjadi tidak menyenangkan dan berbahaya, tapi tampaknya memicu stabilitas yang sangat familiar bagi banyak orang.

Sejak gelombang protes Palestina terakhir berakhir pada tahun 2005, sebuah pola muncul, bahwa stabilitas yang diyakini dapat dipertahankan tanpa batas waktu.

Stabilitas adalah ilusi yang berbahaya, bagi semua pihak, baik warga Palestina maupun Israel.

Argumen dalam ilusi stabilitas itu adalah bahwa Palestina bukan lagi ancaman bagi Israel. Sebaliknya, stabilitas merupakan masalah yang harus dikelola oleh Israel.

Baca juga:

Alat-alat yang tersedia bagi Israel untuk mengelola stabilitas itu adalah hukuman, anjuran persuasif serta taktik kuno "memecah belah dan memerintah.

Netanyahu, yang menjabat sebagai perdana menteri sejak tahun 2009 secara konsisten menyatakan bahwa Israel tidak memiliki mitra perdamaian.

Kemungkinan besar memang demikian. Otoritas Palestina, yang merupakan saingan utama Hamas, adalah organisasi yang sangat rapuh.

Banyak pendukung Otoritas Palestina percaya bahwa Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang sudah lanjut usia perlu mundur.

Namun mereka juga menerima gagasan soal pembentukan negara Palestina yang berdampingan dengan Israel pada tahun 1990-an.

Antony Blinken, Mahmoud AbbasReutersNetanyahu telah mencoba membuat perpecahan antara Hamas dan Otoritas Palestina. Dalam foto ini Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bersalaman dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

5.

Jelas juga bahwa Israel, yang didukung Amerika, tidak akan memberi toleransi berupa kesepakatan yang memungkinkan Hamas tetap berkuasa.

Itu berpotensi menyebabkan lebih banyak pertumpahan darah. Hal ini pun menimbulkan pertanyaan besar mengenai apa atau siapa penggantinya Hamas. Ini adalah pertanyaan yang hingga saat ini belum terjawab.

Konflik antara Arab dan Yahudi untuk menguasai tanah di antara Sungai Yordan dan Laut Mediterania telah berlangsung selama lebih dari 100 tahun.

Salah satu pelajaran dari sejarah panjang dan berdarah-darah itu adalah bahwa tidak akan pernah ada solusi militer.

Pada tahun 1990-an, proses Perdamaian Oslo digelar untuk mencoba mengakhiri konflik Israel-Palestina. Solusinya, waktu itu, adalah dengan mendirikan negara Palestina dengan ibu kota di Yerusalem Timur.

Upaya terakhir untuk menghidupkannya kembali, setelah bertahun-tahun melakukan negosiasi, terjadi pada masa pemerintahan Presiden AS Barack Obama. Upaya ini gagal satu dekade yang lalu dan sejak itu konflik Israel-Palestina dibiarkan memburuk.

Israeli military medic at funeral of soldier killed in GazaReutersLebih dari 20 tentara Israel tewas sejak Israel memulai operasi darat di Gaza.

Seperti yang dikatakan Presiden AS Joe Biden dan banyak tokoh penting lainnya, satu-satunya peluang untuk menghindari lebih banyak perang adalah dengan mendirikan negara Palestina berdampingan dengan Israel.

Hal ini tidak akan mungkin terjadi jika pemimpin kedua belah yang saat ini masih berkuasa.

Kelompok ekstremis, baik di Israel maupun Palestina, akan melakukan apa saja untuk menggagalkan gagasan tersebut, seperti yang telah mereka lakukan sejak tahun 1990-an.

Beberapa di antara mereka percaya bahwa mereka mengikuti kehendak Tuhan sehingga tidak mungkin membujuk mereka untuk menerima kompromi sekuler.

Namun jika perang ini tidak memberikan kejutan yang cukup untuk mematahkan prasangka yang mengakar dan membuat gagasan tentang dua negara bisa terwujud, maka tidak akan ada yang bisa dilakukan.

Tanpa adanya solusi yang dapat diterima kedua pihak untuk mengakhiri konflik, generasi masa depan Palestina dan Israel akan tetap terdampak perang yang lebih besar.

Lihat Video 'Detik-detik Rudal Israel Hancurkan Masjid Khalid bin Al-Walid di Gaza':

[Gambas:Video 20detik]



(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads