Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menegaskan dirinya menolak melakoni gencatan senjata dengan Hamas. Alih-alih berdamai, Netanyahu menyatakan "ini waktunya untuk berperang".
"Sama seperti AS yang tidak menyetujui gencatan senjata setelah pengeboman Pearl Harbor atau setelah serangan teroris 9/11, Israel juga tidak akan menyetujui penghentian permusuhan dengan Hamas setelah serangan mengerikan pada 7 Oktober," papar Netanyahu.
"Seruan untuk gencatan senjata adalah seruan agar Israel menyerah kepada Hamas, menyerah pada terorisme," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alkitab mengatakan 'ada waktunya untuk damai, ada waktunya untuk berperang. Ini adalah waktunya untuk berperang," cetus Netanyahu.
Ketika ditanya apakah operasi daratnya di Gaza akan menjamin pembebasan para warga Israel yang disandera Hamas, Netanyahu menjawab: "Penilaian umum kami, bukan hanya penilaian anggota kabinet tetapi juga seluruh pasukan keamanan dan militer, aksi darat sebenarnya menciptakan kemungkinan - bukan kepastian - untuk membebaskan sandera kami, karena Hamas tidak akan melakukannya kecuali mereka berada di bawah tekanan."
"Kami berkomitmen untuk memulangkan semua sandera," tambah Netanyahu.
Getty Images
Di tengah operasi darat militer Israel, Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa daerah sekitar Rumah Sakit Al-Quds mengalami pengeboman besar-besaran dari pasukan Israel.
"Serangan artileri dan udara terus menerus di daerah Tal-Alhwa di #Gaza tempat Rumah Sakit Al-Quds berada," sebut lembaga amal tersebut di X, yang sebelumnya bernama Twitter.
"Bangunan bergetar dan warga sipil yang mengungsi serta kru mengalami ketakutan dan kepanikan."
Laporan itu mengemuka setelah Israel memperingatkan bahwa rumah sakit di Kota Gaza harus dievakuasi.
Baca juga:
Badan amal internasional ActionAid mengatakan ambulans di Al-Quds sekarang kehabisan bahan bakar dan jalan-jalan di dekatnya telah dibom sehingga bantuan yang sangat dibutuhkan tidak dapat disalurkan ke dokter dan pasien.
"Kami menyambut baik peningkatan bantuan ke Gaza, namun cukup jelas bahwa - di tengah meningkatnya serangan dan peningkatan sasaran rumah sakit dalam beberapa hari terakhir - bantuan yang masuk tidak dapat mengimbangi kecepatan yang dibutuhkan," kata Riham Jafari, koordinator komunikasi dan advokasi di ActionAid Palestine.
"Di tengah pengeboman terus-menerus, pasokan bantuan tidak dapat sampai ke rumah sakit karena jalan-jalan hancur. Sekali lagi, kami menyerukan gencatan senjata sehingga rumah sakit dan mesin pendukung kehidupan dapat terus beroperasi."
Jason Lee dari badan amal Save the Children cabang Palestina mengatakan sebanyak satu anak tewas setiap 10 menit akibat pertikaian di Gaza.
Berbicara kepada BBC dari Yerusalem, ia mengatakan dari 20.000 warga sipil yang terluka, satu dari tiga di antara korban adalah anak-anak.
Presiden Indonesia Joko Widodo mengaku "sangat marah" dengan memburuknya situasi di Gaza, terutama situasi kemanusiaan di sana.
"Posisi Indonesia sangat jelas dan tegas, mengutuk keras serangan acak terhadap masyarakat sipil dan fasilitas sipil di Gaza," tegas Jokowi dalam pernyataan resminya, Senin (30/10).
Dia memastikan bahwa Indonesia terus melakukan komunikasi dengan banyak pihak untuk mengupayakan penyelesaian masalah ini.
Di sisi lain, tambah Jokowi, Indonesia akan segera mengirim bantuan kemanusiaan ke Palestina.
"Kloter pertama akan akan dikirimkan minggu ini," imbuhnya.
Sebelumnya, ratusan pasien kini terjebak di sejumlah rumah sakit di Gaza utara dan kondisi fisik mereka tak memungkinkan untuk berpindah ke selatan, kata badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menangani pengungsi Palestina (UNRWA).
Israel telah memperingatkan pihak rumah sakit untuk mengevakuasi pasien dan pengungsi yang berlindung di rumah sakit, namun para dokter mengatakan memindahkan ratusan orang - banyak di antaranya dalam perawatan intensif - adalah hal yang mustahil.
Tom White dari UNRWA menegaskan apa yang sudah dikatakan para dokter, bahwa memindahkan para pasien adalah hal yang mustahil.
"Banyak orang di utara mencari perlindungan di sekolah-sekolah yang dikelola UNRWA, mereka mencari perlindungan di rumah sakit," kata White.
"Saya berada di salah satu rumah sakit pekan ini dan ada ratusan pasien yang tidak bisa dipindahkan," ujarnya kemudian.
Dia kemudian berkata bahwa orang-orang yang kini berada di utara Gaza - tak hanya pasien - juga "tak bisa berpindah karena mereka tak memiliki moda transportasi".
Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan Israel terus menggencarkan serangan udara di area sekitar rumah sakit, seiring operasi darat yang mereka lakukan di bagian utara Jalur Gaza.
Direktur Rumah Sakit Al-Quds di Kota Gaza, Bassam Mourad, bahkan mengaku telah menerima beberapa peringatan untuk mengevakuasi gedung tersebut.
"Yang pertama adalah melalui panggilan telepon dari Bulan Sabit Merah Palestina yang dihubungi oleh tentara Israel. Mereka meminta seluruh pasien dan pekerja, serta mereka yang berada di rumah sakit, dievakuasi ke selatan Gaza," kata Mourad kepada kantor berita Reuters.
"Mereka menyebutkan bahwa kawasan ini akan menjadi zona militer dan akan berlangsung bentrokan. Kawasan tersebut akan berbahaya sehingga kami harus segera mengungsi," tambahnya.
Dia melanjutkan dengan mengatakan jumlah pengungsi yang tinggal di rumah sakit berkisar antara 12.000 hingga 14.000 jiwa.
"Angkanya berubah setiap hari selain departemen rumah sakit dan unit perawatan intensif," ungkap Mourad.
ReutersRibuan orang mengungsi di RS Al-Quds, Gaza.
Seorang warga bernama Abu Qusai Al-Deeb telah berlindung di RS Al-Quds di Kota Gaza selama tiga minggu,
Dia mengatakan dia menerima sekitar enam peringatan agar meninggalkan rumah sakit.
"Kami mengatakan kepada mereka, sebutkan tempat yang aman dan kami akan meninggalkan rumah sakit. Tidak ada tempat yang aman, tidak di selatan, atau di seluruh Gaza", tegasnya kepada kantor berita Reuters.
BBC
BBC News menerima pesan dari seorang dokter bahwa "pengeboman gencar berlangsung di sekitar lokasi Rumah Sakit Al-Quds".
Dia menambahkan: "Semuanya, khususnya anak-anak, merasa sangat takut. Mereka [Israel] mengebom gedung-gedung di belakang rumah sakit".
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, menyatakan melalui media sosial bahwa "mustahil" mengevakuasi para pasien dari RS Al-Quds secara aman.
Bulan Sabit Merah Palestina mengamini hal itu. Mereka mengunggah pernyataan: "Mengevakuasi [para pasien] sama saja membunuh mereka".
Dan Kitwood/Getty ImagesPasukan Israel nampak berkonvoi di perbatasan Gaza pada 28 Oktober 2023.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan operasi darat di Gaza telah memasuki "tahap kedua". Menurutnya, operasi darat tersebut bakal menjadi perang "panjang dan sulit" melawan Hamas.
Dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi, dia mengatakan bahwa pasukan darat Israel tambahan telah pergi ke tempat yang dia sebut sebagai "benteng kejahatan" - yang berarti Gaza - dan menyatakan bahwa para komandan telah dikerahkan "di seluruh Jalur Gaza".
Netanyahu bertemu dengan keluarga-keluarga warga Israel yang disandera oleh Hamas, yang telah menyatakan keprihatinan mereka atas serangan yang semakin meningkat di Gaza
Dia mengatakan bahwa memulihkan para sandera adalah bagian "integral" dari tujuan militer.
JACQUELYN MARTIN/Getty ImagesPM Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan operasi darat militer memasuki 'tahap kedua'.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada komite parlemen bahwa perang tersebut akan terdiri dari tiga tahap.
"Tahap pertama dari kampanye ini dimaksudkan untuk menghancurkan infrastruktur Hamas untuk mengalahkan dan menghancurkan Hamas," kata Gallant.
Dia menggambarkan tahap kedua sebagai pertempuran lanjutan saat pasukan bekerja untuk "menghilangkan kantong-kantong perlawanan".
Dan tahap ketiga, kata Gallant, "akan membutuhkan penghapusan tanggung jawab Israel atas kehidupan di Jalur Gaza, dan pembentukan realitas keamanan baru bagi warga Israel".
Selebaran telah disebarkan di Kota Gaza yang berisi peringatan bagi warga, bahwa daerah tersebut sekarang menjadi "medan perang" dan mereka harus pergi ke selatan.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel melakukan kejahatan perang. Netanyahu menanggapinya kesal dengan menarik keluar diplomat dari negara tersebut, dan mengatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel adalah "tentara moral".
Israel telah mengebom Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang dan menyebabkan 229 orang diculik sebagai sandera.
Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan lebih dari 8.000 orang telah terbunuh sejak pemboman balasan Israel dimulai.
EPA
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut tak ada tempat yang aman bagi warga Palestina di Gaza saat ini, seiring pertikaian antara Israel dan Hamas yang kian memanas.
Pasukan pertahanan Israel (IDF) mengeklaim telah melakukan "serangan yang ditargetkan" di sejumlah infrastruktur dan pos peluncuran rudal anti-tank di Gaza utara.
Baca juga:
Menurut Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Palestina, Lynn Hastings, peringatan dini Israel agar warga di Gaza utara mengevakuasi diri tak ada bedanya bagi orang-orang yang tak bisa mengungsi lantaran tidak memiliki tujuan atau tidak bisa bergerak.
"Ketika jalur evakuasi dibom, ketika orang-orang di utara dan selatan terjebak dalam pertikaian, ketika kebutuhan pokok untuk bertahan hidup tidak ada lagi, dan ketika tidak ada jaminan untuk kembali, orang-orang tak punya pilihan," katanya kepada BBC.
"Tidak ada tempat yang aman di Gaza."
Awal bulan ini, militer Israel memperingatkan masyarakat di utara Jalur Gaza untuk menuju ke selatan.
Seorang warga Palestina di Khan Younis, di Gaza bagian selatan, mengatakan kepada kantor berita Reuters: "Wilayah selatan, di selatan lembah, tidak aman.
"Terjadi pembantaian siang dan malam, banyak pembantaian, anak-anak, remaja, bayi - semuanya dibunuh.
"Bangunan-bangunan mati, pohon-pohon mati tidak ada tempat yang aman di seluruh Jalur Gaza. Bagian selatan hancur, semua pembunuhan dan pengungsian terjadi di bagian selatan.
"Kita milik Tuhan dan kepada-Nya kita akan kembali."
Reuters
Sebelumnya, PBB memperingatkan pasokan bahan bakar di Gaza akan segera habis, mengakibatkan rumah sakit menutup hampir seluruh layanannya, kecuali Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Seiring beberapa negara di seluruh dunia menyerukan "jeda kemanusiaan" dalam upaya menyalurkan bantuan yang sangat dibutuhkan ke Gaza, PBB telah memperingatkan Gaza akan kehabisan bahan bakar pada Rabu (25/10) malam.
Jika bahan bakar habis, itu akan berdampak sangat besar pada upaya bantuan kemanusiaan yang mereka lakukan di wilayah yang tengah dilanda prahara tersebut.
PBB menekankan pentingnya pengiriman pasokan bahan bakar ke wilauah itu demi memastikan warga mendapatkan air minum yang bersih, layanan rumah sakit tetap buka dan operasi bantuan dapat terus berlanjut.
Menipisnya pasokan bahan bakar di Gaza, memicu kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap layanan kesehatan. Badan-badan PBB lainnya memperkirakan bahwa sepertiga rumah sakit di Gaza dan hampir dua per tiga klinik layanan kesehatan utama ditutup karena kerusakan atau kekurangan bahan bakar.
Wartawan BBC di Gaza, Rushdi Abualouf, mengatakan rumah sakit kini telah menutup hampir semua layanannya kecuali instalasi gawat darurat.
"Sebagian besar departemen di rumah sakit ditutup karena mereka ingin meminimalkan jumlah bahan bakar yang mereka gunakan," ujarnya kepada program Today di BBC Radio 4.
Akan tetapi, fasilitas penting seperti unit dialisis masih beroperasi, kendati dengan perawatan yang sangat minim.
Dalam satu hari serangan udara Israel, menyebabkan 436 orang tewas, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Israel mengatakan pihaknya menargetkan infrastruktur Hamas dalam serangannya, termasuk terowongan. Israel mengeklaim berhasil menggempur 320 sasaran dalam sehari.
Israel juga melancarkan serangan darat terbatas ke Gaza untuk mencari informasi tentang warga Israel yang disandera milisi Hamas.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan situasi di Gaza selatan sangat buruk sehingga beberapa warga sipil memutuskan kembali ke tempat tinggal mereka di Gaza utara, setelah diperintahkan untuk mengungsi ke selatan oleh Israel.
Sebelumnya, sejumlah rudal Israel menghantam sebuah masjid di Kota Jenin, Tepi Barat.
Militer Israel (IDF) mengatakan intelijen mereka "mengungkap bahwa masjid itu digunakan sebagai pusat komando untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris terhadap warga sipil".
Seorang petugas medis setempat mengatakan bahwa dua orang tewas dalam insiden tersebut, menurut kantor berita Reuters. BBC belum memverifikasi informasi ini.
EPAWarga Palestina berduka atas kematian kerabat mereka dekat Nablus, Tepi Barat.
Militer Israel, melalui akun X berbahasa Inggris, membenarkan bahwa serangan di Jenin menargetkan sebuah masjid.
"Intelijen IDF baru-baru ini mengungkapkan bahwa masjid tersebut digunakan sebagai pusat komando untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris terhadap warga sipil," tulis unggahan tersebut.
Selain menyerang masjid, militer Israel juga menyerang kamp pengungsi Nur Shams, menurut lembaga bantuan PBB yang berfokus pada pengungsi Palestina (UNRWA). Sebanyak 13 orang, termasuk lima anak, tewas dalam serangan itu.
UNRWA menyebut seorang serdadu Israel juga tewas dan "sejumlah lainnya luka-luka".
Lembaga PBB tersebut mengaku terpaksa menangguhkan berbagai pelayanan, termasuk sekolah, fasilitas kesehatan, dan pengumpulan sampah.
Tepi Barat yang diduduki Israel adalah wilayah terpisah dari Jalur Gaza.
Krisis kemanusiaan terus terjadi di Palestina.
Kelompok Hamas - pihak berwenang di Gaza - mengatakan 500 orang tewas dalam ledakan di rumah sakit Al Ahli. Hamas menyalahkan Israel, yang pada gilirannya menyalahkan kelompok milisi Jihad Islam Palestina.
BBC berbicara dengan seorang dokter di rumah sakit yang didanai oleh Gereja Anglikan tersebut yang mengatakan bahwa terjadi kehancuran total dan ratusan orang tewas atau terluka akibat ledakan tersebut.
"Dokter melakukan operasi di lapangan dan di koridor, dan beberapa di antaranya tanpa anestesi," kata juru bicara kementerian Dr Ashraf Al-Qudra, dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Facebook pada Rabu (18/10) pagi.
BBC
Dia menambahkan bahwa banyak dari korban adalah anak-anak dan perempuan, serta menambahkan bahwa banyak dari cedera yang diderita para korban "di luar kemampuan tim medis kami".
Indonesia mengutuk keras
Indonesia mengutuk keras serangan yang disebut melanggar hukum humaniter internasional tersebut. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri mendesak dibukanya akses kemanusiaan bagi warga Palestina.
"Indonesia juga mendesak komunitas internasional, terutama Dewan Keamanan PBB, untuk segera mengambil langkah nyata menghentikan serangan dan tindakan kekerasan di Gaza, yang telah memakan korban sipil sangat banyak," tulis Kementerian Luar Negeri dalam pernyataan tertulis.
Hamas menyalahkan serangan udara Israel dan menggambarkannya sebagai "kejahatan perang", sementara Israel membantah militernya terlibat dan mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina.
Jihad Islam, kelompok milisi terbesar kedua di Jalur Gaza, membantah bertanggung jawab.
Insiden itu terjadi tidak lama setelah PBB mengatakan sebuah sekolah yang menampung ribuan orang di Gaza tengah juga terkena serangan, menewaskan sedikitnya enam orang.
ReutersAnak-anak masuk ke dalam ambulans setelah serangan udara Israel menghantam Rumah Sakit Al-Ahli, menurut Kementerian Kesehatan Gaza di Kota Gaza, Jalur Gaza, 17 Oktober 2023.
Perbatasan masih ditutup
Kerumunan orang yang ingin meninggalkan Gaza sudah berkumpul di perbatasan Rafah, setelah laporan sebelumnya menyatakan bahwa perbatasan tersebut dapat dibuka kembali untuk sementara.
Pembukaan kembali jalur penyeberangan Gaza-Mesir akan memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan masuk ke wilayah tersebut, dan beberapa orang asing dapat meninggalkan wilayah tersebut.
Namun hingga saat ini perbatasan masih ditutup.
Rafah, yang berada di perbatasan antara Semenanjung Sinai Mesir dan Gaza yang dikuasai Hamas, adalah satu-satunya penyeberangan ke wilayah yang tidak dikuasai Israel.
Ribuan orang berkumpul di perbatasan Rafah dengan harapan dapat meninggalkan Gaza menjelang serangan darat Israel yang diperkirakan akan terjadi.
BBC
Sebelumnya, laporan-laporan media AS mengatakan Mesir akan segera membuka perbatasannya ke Gaza.
Jika perbatasan itu dibuka akan memungkinkan warga Palestina dengan kewarganegaraan ganda akan dapat meninggalkan Gaza.
Pembukaan ini akan memudahkan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan masyarakat di Gaza.
Para pejabat terkait belum mengkonfirmasi tentang hal ini, namun warga AS di Gaza telah diberitahu supaya mendekati penyeberangan Rafah
Menurut laporan, penyeberangan hanya akan dibuka selama beberapa jam mulai pukul 09:00 (06:00 GMT).
Dalam hari-hari terakhir, orang-orang secara bergelombang mendekati lokasi perbatasan ketika kondisi di Gaza terus memburuk.
BBC
BBC
BBC
Lihat juga Video: Pernyataan Rabi Yahudi Tak Ingin Disamakan dengan Israel: Mereka Zionis!