Sebagian besar spesies Bunga Rafflesia dikenal sebagai bunga bangkai di Indonesia kini terancam punah. Sejumlah ilmuwan mendesak adanya tindakan untuk menyelamatkan tumbuhan endemik Asia Tenggara ini.
Aksi tersebut, menurut para peneliti, mesti dilakukan sesegera mungkin demi menyelamatkan bunga-bunga ini, berdasarkan kisah sukses di Indonesia.
Sekelompok ahli botani internasional meneliti 42 spesies Rafflesia yang diketahui dan habitatnya terutama di Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Hasil penelitian mereka diterbitkan di jurnal Plants, People, Planet, pada Rabu (20/09)
Dr Chris Thorogood, Wakil Direktur Universitas Oxford Botanic Garden dan penulis studi tersebut mengatakan kajian itu menyoroti bagaimana upaya konservasi global yang diarahkan pada tanaman betapapun ikoniknya masih tertinggal jika dibandingkan dengan upaya penyelamatan terhadap satwa.
"Kita sangat membutuhkan pendekatan terpadu dan lintas wilayah untuk menyelamatkan beberapa bunga paling menakjubkan di dunia, yang sebagian besar kini berada di ambang kepunahan, ujarnya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
Para peneliti menemukan bahwa Bunga Rafflesia menghadapi risiko yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya, merujuk pada semakin menciutnya habitat mereka dan kurangnya strategi konservasi dan rencana perlindungan.
"Kami memperkirakan bahwa 60 persen spesies Rafflesia menghadapi risiko kepunahan yang parah, tulis para peneliti.
Berdasarkan kriteria yang digunakan International Union for Conservation of Nature (IUCN) para ilmuwan mengklasifikasikan 25 spesies sebagai "sangat terancam punah, 15 spesies sebagai "terancam punah, dan dua spesies sebagai "rentan.
Penelitian menunjukkan bahwa bunga yang pernah muncul pada uang kertas pecahan Rp500 ini diyakini tumbuh di wilayah yang terbatas, sehingga sangat rentan terhadap perusakan habitat.
Selain itu, lebih dari dua pertiga (67%) Bunga Rafflesia tidak dilindungi oleh strategi konservasi regional atau nasional.
Kurangnya perlindungan di tingkat lokal, nasional, dan internasional menyebabkan populasi yang tersisa berada di bawah ancaman kritis.
Baca juga:
- Bunga bangkai ditemukan di Sukabumi dan Kudus
- Mengapa begitu banyak bunga bangkai mekar pada 2016?
- Bunga bangkai terbesar dunia ditemukan di Riau
Rafflesia sebenarnya adalah parasit, dan hidup pada tanaman merambat di hutan tropis di seluruh Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Brunei, Malaysia, Filipina dan Thailand.
Parasit ini menghasilkan bunga mekar yang termasuk yang terbesar di dunia, kerap kali dengan bau yang tidak sedap.
Keberadaan tanaman ini merupakan suatu teka-teki karena kerap kali bunganya muncul secara tidak terduga, dan para ahli botani kesulitan untuk menumbuhkannya di luar lingkungan alaminya.
Kisah sukses konservasi di Indonesia
Beberapa spesies berisiko punah, kata studi tersebut, dan mendesak lebih banyak penelitian terhadap tanaman yang unik ini.
Studi para peneliti ini juga menyoroti beberapa titik terang dalam upaya konservasi, termasuk keberhasilan budidaya tanaman di Kebun Raya Bogor di Jawa Barat, dan ekowisata berkelanjutan terkait tanaman di Sumatera Barat.
Kebun Raya Bogor di Jawa Barat, telah menjadi pusat unggulan perbanyakan Rafflesia, setelah serangkaian proses pembungaan yang sukses, termasuk 16 spesies Rafflesia patma.
Para peneliti mengungkapkan, kegiatan berbagi pengetahuan akan membantu menyebarkan luaskan praktik pelestarian Rafflesia ke daerah-daerah yang memerlukan hal ini dengan segera.
Adapun di Sumatera Barat, kelompok masyarakat desa memperoleh manfaat dari ekowisata Rafflesia dengan membentuk pokdarwis, atau kelompok sadar pariwisata, yang berjejaring di media sosial.
Banyak dari mereka yang mengumumkan peristiwa mekarnya Rafflesia di platform media sosial untuk membangun kesadaran masyarakat dan untuk menarik wisatawan sambil secara hati-hati mengelola risiko, misalnya terinjak-injak.
Para peneliti menilai, kegiatan-kegiatan ini dapat dikembangkan sebagai pola untuk untuk disebarluaskan ke daerah-daerah di mana keterlibatan masyarakat dalam konservasi Rafflesia masih langka.
Sementara itu, ahli kehutanan dari Filipina, Adriane Tobias, mengatakan masyarakat adat adalah salah satu penjaga terbaik hutan dan program konservasi Rafflesia akan lebih berhasil jika melibatkan masyarakat lokal.
"Rafflesia berpotensi menjadi ikon baru konservasi di kawasan tropis Asia, kata Adriane.
Tahun lalu, negara-negara berjanji untuk melindungi 30 persen daratan dan lautan dunia pada tahun 2030 dalam sebuah kesepakatan penting untuk memperlambat hilangnya spesies dan ekosistem.
Penelitian berulang kali telah memperingatkan bahwa ancaman ganda yaitu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh manusia telah secara signifikan mengurangi keanekaragaman hayati di seluruh dunia.
Lihat juga Video 'Penampakan Bunga Bangkai di Depan Rumah Warga Lumajang':