Ancaman-Hinaan-'Robot' Kremlin, Diplomasi Rusia Mati di Bawah Putin

Ancaman-Hinaan-'Robot' Kremlin, Diplomasi Rusia Mati di Bawah Putin

BBC Indonesia - detikNews
Kamis, 07 Sep 2023 12:01 WIB
BBC
Jakarta -

Diplomat-diplomat Rusia pernah menjadi bagian kunci dalam strategi kebijakan luar negeri Presiden Putin. Namun semuanya telah berubah.

Dalam tahun-tahun menjelang invasi skalapenuh Rusia ke Ukraina, para diplomat telah kehilangan otoritas mereka. Peran mereka tereduksi jadi sekadar corong retorika agresif Kremlin.

BBC Rusia bertanya kepada mantan diplomat Barat, serta mantan pejabat Kremlin dan orang dalam di Gedung Putih, bagaimana diplomasi Rusia runtuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Short presentational grey lineBBC

Pada Oktober 2021, Wakil Menteri Luar Negeri AS, Victoria Nuland, menghadiri pertemuan di Kementerian Luar Negeri Rusia di Moskow. Pria yang duduk di seberang mejanya adalah Deputi Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov, yang sudah dikenal Nuland dengan akrab selama puluhan tahun.

ADVERTISEMENT

Sejawat Rubakov di Amerika memandangnya sebagai sosok negosiator yang kalem dan praktikal seseorang yang bisa mereka ajak bicara meskipun hubungan kedua negara mulai masam.

Kali ini, situasinya berbeda.

Ryabkov membacakan posisi resmi Moskow dari selembar kertas dan menolak upaya Nuland untuk memulai diskusi. Nuland terkejut, menurut dua orang yang mendiskusikan insiden tersebut dengannya.

Perempuan itu menjabarkan Ryabkov dan seorang koleganya sebagai "robot yang membaca kertas", kata dua orang itu (Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar tentang insiden ini).

Dan di luar ruang negosiasi, diplomat-diplomat Rusia semakin sering menggunakan bahasa yang tidak diplomatis.

Victoria NulandGetty ImagesDiplomat Amerika Victoria Nuland dikabarkan terperanjat oleh diplomat Rusia yang "berbicara seperti robot".

"Masa bodoh dengan sanksi Barat."

"Biarkan saya bicara. Jika tidak, Anda akan benar-benar mendengar apa yang mampu dilakukan oleh rudal Grad Rusia."

"Tolol" - didahului dengan sumpah serapah.

Ini semua adalah kutipan dari orang-orang pada posisi otoritas di Kementerian Luar Negeri Rusia dalam beberapa tahun terakhir.

Bagaimana kita bisa sampai di sini?

Perang Dingin baru

Barangkali sekarang sulit dibayangkan, tapi Putin sendiri pernah berkata kepada BBC pada tahun 2000 bahwa "Rusia siap untuk bekerja sama dengan NATO ... sampai bergabung dengan aliansi tersebut".

"Saya tidak bisa membayangkan negara saya terisolasi dari Eropa," imbuhnya.

Saat itu, pada awal masa kepresidenannya, Putin sangat bersemangat untuk membangun hubungan dengan Barat, kata seorang mantan pejabat senior Kremlin kepada BBC.

Para diplomat Rusia adalah bagian penting dari tim Putin, membantu menyelesaikan sengketa teritorial dengan China dan Norwegia, memimpin diskusi tentang kerja sama yang lebih dalam dengan negara-negara Eropa, serta memastikan transisi damai setelah revolusi di Georgia.

Tapi setelah Putin menjadi lebih berkuasa dan berpengalaman, dia menjadi semakin yakin bahwa dia punya semua jawaban dan bahwa diplomat tidak diperlukan, kata Alexander Gabuev, direktur Carnegie Russia Eurasia Center, yang tinggal di Berlin dalam pengasingan.

Baca juga:

Sinyal pertama bahwa Perang Dingin baru akan dimulai muncul pada tahun 2007 dengan pidato Putin di Konferensi Keamanan Munich.

Dalam pidato 30 menit penuh kecaman, dia menuduh negara-negara Barat berusaha membangun dunia unipolar. Para diplomat Rusia mengikuti jejaknya. Setahun kemudian, ketika Rusia menginvasi Georgia, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dilaporkan berkata kasar kepada sejawatnya dari Inggris, David Miliband, bertanya: "Siapa Anda sehingga berhak menguliahi saya?"

Para pejabat Barat waktu itu masih berpikir mereka perlu berusaha bekerja sama dengan Rusia. Pada 2009, Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menekan tombol "reset" dalam hubungan kedua negara, dan tampaknya membangun kerja sama - terutama pada masalah keamanan.

Tapi segera menjadi jelas bagi para pejabat AS bahwa sejawat-sejawat Rusia mereka hanya membeo pandangan Putin yang semakin anti-Barat, kata Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional untuk mantan Presiden AS Barack Obama.

Ben Rhodes (kiri) Obama and Denis McDonough (kanan)Getty ImagesBen Rhodes (kiri), deputi penasihat keamanan nasional untuk Presiden Obama, berkata Putin semakin tidak mengindahkan kementerian luar negerinya sendiri.

Rhodes ingat Presiden Obama pernah sarapan bersama dengan Putin pada tahun 2009, diiringi oleh musik orkestra. Dia berkata bahwa Putin lebih tertarik untuk menyampaikan pandangannya sendiri tentang dunia daripada membahas kerja sama, dan bahwa sang pemimpin Rusia menyalahkan pendahulu Obama, George W Bush, karena mengkhianati Rusia.

Saat peristiwa Arab Spring, keterlibatan AS di Libia, dan unjuk rasa di jalanan Rusia berlangsung pada 2011 dan 2012, Putin memutuskan bahwa diplomasi tidak akan membawanya ke mana-mana, kata Rhodes.

"Pada isu-isu tertentu - Ukraina khususnya - saya tidak merasa bahwa [diplomat] memberi pengaruh sama sekali," kata Rhodes.

Sebagai contoh, ketika menteri luar negeri Sergei Lavrov diangkat hampir 20 tahun yang lalu, dia memiliki "perspektif internasional dan posisinya sendiri", kata seorang mantan pejabat senior Kremlin kepada BBC.

Kremlin biasa berkonsultasi dengannya bahkan ketika tahu dia mungkin menganut pandangan yang berbeda dengan Putin, kata Gabuev.

Tetapi ketika pasukan dikirim ke Ukraina pada tahun 2022, Lavrov baru mengetahuinya beberapa jam sebelum perang dimulai, menurut sebuah laporan di Financial Times.

Obama dan Putin bertemu pada tahun 2009Getty ImagesPutin disebut lebih tertarik untuk mengekspresikan pandangannya kepada Obama pada 2009 daripada membicarakan kerja sama antara kedua negara.

Andrei Kelin, duta besar Moskow untuk Inggris, menolak gagasan bahwa diplomat Rusia telah kehilangan pengaruh mereka. Dia telah menangani hubungan dengan negara-negara Barat sepanjang karier diplomatiknya.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, ia membantah bahwa Moskow maupun diplomat individu bertanggung jawab atas kolapsnya hubungan dengan Barat.

"Bukan kami yang menghancurkannya," katanya. "Kami punya masalah dengan rezim Kyiv. Tidak ada yang bisa kami lakukan tentang itu."

Dia mengatakan perang di Ukraina adalah "kelanjutan diplomasi dengan cara lain".

Diplomasi sebagai pertunjukan

Ketika pejabat kebijakan luar negeri menjadi semakin tidak berpengaruh, mereka mengalihkan perhatian mereka kembali ke Rusia. Maria Zakharova, yang menjadi juru bicara Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015, adalah simbol dari babak baru ini.

"Sebelum dia, diplomat berperilaku seperti diplomat, berbicara dengan ekspresi yang beradab," kata mantan pejabat kementerian luar negeri Boris Bondarev, yang mengundurkan diri sebagai protes terhadap perang di Ukraina.

Tetapi setelah kedatangan Zakharova, taklimat kementerian luar negeri menjadi semacam pertunjukan. Zakharova sering meneriaki wartawan yang mengajukan pertanyaan sulit dan menanggapi kritik dari negara lain dengan hinaan.

Maria Zakharova

Juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova terkenal dengan taklimat medianya yang "teatrikal". (Getty Images)

Rekan-rekan diplomatnya juga melakukan hal yang sama. Bondarev, yang pernah bekerja untuk perwakilan Moskow untuk PBB di Jenewa, mengingat satu pertemuan ketika Rusia memblokir semua usulan inisiatif, mendorong perwakilan dari Swiss untuk mengajukan komplain.

"Kami berkata kepada mereka: 'Nah, apa masalahnya? Kami adalah kekuatan besar, dan Anda hanyalah Swiss!"

"Begitulah diplomasi [Rusia]," katanya.

Pendekatan ini bermaksud untuk membuat terkesan orang-orang Rusia di dalam negeri, kata Gabuev, analis kebijakan luar negeri.

Tetapi target audiens yang lebih penting bagi para diplomat adalah bos mereka sendiri, menurut Bondarev. Telegram resmi yang dikirim ke Moskow setelah pertemuan luar negeri difokuskan pada bagaimana para diplomat dengan penuh semangat membela kepentingan negara, jelasnya.

Pesan yang tipikal, menurutnya, akan berbunyi seperti: "Kami benar-benar memojokkan mereka! Kami dengan gagah berani membela kepentingan Rusia, dan orang-orang Barat tidak bisa berbuat apa-apa dan mundur!"

Kalau semua orang menulis tentang "mempermalukan Barat" sementara Anda sekadar menulis bahwa Anda "mencapai konsensus", Anda akan dipandang dengan rendah, katanya.

Boris Bondarev

Boris Bondarev mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai diplomat Rusia karena invasi negara itu ke Ukraina. (Boris Bondarev)

Bondarev mengingat satu acara makan malam pada Januari 2022 ketika Ryabkov, dari Kementerian Luar Negeri, bertemu dengan pejabat AS. Deputi Pertama Menteri Luar Negeri AS, Wendy Sherman, berharap dapat mencegah invasi ke Ukraina melalui negosiasi 11 jam.

"Itu mengerikan," kata Bondarev. "Orang-orang Amerika berkata, 'Mari kita bernegosiasi.' Dan sebaliknya Ryabkov mulai berteriak, 'Kami butuh Ukraina! Kami tidak akan pergi tanpa Ukraina! Ambil semua barangmu dan kembali ke perbatasan [NATO] 1997!" Sherman adalah seorang wanita perkasa, tapi saya rasa bahkan dia terperanjak ketika menghadapi ini.

"Dahulu [Ryabkov] selalu sangat sopan dan sangat enak diajak bicara. Dan sekarang dia menggebrak-gebrak meja dan bicara nonsens."

Perlu dicatat bahwa, dalam beberapa tahun terakhir, nada diplomatik juga telah berubah di negara-negara lain, meskipun dalam skala yang lebih kecil.

Beberapa tahun sebelumnya, perwakilan Jepang untuk hak asasi manusia di PBB, Hideaki Ueda, meminta keloga-koleganya dari negara asing untuk "tutup mulut" dalam sebuah pertemuan.

Gavin Williamson menggunakan kata-kata yang sama terhadap Rusia ketika dia menjabat menteri pertahanan Inggris. Dan duta besar Ukraina untuk Jerman, Andriy Melnyk, tahun lalu menyebut Kanselir Jerman Olaf Scholz sebagai "sosis liver yang mudah tersinggung".

AS tidak bisa mengakhiri perang Ukraina begitu saja

Setelah satu setengah tahun perang, apakah ada harapan bahwa diplomasi dapat membantu mengakhiri pertempuran?

Sebagian besar orang yang berbicara dengan BBC berpikir itu sangat tidak mungkin. Biasanya, 95% pekerjaan diplomat adalah "pertemuan tidak resmi dan minum kopi", jelas Bondarev. Kontak semacam itu telah menjadi sangat jarang, ujarnya tidak banyak yang bisa dibicarakan.

Duta Besar Kelin sudah dilarang memasuki Parlemen Inggris. Pada satu momen, katanya, kedutaan Rusia di London hampir dibiarkan tanpa gas dan listrik, dan perusahaan asuransi menolak untuk mengasuransikan mobil dubes.

Putin with Lavrov

President Putin bersama Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov (Getty Images)

Cepat atau lambat, dialog harus terjadi, kata analis lembaga kajian RAND, Samuel Charap. Satu-satunya alternatif untuk negosiasi adalah "kemenangan mutlak", dan tidak mungkin Kyiv atau Moskow dapat mencapai ini di medan perang, menurutnya.

Tapi dia juga tidak memperkirakan pembicaraan akan segera terjadi. "Putin telah berubah cukup dramatis selama masa jabatannya," katanya. "Dan terus terang, saya tidak tahu apakah dia akan bersedia untuk dialog."

Otoritas Ukraina mengeluh bahwa Rusia sekali lagi menawarkan ultimatum alih-alih kompromi, misalnya menuntut agar Ukraina menerima aneksasi wilayah pendudukan. Kyiv tidak berniat untuk bernegosiasi dalam kondisi seperti itu, dan sekutu-sekutu Baratnya secara terbuka mendukung keputusan ini.

Baca juga:

Rusia tampaknya sudah mantap untuk mengandalkan mesin militer, dinas intelijen, dan kekuatan geo-ekonomi untuk mendapatkan pengaruh bukan diplomasi.

Dalam keadaan yang menyedihkan ini, mengapa banyak diplomat Rusia tidak memilih untuk mengundurkan diri dari dinas luar negeri sama sekali?

"Ini masalah bagi semua orang yang telah terjebak di posisi mereka selama 10 hingga 20 tahun," kata seorang mantan karyawan Kremlin kepada BBC. "Tidak ada kehidupan lain untukmu. Mengerikan."

Bondarev, mantan diplomat, dapat memahami hal itu. "Kalau bukan karena perang, saya mungkin akan tinggal dan bertahan," katanya.

"Pekerjaannya tidak terlalu buruk. Anda duduk, menderita sedikit, dan di sore hari Anda bisa pulang."

Simak juga 'Detik-detik Rudal Rusia Hantam Pasar di Ukraina, 16 Orang Tewas':

[Gambas:Video 20detik]



(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads