Ketika mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra yang buron kembali ke Thailand secara dramatis, muncul satu pertanyaan di benak semua orang: berapa lama dia akan menghabiskan waktu di penjara?
Sekarang kita tahu jawabannya: hanya sekitar 12 jam.
Tidak ada yang terkejut ketika Departemen Pemasyarakatan Thailand pada pagi ini mengumumkan bahwa Thaksin dibawa ke rumah sakit sipil pada tengah malam untuk memantau kondisi jantungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia diperkirakan akan bertahan di rumah sakit itu, di lantai pribadinya, sambil bersiap mengajukan petisi kepada Raja Vajiralongkorn, memohon pengampunan untuk mengesampingkan hukuman delapan tahun penjara atas tiga dakwaan yang dijatuhkan kepadanya selama dia mengasingkan diri.
Mahkamah Agung mengonfirmasi hal itu tak lama setelah kepulangannya.
Berakhirnya pengasingan Thaksin selama 15 tahun bukanlah peristiwa tunggal. Ini adalah bagian dari tawar-menawar politik besar.
Ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mengakhiri persaingan kekuasaan antara taipan telekomunikasi dan partai Pheu Thai yang populis, dengan kelompok konservatif Thailand yang bersekutu dengan militer dan monarki.
Kedua belah pihak itu bersatu karena menghadapi ancaman baru dari Partai Move Forward yang progresif dan berjiwa muda.
Bukan kebetulan bahwa Thaksin kembali ke Thailand pada hari yang sama ketika kandidat Pheu Thai terpilih sebagai perdana menteri selanjutnya.
Bos properti Srettha Thavisin terpilih sebagai perdana menteri baru dengan dukungan dari koalisi yang mencakup partai-partai yang dulunya merupakan musuh bebuyutan Thaksin.
Fakta bahwa Thanksin tiba beberapa jam sebelum pemungutan suara digelar, menunjukkan bahwa dia yakin dengan hasilnya.
Dia tahu bahwa kesepakatan antara dua pihak yang dulunya tidak bisa didamaikan ini sudah solid, dan bahwa pada akhirnya dia akan menikmati perlindungan dari partainya sendiri.
Thailand akhirnya memiliki pemerintahan setelah lebih dari tiga bulan lalu menggelar pemilu. Bisa dimaklumi apabila masyarakat Thailand merasa bahwa pemerintahan ini bukan yang mereka pilih.
Pemerintahan itu tidak mencakup partai yang memperoleh kursi terbanyak, Move Forward, yang dihalangi oleh senat yang ditunjuk oleh militer untuk membentuk pemerintahan.
Namun pemerintahan ini juga mencakup mayoritas partai-partai pemerintah yang didukung oleh militer, bahkan partai-partai yang dipimpun oleh dua pengkudeta yang bertanggung jawab menggulingkan pemerintahan terakhir Pheu Thai pada 2014, juga bertanggung jawab atas operasi militer terhadap pengunjuk rasa pro-Thaksin pada 2010 yang menewaskan puluhan orang.
Bagi pendukung akar rumput "kaos merah Pheu Thai, ini akan menjadi pil pahit yang harus ditelan. Banyak yang mengatakan bahwa mereka akan berhenti mendukung partai tersebut.
Getty ImagesPerdana menteri baru Thailand, Srettha Thavisin akan menghadapi tantangan dalam menyatukan koalisi
Pemerintahan baru ini juga kemungkinan akan mengalokasikan posisi-posisi strategis seperti kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri kepada partai-partai konservatif sebagai bagian dari kesepakatan.
Janji-janji reformasi Pheu Thai pada masa lalu, seperti mengamandemen konstitusi yang dirancang oleh militer, mungkin tidak akan terwujud dan ditentang oleh mitra koalisinya.
Ini adalah hasil yang menyedihkan bagi banyak pemilih di Thailand, mengingat tingginya harapan mereka terhadap awal yang baru ketika Move Forward, termasuk para kandidat mudanya, mengejutkan semua orang.
"Jadi rakyat memilih partai nomor satu hanya untuk menjadi oposisi? Lalu kenapa harus diadakan pemilu? tulis salah satu warganet yang gemas di Twitter.
"Ini seperti memenangkan piala dunia melalui adu penalti, tulis warganet lainnya.
"Ini bukan sesuatu yang bisa dibanggakan.
"Saya tidak pernah menyesal memilih Move Forward, sahut yang lain.
"Setidaknya itu menunjukkan warna asli sebagian orang. Pemilu berikutnya akan menjadi kemenangan telak bagi Move Forward!"
Telah muncul kemarahan soal pengkhianatan Pheu Thai, yang mulanya berjanji akan bergabung dengan koalisi pimpinan Move Forward. Pheu Thai menjual diri.
Namun mesin pemenangan pemilu yang dipimpin oleh Thaksin ini bukanlah partai radikal atau progresif seperti Move Forward.
Pheu Thai merupakan partai populis dengan kebijakan pemasaran yang cemerlang, yang mulanya mengangkat standar hidup masyarakat Thailand yang sebelumnya terabaikan. Selama 20 tahun, keunggulan partai ini tidak dapat disangkal dan dibandingkan dengan para pesaingnya.
Partai ini selalu pragmatis, bukan ideologis. Dalam hal ini, selalu dipengaruhi oleh kepentingan keluarga Shinawatra yang menjadi sumber pendanaan utama dan pengambil keputusan penting.
Pemilu tahun ini menjadi pemilu pertama sejak tahun 1990-an di mana partai Shinawatra tidak mendapatkan kursi terbanyak di parlemen. Ini adalah sebuah peringatan.
Partai-partai lain telah meminjam kebijakan populis khas Pheu Thai. Move Forward, dengan agenda perubahannya yang luas, mendapatkan jutaan pemilih, yang mengorbankan Pheu Thai.
Thaksin dan kubu konservatif sama-sama menyadari adanya ancaman dari pihak yang sama, sehingga mereka memutuskan untuk mati-matian menghadapi ancaman tersebut.
Pada masa awalnya, pemerintahan baru kemungkinan besar akan fokus pada perekonomian Thailand, dengan harapan dapat membuat masyarakat merasa lebih baik dan melupakan betapa buruknya koalisi yang dibentuk.
Namun menyatukan aliansi partai-partai yang berbeda ini akan menjadi sebuah tantangan, terutama bagi PM Srettha. Dia memiliki sedikit pengalaman politik, tidak populer di kalangan partainya sendiri, dan akan tersandera oleh keinginan keluarga Shinawatra, seperti halnya Thaksin yang tersandera oleh kebutuhannya sendiri agar tidak masuk penjara.
Mungkin tidak realistis untuk berharap akan ada kebijakan yang memiliki faktor wow demi memenangkan hati masyarakat Thailand.
Srettha juga akan menghadapi oposisi Move Forward, yang termotivasi untuk menunjukkan kepada masyarakat Thailand betapa buruknya hasil pemilu ini.
Getty ImagesPartai Move Forward, yang dipimpin oleh Pita Limjaroenrat, memenangkan kursi terbanyak dalam pemilu, namun tidak masuk dalam koalisi pemerintahan
Dalam parlemen yang lalu, Move Forward telah menunjukkan kepiawaiannya dalam menguliti kemunafikan dan janji-janji palsu yang merupakan ciri khas politik Thailand. Mereka akan melakukannya lagi.
Awal bulan ini, wakil ketua parlemen, seorang anggota parlemen dari Partai Move Forward, menggunakan anggaran hiburan yang diperoleh dari jabatannya untuk menyediakan hidangan barbekyu bagi 370 staf kebersihan di parlemen. Bagi para staf itu, ini adalah kali mertama pekerjaan mereka diakui dengan cara seperti ini.
Langkah penuh kasih namun cerdas ini telah memicu perdebatan publik tentang bagaimana anggota parlemen Thailand menggunakan pengeluaran mereka, menunjukkan bahwa anggota parlemen Move Forward yang idealis dan irit justru menguntungkan publik.
Di masa lalu, ini adalah sesuatu yang mungkin terpikirkan oleh Pheu Thai, dengan labelnya sebagai pembela kaum tertindas.
Tetapi dengan fakta bahwa langkah itu justru datang dari Move Forward, mungkin ini menandakan adanya pergeseran lanskap politik di Thailand.
--
Pelaporan tambahan oleh Thanyarat Doksone
(ita/ita)