Santapan Terakhir Pecinta Sushi Jelang Larangan Impor Imbas Fukushima

BBC Indonesia - detikNews
Jumat, 25 Agu 2023 18:55 WIB
Kantor bea cukai China melarang impor makanan laut dari Fukushima dan beberapa prefektur. (NURPHOTO/GETTY IMAGES)
Jakarta -

Kelly Ng dan BBC Chinese

di Singapura dan Hong Kong

"Saya akan tetap makan makanan laut dari Jepang Itu membuat ketagihan, kata Ho, salah satu pengunjung di luar restoran makanan laut Jepang di Hong Kong.

Ho adalah salah satu warga Hong Kong yang berbondong-bondong mengunjungi restoran Jepang untuk menikmati sushi dan sashimi dalam beberapa pekan terakhir.

Makanan laut Jepang sangat populer di kota ini. Namun situasinya akan sangat berbeda dalam waktu dekat.

Pada Kamis (24/08) pukul 13.00 waktu setempat, otoritas Jepang mengumumkan bahwa mereka telah mulai memompa air limbah nuklir ke laut melalui terowongan bawah tanah.

Segera setelah pengumuman itu, kantor bea cukai China melarang impor makanan laut dari Fukushima dan beberapa prefektur. Bahkan larangan ini akan segera diperluas hingga mencakup seluruh wilayah Jepang untuk "melindungi kesehatan konsumen China.

Banyak yang memperkirakan bahwa Hong Kong akan memberlakukan hal serupa dalam beberapa hari mendatang.

Ini akan menjadi pukulan besar bagi Jepang. China dan Hong Kong berkontribusi pada hampir separuh dari seluruh ekspor makanan laut Jepang dengan nilai US$1,1 miliar (Rp16,7 triliun) setiap tahun.

Media sosial China telah telah diramaikan oleh warganet yang menyatakan khawatir terhadap pelepasan air limbah itu.

Beberapa di antara mereka khawatir dengan dampak jangka panjang terhadap ikan yang sampai ke restoran-restoran di seluruh dunia.

"Ini bukan sekadar pertanyaan apakah makanan laut aman untuk dimakan. Sirkulasinya berarti ini akan berdampak pada seluruh dunia, tulis salah satu komentar di media sosial Weibo.

Baca juga:

Global Times, media yang didukung pemerintah China, menerbitkan kartun yang menggambarkan Bumi sebagai kepala manusia yang diracuni oleh air berwarna coklat dari Jepang. Bendera Jepang dan nama operator pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima, Tepco, terlihat jelas dalam kartun tersebut.

Sebuah jajak pendapat di Weibo yang mengulik reaksi publik menawarkan tiga jawaban, namun semuanya menentang pelepasan air limbah tersebut.

Jepang telah bersiap menghadapi reaksi buruk tersebut.

Menurut laporan The Japan Times, pemerintah Jepang pada 2021 mengatakan akan membeli produk laut sebagai bentuk dukungan terhadap nelayan dan "langkah darurat apabila pembuangan limbah tersebut berdampak negatif pada penjualan.

Laporan tersebut juga menyebut bahwa pihak berwenang mempertimbangkan untuk menyiapkan dana yang dapat digunakan secara fleksibel untuk membeli makanan laut dari Fukushima dan wilayah lainnya di Jepang.

Tetapi sampai saat ini, belum jelas apakah pemerintah Jepang telah mengantisipasi larangan total.

Getty Images

China menerapkan pembatasan ini meskipun para ahli mengatakan bahwa pelepasan air limbah ini tidak akan membuat kadar radioaktif di lautan menjadi lebih buruk dibanding sebelumnya.

Laporan itu ditandatangani oleh Badan Pengawas nuklir PBB pada Juli yang menyimpulkan bahwa dampaknya terhadap manusia dan lingkungan dapat diabaikan.

Banyak ilmuwan mengatakan kekhawatiran mengenai dampak pelepasan air olahan limbah ini terhadap makanan laut "tidak memiliki bukti ilmiah.

Dosen ilmu lingkungan di Universitas Portsmouth, Inggris, Profesor Jim Smith mengatakan bahwa dosis radiasi yang diterima manusia akan "semakin kecil jika pembuangannya berjalan sesuai rencana.

Paparannya akan "seribu kali lebih sedikit" dibandingkan dosis yang kita peroleh dari radiasi alami setiap tahunnya, kata Profesor Smith.

Mark Foreman, seorang profesor kimia nuklir di Swedia, mengatakan orang yang mengonsumsi banyak makanan laut hanya akan terpapar radiasi dosis "rendah", yakni dalam kisaran 0,0062 hingga 0,032 mikroSv per tahun.

Manusia dapat terpapar radiasi puluhan ribu kali lebih banyak dari itu atau hingga 1.000 mikroSv radiasi per tahun.

Namun masih ada beberapa kekhawatiran.

EPASushi dan sashimi di sebuah supermarket di Hong Kong.

Kembali ke Hong Kong, seorang pengunjung restoran lainnya, Cheng, mengaku khawatir tentang potensi dampak kesehatan dari makanan laut Jepang.

Makan di restoran Jepang adalah ritual mingguannya. Namun dia sekarang berencana untuk mengurangi kebiasaan ini, mengamati situasinya selama enam bulan ke depan, dan beralih ke makanan laut Norwegia atau Korea Selatan untuk saat ini.

Namun pengunjung ketiga yang berbicara kepada BBC, Ah Yum, mengatakan dia tidak berpikir pelepasan air radiasi Fukushima tersebut akan mengubah kesukaannya terhadap masakan Jepang yang dia beri nilai 9,5 dari 10.

"Kalau kamu menyukainya, maka kamu akan memakannya, kata dia.

Simak Video: Kekhawatiran Pedagang Seafood soal Air Limbah Nuklir Jepang






(ita/ita)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork