Aksi Tentara Perempuan Ukraina di Lini Depan

Aksi Tentara Perempuan Ukraina di Lini Depan

BBC Indonesia - detikNews
Senin, 07 Agu 2023 10:29 WIB
bbc
Evgeniya Emerald mengatakan menjadi penembak cukup brutal dalam masa perang
Jakarta -

Semakin banyak perempuan Ukraina bergabung dengan militer untuk bertempur melawan Rusia. Wartawan BBC berbicara dengan tiga orang dari 5.000 prajurit perempuan di lini depan mengenai pengalaman melawan tentara Rusia serta diskriminasi seksisme dalam institusi mereka sendiri.

Seorang perempuan berambut cokelat, bermata biru, dan tubuh langsing sedang berolahraga di pusat kebugaran. Hal itu mungkin wajar saja, tetapi faktanya menurut media Rusia, perempuan itu telah tewas.

Andriana Arektha adalah seorang sersan unit khusus dalam Angkatan Bersenjata Ukraina yang sedang bersiap-siap untuk dikerahkan ke lini depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BBC bertemu dengan Andriana di pusat rehabilitasi di Ukraina, yang lokasinya dirahasiakan demi keamanan dia, setelah Andriana terluka akibat ranjau darat di wilayah Kherson pada Desember tahun lalu.

Banyak artikel dan rekaman video dari media Rusia merayakan kematian Andriana dengan deskripsi detail.

ADVERTISEMENT

"Mereka melaporkan saya kehilangan kaki dan bahwa mereka telah membunuh saya, kata Andriana. "Mereka ahli dalam propaganda.

Laporan media Rusia mengumumkan Eurasia DailyLaporan media Rusia mengumumkan "kematian Andriana.

Baca juga:

Laporan-laporan itu memberinya banyak sebutan mengerikan, seperti "pengeksekusi" dan "Nazi yang terbunuh.

Mereka menuding Andriana melakukan aksi sadis dan keji tanpa memiliki bukti. Tudingan itu beredar tak lama setelah tentara Ukraina berhasil merebut Kembali Kherson.

"Itu hal lucu bagi saya. Saya masih hidup dan saya akan melindungi negara saya, katanya.

Selang 18 bulan setelah invasi Rusia, terdapat 60.000 perempuan yang bergabung dengan militer Ukraina. Lebih dari 42.000 di antara mereka berada dalam posisi tempur termasuk 5.000 perempuan di lini depan, kata Menteri Pertahanan Ukraina.

Andriana berfoto di pusat rehabilitasi di Ukraina, tempat dia berlatih untuk kembali ke garda depan

Andriana berfoto di pusat rehabilitasi di Ukraina, tempat dia berlatih untuk kembali ke garda depan (BBC)

Penjual perhiasan yang menjadi penembak jitu

Kementerian Pertahanan Ukraina menambahkan bahwa tidak ada perempuan yang diwajibkan untuk bergabung dalam militer berdasarkan hukum Ukraina.

Namun, ada beberapa posisi militer yang dipercaya lebih cocok jika dipegang oleh perempuan.

"Saya datang kepada komandan saya dan saya bertanya Apa yang bisa saya lakukan? Dia bilang Anda akan menjadi penembak, kata Evgeniya Emerald, yang baru saja menjalankan tugasnya di garda depan.

Ia mengatakan peran penembak perempuan sudah diromantisasi sejak Perang Dunia II. Menurut dia, ada alasan tertentu mengapa perempuan lebih dipilih untuk menjadi penembak.

"Jika seorang pria ragu apakah ia harus menembakkan peluru atau tidak, seorang perempuan tidak akan pernah [ragu].

"Mungkin itulah mengapa perempuan yang melahirkan, bukan pria, katanya sambil menggendong bayinya sambil berbicara kepada BBC.

Evegniya Emerald, yang menggendong bayinya yang berusia tiga bulan, menjalani usaha perhiasan sebelum perang

Evegniya Emerald, yang menggendong bayinya yang berusia tiga bulan, menjalani usaha perhiasan sebelum perang (BBC)

Perempuan berusia 31 tahun itu pernah menjadi pemilik toko perhiasan sebelum perang berlangsung. Dia kemudian mengikuti pelatihan militer setelah Rusia menyerang Krimea. Namun, dia baru bergabung dalam pasukan pada 2022.

Ia menggunakan kemampuan wirausahanya dalam mengelola akun media sosial untuk mengangkat profil tentara perempuan Ukraina di mata publik.

Baca juga:

Sama seperti Andriana, Evgeniya sering disebut sebagai "penghukum dan "Nazi oleh media Rusia, dengan ratusan artikel membahas perannya sebagai penembak di garda depan dan juga kehidupan pribadinya.

Bekerja sebagai penembak sebenarnya cukup brutal, kata Evgeniya, secara fisik maupun mental.

"Karena Anda dapat melihat apa yang terjadi. Anda bisa melihat ketika peluru menembus target. Itu adalah neraka tersendiri bagi siapapun yang melihatnya lewat lubang lensa [penembak].

Evgeniya, dan para tentara perempuan lainnya yang kami wawancarai, tidak bisa menyebut berapa target yang mereka sudah tembak. Tetapi Evgeniya mengingat perasaan mencekam yang ia rasakan ketika sadar harus membunuh orang lain.

"Selama 30 detik saya gemetaran, seluruh tubuhku bergetar dan saya tidak bisa menghentikannya. Kesadaran itu bahwa sekarang Anda harus melakukan sesuatu yang tidak bisa diubah.

"Tetapi kami tidak memulai perang ini. Mereka yang menyerang kami.

Persentase perempuan yang bergabung dalam militer Ukraina terus bertambah sejak serangan pertama Rusia pada 2014. Jumlah perempuan dalam militer Ukraina mencapai sekitar 15% pada 2020.

Perilaku seksis masih sangat kuat di militer Ukraina

Meskipun ada banyak tentara perempuan yang terlibat langsung dalam perjuangan melawan Rusia, mereka juga berjuang menghadapi perilaku seksisme dalam pasukan mereka sendiri.

Evgeniya mengatakan dia banyak menghadapi itu sebelum ia mampu membangun reputasi dan rasa percaya diri sebagai penembak jitu lini depan.

"Ketika saya pertama kali masuk ke dalam pasukan khusus, salah satu prajurit mendatangi saya dan berkata Perempuan, mengapa di sini? Pergi sana dan masak borshch [sup tradisional Ukraina].

"Saya merasa sangat tersinggung dan saya berpikir Kamu bercanda? Saya bisa masak di dapur tapi saya juga bisa menembakmu."

Seorang perempuan lain bernama Evgeniya, yakni Evgeniya Velyka, dari badan amal Arm Women Now [Perseenjatai Perempuan Sekarang], yang memberikan bantuan bagi perempuan tentara Ukraina setuju:

"Dalam masyarakat [Ukraina] terdapat anggapan kuat bahwa perempuan masuk militer untuk mencari suami.

Ia mengatakan tentara perempuan juga bercerita kepadanya tentang kasus kekerasan.

"Kami tidak bisa memperkirakan seberapa besar masalah ini karena tidak banyak tentara perempuan ingin membicarakannya, katanya.

Wakil Menteri Pertahanan Ukraina. Hanna Malyar, mengatakan kepada BBC bahwa itu hanya "beberapa kasus dibandingkan dengan "ratusan dan ribuan yang dimobilisasi.

Baca juga:

Tentara perempuan dalam pasukan Ukraina tidak memiliki seragam khusus. Mereka diberikan paket seragam pria yang ukurannya tidak sesuai, termasuk celana dalam pria, sepatu terlalu besar dan rompi anti-peluru.

Bahkan Wakil Menteri Pertahanan, Hanna Maylar, mengatakan seragam yang ia pakai di lapangan juga dirancang untuk pria. Sehingga, ia harus memodifikasinya karena "tubuhnya pendek.

Ia menambahkan seragam upacaranya disertai sepatu berhak tinggi.

Jika perempuan dalam militer ingin memakai seragam perempuan, mereka harus membeli sendiri paket seragam perempuan di situs penjualan, atau mengandalkan badan amal atau penggalangan dana publik.

Oleh karena itu, Andriana ikut mendirikan badan amal yang diberi nama Veteranka [Gerakan Perempuan Ukraina Veteran], yang mengampanyekan hak-hak perempuan dalam militer, dan mereformasi undang-undang tentara Ukraina agar sesuai dengan standar NATO.

Tetapi Malyar mengatakan pemerintah sudah membuat kemajuan. Seragam khusus tentara perempuan telah dirancang dan diuji, dan akan didistribusikan secara massal dalam waktu dekat. Namun, ia tidak bisa memberikan tanggal pasti.

Evgeny Emerald mengatakan meskipun perempuan masih menghadapi masalah kesetaraan, "perang tidak memandang gender.

"Perang tidak peduli jika Anda adalah laki-laki atau perempuan. Ketika rudal menghantam sebuah rumah, [rudal itu] tidak peduli apakah ada perempuan, pria, atau anak-anak. Semua orang akan tewas.

"Sama halnya dengan [kondisi] di garda depan jika Anda bisa [bertarung] efektif dan Anda adalah seorang perempuan, mengapa Anda tidak boleh membela negara dan rakyat?

Iryna mengatakan peran penembak dalam perang kerap kali diromantisasiIrynaIryna mengatakan peran penembak dalam perang kerap kali diromantisasi

Di wilayah Donbas timur, penembak Iryna sekarang terlibat dalam serangan balik antara Rusia dan Ukraina. Kami berhasil mendapatkan koneksi singkat dengannya saat momen ketenangan di medan tempur.

Iryna bisa dijadikan contoh panutan bagi kebanyakan perempuan tentara yang bekerja keras untuk mencapai posisi itu. Ia merupakan komandan perempuan yang mengarahkan unit yang berisi laki-laki semua.

"Citra seorang penembak telah diromantisasi. [Citra] itu indah karena film-film. Tapi kenyataannya, itu butuh kerja keras."

Ia menceritakan bagaimana para penembak harus berbaring diam di tanah selama enam jam untuk menembak peluru, diikuti dengan perubahan posisi yang cepat.

"Itu seperti bermain dengan maut," tambahnya.

Pengorbanan besar demi negara

Ribuan perempuan yang berbakti dalam militer terpaksa meninggalkan pekerjaan dan juga keluarga mereka.

Andriana meninggalkan pekerajaannya sebagai konsultan PBB dalam bidang Kesetaraan Gender di bawah Kementerian Kepentingan Veteran untuk bergabung dengan pasukan Ukraina ketika Rusia meluncurkan invasi tahun lalu.

"Mereka merebut tahun-tahun terbaik dalam hidup saya, kata perempuan berusia 35 tahun itu. Ketika ia mengingat kembali masa sebelum perang, ia menambahkan: "Saya bisa menjelajahi dunia dan bahagia, membangun karier dan memiliki impian."

Seorang ibu dari anak laki-laki SD, Andriana meneteskan air mata saat ia mengatakan bahwa ia belum memeluk anaknya selama tujuh bulan. Dia menunjukkan foto anak laki-lakinya pada ponsel, dia tersenyum saat melihat foto itu dan berhenti menangis.

Ia termotivasi oleh keinginannya untuk memastikan masa depan yang damai bagi anaknya di Ukraina. Supaya ia tidak harus mempertaruhkan nyawanya untuk berjuang seperti orang tuanya.

Andriana pertama kali bergabung dengan pasukan bersenjata ketika Rusia menyerang Krimea pada 2014

Andriana pertama kali bergabung dengan pasukan bersenjata ketika Rusia menyerang Krimea pada 2014 (BBC)

Baca juga:

Berbeda dengan Evgeniya Emerald, yang bergabung setelah invasi Rusia tahun lalu, Andriana memiliki pengalaman militer sebelumnya.

Pada 2014, Rusia pertama kali menyerang Ukraina; dengan meng-aneksasi Krimea dan menyerang Donbas. Saat itu, ia meninggalkan pekerjaannya sebagai manajer brand sebuah perusahaan dan bergabung dengan salah satu batalion sukarela pertama, bersama dengan ribuan warga Ukraina lain.

Di saat yang bersamaan, militer Ukraina waktu itu masih lebih kecil dibandingkan sekarang dan kesulitan menghadapi serangan.

Batalion Aidar, di mana Andriana bertugas, dituding oleh Kremlin dan lembaga Amnesty Internasional dengan pelanggaran HAM. Tetapi, tentara Ukraina mengatakan kepada BBC bahwa tidak ada buktif substansial yang diberikan untuk mendukung klaim itu.

Amnesty juga mendesak pemerintah Ukraina untuk menertibkan batalion sukarela itu di bawah alur komando dan pengendalian. Mereka mengabulkan permintaan tersebut.

Di Ukraina, ia dianugerahi sejumlah medali atas pengabdiannya salah satu medali diberikan "untuk keberanian", satu lagi karena sudah menjadi "pahlawan rakyat".

Andriana, yang berkata kepada BBC bahwa dia sudah tidak lagi menjadi bagian dari Aidar, merasa memiliki kewajiban untuk bergabung kembali dengan tentara di garis depan karena dia memiliki pengalaman tempur yang sangat dibutuhkan.

Andriana melakukan latihan olahraga untuk mempersiapkan diri sebelum kembali ke garda depan.

Andriana melakukan latihan olahraga untuk mempersiapkan diri sebelum kembali ke garda depan (BBC)

Meskipun Menteri Pertahanan Ukraina mengatakan mereka tidak bisa memberikan jumlah korban tentara yang gugur dalam pertempuran karena informasi itu dinilai terlalu sensitif dalam masa perang, BBC telah memperoleh data yang menunjukkan 93 perempuan Ukraina meninggal sejak invasi Rusia.

Data dari badan amal Arm Women Now mengatakan lebih dari 500 perempuan telah terluka.

Buku telepon Andriana telah berubah menjadi daftar orang mati.

"Saya kehilangan lebih dari 100 teman. Saya bahkan tidak tahu berapa banyak nomor telepon yang harus saya hapus."

Tapi pengorbanan yang ia berikan sudah terlalu tinggi untuk menyerah, kata Andriana sebelum dirinya kembali untuk menyelesaikan pelatihan rehabilitasinya di pusat kebugaran.

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads