Di Negara Sekaya AS, Kenapa Anak-anak Lakukan Pekerjaan Orang Dewasa?

Di Negara Sekaya AS, Kenapa Anak-anak Lakukan Pekerjaan Orang Dewasa?

BBC Indonesia - detikNews
Senin, 17 Jul 2023 10:27 WIB
Jumlah pekerja anak-anak ilegal meningkat di AS, dan mereka bekerja dalam jam yang panjang (Getty Images)
Jakarta -

Bagi B yang berusia 14 tahun, sangat sulit untuk bisa tetap terjaga di kelas. Sering kali dia bolos dari sekolahnya di Sekolah Menengah Walnut di Grand Island, sebuah kota kecil di Negara Bagian Nebraska, AS.

Tetapi ketidakhadirannya bukan karena pembangkangan atau kenakalan remaja. Terkadang B, yang keluarganya berasal dari Guatemala, terlalu lelah untuk hadir di sekolah setelah bekerja dari pukul 23.00 - 05.00 dalam lima hingga enam hari seminggu.

Dia bekerja membersihkan mesin pemroses daging di pabrik pengepakan daging. Atau kadang-kadang, lebih buruk lagi, dia mencoba menyembuhkan luka bakar kimiawi yang dideritanya akibat terpapar produk yang harus dia gunakan, seperti pemutih industri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut catatan pengadilan, B adalah salah satu dari 31 anak di bawah umur yang ditemukan oleh inspektur federal pada tahun lalu yang bekerja secara ilegal sebagai petugas kebersihan di Grand Island. Mereka dipekerjakan oleh Packers Sanitation Services Inc. (PSSI).

"Pekerja yang kami wawancarai tampak gugup dan berulang kali menatap para pengawas ketika kami mewawancarai mereka," lapor Shannon Rebolledo, pejabat Departemen Tenaga Kerja AS yang menemukan B.

ADVERTISEMENT

"Mayoritas pekerja yang saya ajak bicara kemudian terverifikasi sebagai anak di bawah umur atau pernah bekerja untuk PSSI sebagai anak di bawah umur," bunyi kesaksiannya dalam dokumen yudisial.

Secara keseluruhan, Departemen Tenaga Kerja menuduh PSSI telah mempekerjakan setidaknya 102 anak di delapan negara bagian berbeda.

Pada Februari, PSSI membayar denda $1,5 juta (Rp22,8 miliar) setelah pemerintah menemukan bahwa "anak-anak bekerja dengan bahan kimia berbahaya dan membersihkan peralatan pemrosesan daging termasuk gergaji, pemotong brisket, dan pemotong kepala.

Penyidik menemukan setidaknya tiga anak menderita luka-luka saat bekerja untuk PSSI. Tetapi kasus B bukan kasus biasa.

Baca juga:

Amerika Serikat, sebagai salah satu negara terkaya di dunia, sedang menghadapi gelombang pekerja anak ilegal. Pada tahun 2022, hampir 4.000 anak ditemukan bekerja secara ilegal oleh inspektur federal.

Ini adalah angka tertinggi sejak Departemen Tenaga Kerja AS mulai mencatat statistiknya pada tahun 2013, ketika 1.400 anak ditemukan bekerja secara ilegal.

Tren ini tidak terduga bahkan oleh beberapa peneliti yang fokus pada isu pekerja anak selama beberapa dekade.

"Saya tidak pernah menyangka bahwa pada tahap karir saya ini, saya akan tiba-tiba fokus pada pekerja anak di AS, setelah 30 tahun lebih berkutat pada pekerja anak di [negara yang jauh lebih miskin]. Jadi ini sedikit mengejutkan," kata Eric Edmonds, ekonom sekaligus profesor di Dartmouth College kepada BBC.

Unjuk rasa menentang anak-anak dipekerjakan di California

Unjuk rasa menentang anak-anak dipekerjakan di luar sebuah jaringan makanan cepat saji di Oakland, California (Getty Images)

Pekerja anak memiliki daya tarik bagi para pemberi kerja. Undang-undang di beberapa negara bagian AS mengizinkan anak di bawah umur dibayar setengah dari upah minimum orang dewasa, dan semakin banyak negara bagian lain yang sedang mempertimbangkan apakah akan memberlakukan hal serupa, didorong oleh para pelobi profesional di Washington.

Perubahan undang-undang soal pekerja anak di negara bagian Iowa yang mulai berlaku pada 1 Juli, justru memperluas jenis pekerjaan yang bisa dilakukan dan jam kerja para remaja.

Iowa merupakan negara bagian terbaru yang mengesahkan UU yang bertentangan dengan mandat federal soal pekerja anak.

Sebuah survei yang dilakukan lembaga kajian Economic Policy Institute di Washington DC pada Mei, menemukan bahwa setidaknya 14 dari 50 negara bagian AS telah mempertimbangkan undang-undang yang mengurangi batasan-batasan bagi pekerja anak dalam dua tahun terakhir. Delapan negara bagian telah menyetujui undang-undang semacam itu.

RUU tersebut mengizinkan, misalnya, mempekerjakan anak berusia 14 tahun pada sif malam selama enam jam dan melakukan tugas berat, seperti di binatu tingkat industri.

Remaja di beberapa negara bagian sekarang boleh bekerja dalam pekerjaan yang berisiko atau menuntut kekuatan fisik seperti pemrosesan atau pengepakan daging sejak usia 16 tahun.

Mereka bahkan boleh menyajikan alkohol di bar, meskipun mereka tidak dapat membeli minuman secara legal sampai mereka berusia 21 tahun.

Tetapi regulasi itu bertentangan dengan undang-undang nasional yang mengamanatkan bahwa anak-anak berusia 14 dan 15 tahun dapat bekerja maksimal tiga jam sehari selama jam sekolah dan tidak boleh bekerja setelah jam tujuh malam.

UU nasional melarang anak-anak bekerja di sektor-sektor seperti konstruksi sipil dan pengepakan makanan, yang menurut hukum AS dianggap berbahaya dan "menindas anak-anak.

Remaja berusia 16 atau 17 tahun tidak boleh bekerja dengan bahan peledak, di pertambangan, atau konstruksi jalan.

Ini bukan persoalan abad ke-19

Seorang anak bekerja di pertambangan batu bara di Virginia pada 1908.

Banyak orang mengira eksploitasi anak telah berakhir sejak seabad lalu di negara-negara berkembang (Getty Images)

Tidak ada yang mengetahui skala sebenarnya dari persoalan ini, karena tidak ada statistik resmi mengenai pekerja anak di AS.

"Pada awal 1970-an, Amerika Serikat berhenti mengumpulkan data tentang pekerja anak di bawah 16 tahun berdasarkan asumsi bahwa tidak ada anak di bawah 16 tahun yang bekerja di negara ini," kata Profesor Edmonds.

Tetapi inspeksi federal terhadap perusahaan-perusahaan bisa memberi gambaran tentang skala masalah ini, dan para ahli setuju bahwa statistik yang ada menunjukkan masalah yang berkembang.

Setelah melaporkan adanya peningkatan pekerja anak sebesar 69% pada tahun lalu dibandingkan dengan tahun 2018, Departemen Tenaga Kerja AS pada akhir Februari lalu mengumumkan bahwa mereka telah menginvestigasi setidaknya 600 kasus pada 2023.

Salah satu kasus pada Februari menemukan bahwa lebih dari 100 anak migran, beberapa di antaranya berusia 13 tahun, telah dipekerjakan secara ilegal untuk membersihkan rumah potong di berbagai negara bagian.

"Ini bukan persoalan abad ke-19 - ini adalah masalah yang terjadi saat ini... Ini adalah masalah yang akan membuat kita semua berhenti," kata Menteri Tenaga Kerja Marty Walsh dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada 27 Februari.

Kekurangan tenaga kerja

Pengumuman lowongan pekerjaan di AS

Pengumuman lowongan pekerjaan di depan tempat-tempat bisnis adalah pemandangan yang umum ditemukan di AS (Getty Images)

Meningkatnya jumlah pekerja anak di AS dipicu oleh serangkaian faktor yang mendorong anak-anak yang rentan secara sosial dan ekonomi berujung mengisi lowongan-lowongan pekerjaan yang sulit dipenuhi oleh para pemberi kerja.

Angka pengangguran di AS pada April adalah sebesar 3,4%, terendah dalam lima dekade terakhir. Hampir 340.000 pekerjaan baru muncul pada bulan Juni saja. Itu berarti kebutuhan pekerjaan di AS hampir terisi penuh.

Pengusaha-pengusaha AS merasa merasa saat ini lebih sulit untuk mengisi lowongan pekerjaan karena kurangnya kandidat. Upah di AS pun telah meningkat melebihi inflasi selama setahun terakhir.

Situasi ini menunjukkan bahwa mereka kekurangan pekerja, situasi yang sulit dipecahkan karena ada kebijakan pencegahan imigran, termasuk mengusir migran ilegal yang melintasi perbatasan Meksiko.

Namun, anak-anak dan remaja tanpa pendamping tidak bisa diusir begitu saja apabila mereka melintasi perbatasan tanpa izin AS.

Petugas patroli perbatasan dan para migran di perbatasan yang dijaga ketat

Pada 2021, AS menahan 138.000 imigran anak-anak ilegal yang melintasi perbatasan Meksiko tanpa pendamping (Getty Images)

Imbasnya, jumlah imigran di bawah umur yang menyeberang ke AS pun meningkat tajam.

Pada 2021 saja, AS menahan hampir 139.000 anak di bawah umur tanpa pendamping yang melintasi perbatasan mereka. Pada 2022, ada 128.000 anak yang melakukan hal serupa.

Begitu mereka diserahkan ke agen migrasi, anak-anak dan remaja ini ditahan selama maksimal 72 jam di pusat detensi imigrasi, sampai mereka dipindahkan ke tempat penampungan, di mana pemerintah federal harus menjamin makanan, kesehatan, dan pendidikan mereka.

Dalam 30 hari, mereka biasanya dibebaskan ke semacam sponsor: idealnya orang tua atau anggota keluarga, atau jika tidak, teman dari keluarga atau kenalan mereka.

Antara 12% - 14% anak-anak yang dibebaskan pada 2021 dan 2022 diserahkan kepada sponsor tanpa hubungan keluarga atau kerabat jauh, berdasarkan audit yang rampung pada Juni oleh Kantor Pemukiman Kembali Pengungsi yang terkait dengan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS.

Pengacara-pengacara imigrasi anak mengatakan kepada BBC bahwa, kenyataannya, pemerintah AS tidak tahu apa yang terjadi pada anak-anak ini setelah mereka dibebaskan ke wali mereka.

"Kami tahu bahwa anak-anak ini biasanya direlokasi dengan keluarga miskin yang memiliki banyak anak, kesulitan keuangan, dan tanpa dokumen imigrasi. Saya tidak kaget kalau dua pertiga dari mereka berujung bekerja, kata seorang pengacara yang menangani hak asuh anak yang memilih berbicara secara anonim karena sensitivitas isu ini.

Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS belum menanggapi permintaan komentar dari BBC.

Menargetkan anak-anak

Para pakar yang diwawancarai BBC mengatakan bahwa anak-anak ini telah menjadi sasaran industri tertentu yang kekurangan pekerja.

"Meskipun benar adanya peningkatan permintaan tenaga kerja, faktor ini bukan penentu yang menjelaskan lonjakan pelanggaran pekerjaan anak, kata Chavi Keeney Nana, seorang profesor di University of Michigan Law School, sekaligus pengacara sipil dan kriminal yang melakukan pekerjaan sukarela atas nama korban perdagangan manusia.

"Yang menyebabkan lonjakan tersebut adalah keserakahan korporasi, didukung oleh pelobi dan politisi, serta keinginan untuk mengeksploitasi kelompok pekerja yang rentan demi mendapatkan karyawan dengan biaya serendah mungkin, ujarnya.

Menurut Profesor Nana, lonjakan migrasi anak di bawah umur tanpa pendamping di perbatasan dengan peningkatan pelanggaran pekerja anak dalam beberapa tahun terakhir bukanlah suatu kebetulan.

Dia meyakini bahwa perusahaan telah mengidentifikasi pasokan tenaga kerja yang bisa dengan mudah dieksploitasi.

"Mereka adalah anak-anak di negara asing tanpa wali atau sarana penghidupan (dalam banyak kasus). Mereka melihat peluang untuk menghemat biaya tenaga kerja dan mempekerjakan anak-anak itu, kata Prof Nana.

Dia menilai perusahaan-perusahaan itu memahami risiko didenda jika mempekerjakan anak-anak imigran secara ilegal, jadi mereka menganggarkan untuk ini di dalam model bisnis mereka.

"Penghematan yang mereka dapatkan dengan merekrut pekerja yang rentan dengan sedikit prospek untuk mengklaim hak apa pun masih lebih besar dibandingkan dendanya, kata Prof Nana.

"Dan di tengah meningkatnya bukti-bukti terkait pekerja anak, yang dilakukan oleh beberapa negara bagian justru mengesahkan undang-undang yang memfasilitasi pekerja anak dan bukannya melindungi mereka.

BBC telah melakukan beragam upaya untuk menghubungi Kepala Sekolah Menengah Walnut di Grand Island, Nebraska, tetapi dia tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads