Korea Utara mengatakan terjadi kecelakaan saat mereka berencana mengirim satelit ruang angkasa pertamanya, yang menyebabkannya jatuh ke laut.
Peluncuran roket oleh Korut ini mendorong Jepang memperingatkan warganya di Kota Okinawa, namun kemudian dilaporkan tidak ada bahaya serangan di wilayahnya.
Korea Utara sebelumnya mengumumkan rencananya untuk meluncurkan satelit pada 11 Juni untuk memantau kegiatan militer AS.
Saat ini Korut mengatakan akan mencoba peluncuran kedua dalam waktu sesegera mungkin.
Foto-foto yang beredar di Korea Selatan tentang temuan sebuah reruntuhan di perairan negara itu. (Reuters)
Jepang siap 'menembak jatuh'
Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida, mengatakan Korea Utara tampaknya telah menembakkan rudal balistik dan pemerintah sedang menganalisis rinciannya.
Dia menambahkan bahwa saat ini tidak ada laporan kerusakan setelah rudal itu diluncurkan.
Jepang sebelumnya mengatakan, pihaknya siap menembak jatuh apapun yang mengancam wilayahnya.
Baca juga:
- Kisah seorang anak kabur dari Korea Utara demi mencari ibunya
- Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pamerkan putrinya yang jarang muncul
- Korea Utara: Kim Jong-un kembali tampil bersama putrinya, apa yang diketahui soal dia?
Bunyi sirene yang 'membingungkan' di Seoul
Dan, ada kekacauan dan kebingungan di Seoul, Ibu Kota Korea Selatan, pada Rabu (31/05) pagi waktu setempat, ketika orang-orang terbangun karena suara sirene serangan udara dan pesan darurat.
Mereka diberitahu agar mempersiapkan evakuasi. Tapi, 20 menit kemudian, mereka menerima pesan bahwa telah terjadi kesalahan pesan.
Informasi peluncuran rudal Korut, bagaimanapun, menjadi pertaruhan tinggi di Semenanjung Korea, akibat ketegangan Korut dan Korsel dalam 70 tahun belakangan.
Dan kesalahan bunyi itu dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem peringatan negara itu.
Lantaran Korea Utara merupakan ancaman bagi Korea Selatan, dan apabila ada peringatan serupa di masa depan, satu pertanyaan yang muncul adalah apakah hal itu akan dianggap serius, atau dianggap sebagai kesalahan semata.
Militer Korea Selatan mengatakan proyektil rudal itu kemungkinan hancur di udara atau jatuh setelah menghilang lebih awal dari jangkauan radar.
Mereka juga mengatakan pihaknya sedang menganalisa apa yang terjadi, demikian lapor kantor berita Yonhap.
Reaksi Korut atas tindakan militer AS yang 'sembrono'
Pada Selasa, Ri Pyong Chol, Wakil ketua komisi militer pusat partai yang berkuasa di Korea Utara, mengumumkan rencana peluncuran tersebut, dengan mengatakan hal itu sebagai tanggapan atas "tindakan militer yang sembrono" oleh AS dan Korea Selatan.
Dia menuduh negara-negara itu "secara terbuka mengungkapkan ambisi sembrono mereka untuk melakukan agresi".
Sebelum peluncuran hari Rabu, Departemen Luar Negeri AS mengatakan, setiap peluncuran Korea Utara yang menggunakan teknologi rudal balistik melanggar berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB.
Kementerian Luar Negeri Korea Selatan awal pekan ini juga mengutuk rencana peluncuran tersebut.
Seoul menyebutnya sebagai "pelanggaran serius" terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB "yang melarang semua peluncuran menggunakan teknologi rudal balistik".
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan pengembangan satelit militer merupakan komponen kunci pertahanan negaranya.
Leif-Eric Easley, profesor di Universitas Ewha di Seoul, mengatakan pemerintah Korea Utara "kemungkinan melihat dirinya dalam sebuah ajang pertarungan di luar angkasa".
Dan terlepas apakah misi satelitnya saat ini berhasil atau tidak, proyek itu "diharapkan menjadi propaganda politik tentang kemampuan mereka".
(nvc/nvc)