Horor Penembakan Massal di Texas, Pelakunya Satpam Usia 33 Tahun

Horor Penembakan Massal di Texas, Pelakunya Satpam Usia 33 Tahun

BBC Indonesia - detikNews
Senin, 08 Mei 2023 18:23 WIB
Polisi setempat terus menjaga lokasi penembakan pada Minggu (7/5) (Reuters)
Jakarta -

Pihak aparat keamanan Texas, Amerika Serikat, telah mengetahui identitas pelaku penembakan di pusat perbelanjaan kota Dallas yang menewaskan delapan orang, termasuk anak-anak.

Menurut polisi, pelaku penembakan bernama Mauricio Garcia, warga Dallas berumur 33 tahun.

Seorang anggota kepolisian telah menembak mati Garcia setelah dia menembakkan senjatanya ke arah para pengunjung mal Allen Premium Outlets di kawasan pinggir kota Dallas Selatan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para penyelidik sedang meninjau media sosial untuk mengetahui ideologinya, demikian dilaporkan CBS, mitra BBC di AS.

Saat melakukan aksi penyerangan, dia mengenakan emblem dengan tulisan RWDS yang merupakan singkatan dari "Pasukan Kematian Sayap Kanan".

ADVERTISEMENT

Kalimat itu populer di kalangan ekstremis sayap kanan dan kelompok supremasi kulit putih.

Pertanyaannya kini apakah dia termotivasi oleh ideologi tersebut dan apakah dia memiliki hubungan dengan orang-orang yang mengusung ideologi serupa, kata seorang sumber penegak hukum kepada CBS.

Ketika beraksi, Garcia menggunakan senapan jenis AR-15 dan mengenakan pakaian khusus tempur.

Garcia juga membawa pistol tangan, dan banyak senjata lainnya serta amunisi ditemukan dalam mobilnya, kata pihak penyelidik.

Baca juga:

Pada Minggu (7/5), Presiden AS Joe Biden mendesak agar senjata serbu seperti yang digunakan dalam penembakan mal itu dilarang.

Ia menyesalkan apa yang ia sebut sebagai " tindakan kekerasan senjata terbaru yang menghancurkan bangsa kita".

Setelah mengetahui bahwa ada anak-anak yang tewas dalam serangan itu, Biden mengatakan "terlalu banyak keluarga kini memiliki kursi kosong di meja makan mereka".

Ia meminta Partai Republik selaku pihak oposisi untuk mendukung pengetatan aturan pengendalian senjata.

Gubernur Texas dari Partai Republik, Gregg Abbott, memiliki pandangan berbeda dengan Presiden Biden terkait perlunya pengendalian senjata yang lebih ketat.

Ketika ia diwawancarai media Fox News pada Minggu (7/5), Abbott mengatakan fokusnya lebih ke arah kepemilikan senjata di kalangan para penjahat dan menangani meningkatnya krisis kesehatan mental, ketimbang larangan senjata yang lebih luas.

"Ini adalah sesuatu yang kami sudah berusaha menangani lebih dari satu tahun belakangan, dan ada beberapa solusi berpotensi yang mudah seperti membuat peraturan, yang sedang kami kerjakan.

"Agar dapat merampas senjata dari tangan penjahat berbahaya dan meningkatkan hukuman bagi para penjahat yang memiliki senjata," kata Abbot.

"Satu hal yang kami amati dengan mudah adalah adanya peningkatan dramatis terkait kemarahan dan kekerasa yang sekarang terjadi di Amerika.

"Dan apa yang sedang dilakukan Texas dalam skala besar, kami berupaya untuk menangani kemarahan dan kekerasan itu dengan menindak akar masalahnya, yakni masalah kesehatan mental."

Warga yang berduka memasang tugu untuk mengenang para korban penembakan mal tersebutGetty ImagesWarga yang berduka memasang tugu untuk mengenang para korban penembakan mal tersebut

Garcia dilaporkan bekerja sebagai satpam saat penembakan dan tidak memiliki riwayat kejahatan serius sebelumnya.

Rekaman menunjukkan Garcia keluar dari kendaraan di tempat parkir mal dan mulai menembak orang-orang yang lewat secara tiba-tiba.

Seorang perempuan yang bekerja di mal mengatakan ia mendengar tentang serangan itu pertama kali saat seorang pengunjung mendekatinya dan berkata: "Kalian semua harus menutup pintu-pintu."

"Saya bingung. Setelah itu kami mendengar suara tembakan kami hanya bisa mendengar 50 sampai 60 tembakan, katanya.

"Kami berusaha tenang semampunya kami, berusaha untuk menenangkan para pelanggan kami menutup pintu, semua [toko] tutup. Tidak ada orang yang bisa membeli apa-apa. Kami semua bersembunyi di belakang.

Seorang saksi mata lain, Elaine Penicaro, mengatakan ia baru selesai belanja saat ia mendengar "banyak sekali suara letusan.

"Sehingga kami semua hanya bisa berhenti. Namun satu detik kemudian, ada suara [letusan] dor, dor, dor, dor. Dan kami melihat nyala api berterbangan di depan kami, kata Penicaro.

Jadi kami langsung berlari ke toko Converse. Kami mengunci pintu. Kami semua menunduk di belakang dan diam di sana.

Berbicara kepada CBS, Steven Spainhouer menggambarkan saat ketika ia bergegas pergi ke lokasi penembakan setelah mendapat laporan dari anak laki-lakinya tentang penembakan.

Ia menyebutnya sebagai kerusakan yang tak terbayangkan.

Spainhouer mengatakan setidaknya tiga korban gagal diselamatkan meski ia telah memberikan pertolongan pertama.

Perempuan pertama yang saya temukan sedang menunduk di balik semak-semak, ujarnya. Saya mencari detak nadi, menggeser kepalanya ke samping, dan dia tidak memiliki muka.

Ia kemudian membantu anak laki-laki yang berbaring di bawah mayat ibunya. Saat saya menggeser ibunya, dia keluar. Saya bertanya apakah ia baik-baik saja, dan dia mengatakan "Ibu saya terluka, ibu saya terluka.

Daripada membuat dia semakin trauma, saya membawanya ke pinggiran dan membantunya duduk.

Anak laki-laki itu berlumuran darah dari atas sampai bawah, kata Spainhouer.

Delapan orang tewas dalam tabrakan mobil di Texas

Selain penembakan di mal Allen, kabar duka lain yang melanda Texas adalah kematian delapan orang setelah sebuah mobil menabrak sekelompok warga yang berdiri di halte bus khusus tuna wisma dan imigran.

Insiden itu terjadi di kota Brownsville dekat perbatasan Meksiko pada Minggu (7/5) pukul 08.30 pagi waktu setempat.

Sekitar lima orang terluka, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.

Sang pengemudi telah ditangkap dan dijadikan terdakwa. Pihak kepolisian mengatakan masih belum jelas apakah penabrakan itu disengaja atau tidak.

Sebelumnya, beberapa media mengutip pihak polisi yang mengatakam tabrakan itu disengaja.

Baca juga:

Direktur Bishop Enrique San Pedro Ozanam Center, sebuah pusat penampungan migran dan tuna wisma, Viktor Maldonado, mengatakan kepada BBC World Service bahwa cuplikan CCTV menunjukkan mobil SUV menerobos lampu merah dan mengarah ke halte bus dengan kecepatan tinggi.

Mobil itu kemudian menabrak trotoar dan melayang sekitar 60 meter sebelum menabrak orang-orang yang berada di jalur tersebut.

Maldonado mengatakan sekitar setengah jam sebelum kejadian itu, sekelompok yang berisi 20 orang pergi dari pusat itu dan berjalan ke halte untuk menunggu bus.

Dia sebelumnya mengatakan kepada media Associated Press bahwa sebagian besar korban merupakan pria asal Venezuela.

Mereka hendak naik bus lokal agar bisa transit ke bus lain yang akan mengantarkan mereka ke daerah-daerah lain di AS. Mereka telah membeli tiket.

"Para staf dan saya sendiri, kami berusaha untuk menahan diri," kata Maldonado dengan air mata mengalir.

"Kebanyakan dari para warga yang tinggal bersama kami adalah ibu-ibu dengan anak dan pria lajang. Tepat di depan mata kami, kami melihat langsung tragedi."

Ia menambahkan bahwa ia belum pernah melihat penolakan terhadap para migran di kota itu.

Namun, ia dikutip oleh media lokal KRGV-TV bahwa sejak insiden itu, beberapa orang berdatangan ke satpam yang menjaga gerbang depan pusat itu bahwa insiden itu terjadi "karena kami.

Imbas tragedi itu, pihak kepolisian mengatakan sang pengemudi dibawa ke rumah sakit untuk perawatan dan pengujian narkoba dan alkohol. Ia dilaporkan kurang kooperatif dengan aparat keamanan.

Menurut pihak perlindungan perbatasan AS, kota Brownsville baru-baru ini mengalami peningkatan tajam dalam kedatangan migran ilegal.

Maldonado juga mengatakan kepada media lokal, dikutip oleh AP, bahwa dalam dua bulan terakhir Pusat Ozanam, tempat penampungan yang dapat menampung hingga 250 orang, telah melayani hingga 380 orang per hari.

Pemerintah daerah di Brownsville mengeluarkan deklarasi bencana bulan lalu, mengikuti kota perbatasan Texas lainnya yang melakukan hal yang sama.

Peringatan itu menjelang masuknya banyak migran yang diantisipasi karena dicabutnya kebijakan jaman Covid yang memberikan wewenang bagi AS untuk secara otomatis mengeluarkan migran yang tidak memiliki dokumen resmi.

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads