100 Ribu Orang Kabur dari Sudan, Warga Sipil Terancam 'Malapetaka Besar'

100 Ribu Orang Kabur dari Sudan, Warga Sipil Terancam 'Malapetaka Besar'

BBC Indonesia - detikNews
Kamis, 04 Mei 2023 18:35 WIB
Konflik telah memperburuk krisis kemanusiaan di Sudan. (Getty Images)
Khartoum -

Lebih dari 100.000 orang telah meninggalkan Sudan sejak pertempuran sengit pecah antara pasukan yang bertikai sejak 15 April 2023, ujar Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

PBB juga memperingatkan soal "malapetaka besar" yang bisa terjadi apabila pertempuran tidak segera berakhir.

Selain itu, sebanyak 334.000 orang telah mengungsi di Sudan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pertempuran masih terus berlanjut di ibu kota, Khartoum, antara tentara dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) meski gencatan senjata akan diberlakukan.

Upaya diplomatik sedang diupayakan agar kedua pihak yang bertikai bisa duduk di meja perundingan.

ADVERTISEMENT

Pada Selasa, Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan mengatakan tentara dan RSF "pada prinsipnya telah menyetujui gencatan senjata selama tujuh hari yang akan dimulai pada 4 Mei.

Keduanya juga telah berjanji untuk mengirim perwakilan mereka ke perundingan.

Pernyataan itu muncul sehari setelah utusan khusus PBB untuk Sudan, Volker Perthes, mengatakan kepada kantor berita AP bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk merundingkan gencatan senjata yang "stabil dan dapat dipercaya.

Arab Saudi adalah tempat yang berpotensi sebagai lokasi perundingan, tambahnya.

Jika pembicaraan itu terwujud, itu akan menjadi pertemuan pertama antara kedua belah pihak sejak konflik dimulai.

Lebih dari 500 orang telah tewas dan sedikitnya 4.000 orang terluka dalam pertempuran itu, menurut Kementerian Kesehatan Sudan.

Serangkaian gencatan senjata yang diberlakukan sementara telah gagal, karena militer terus menggempur Khartoum melalui serangan udara untuk melemahkan RSF.

Kelompok paramiliter RSF mengatakan telah menembak jatuh jet tempur MiG di atas kota, namun tidak ada konfirmasi independen atas klaim tersebut.

Pertempuran sengit juga terjadi di Darfur di Sudan barat.

Juru bicara badan pengungsi PBB Olga Sarrado mengatakan kepada wartawan di Jenewa bahwa 100.000 orang yang meninggalkan negara itu terdiri orang-orang Sudan, warga Sudan Selatan yang memilih pulang, serta orang-orang yang sudah menjadi pengungsi di Sudan yang melarikan diri dari pertempuran.

Para pengungsi juga telah melarikan diri melintasi perbatasan Sudan dengan Mesir di utara, serta perbatasan dengan Chad di barat.

Sebagian besar negara Eropa telah menyelesaikan evakuasi warga negara mereka, namun Rusia mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya mengirim empat pesawat militer untuk mengevakuasi lebih dari 200 orang termasuk warga negaranya sendiri serta orang-orang dari "negara sahabat.

Di Khartoum, makanan, air, dan listrik hampir habis, tetapi persediaan bantuan yang dikirim oleh PBB ke Pelabuhan Sudan dan sangat dibutuhkan, masih tersimpan di gudang karena kekerasan terus berlangsung.

Sementara itu, penjarahan yang meluas membuat tidak ada cara yang aman untuk menyalurkan bantuan-bantuan itu.

Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Ahmed al-Mandhari mengatakan bahwa fasilitas kesehatan telah diserang di Khartoum. Beberapa bahkan digunakan sebagai pangkalan militer.

"Sampai saat ini ada sekitar 26 laporan serangan terhadap fasilitas kesehatan. Beberapa serangan ini mengakibatkan kematian petugas kesehatan dan warga sipil di rumah sakit tersebut," kata al-Mandhari kepada BBC.

"Selain itu Anda tahu beberapa rumah sakit ini digunakan sebagai pangkalan militer dan mereka menyingkirkan para staf dan pasien-pasien dari fasilitas kesehatan ini," tambahnya.

Pada Senin, Koordinator Kemanusiaan PBB di Sudan, Abdou Dieng, mengatakan bahwa pertempuran yang menghancurkan selama lebih dari dua minggu ini berisiko membuat krisis kemanusiaan di negara itu menjadi "malapetaka besar.

"Bahkan sebelum krisis saat ini, sepertiga dari populasi Sudan, atau hampir 16 juta orang, sudah membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sekitar 3,7 juta orang telah mengungsi, sebagian besar di Darfur," katanya.

Simak juga 'Dubes Sudan Berharap Mahasiswa RI Bisa Kembali ke Sudan Secepatnya':

[Gambas:Video 20detik]



(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads