Xi-Putin Bahas Ukraina, Apa yang Bisa Diharapkan dari Pertemuan Itu?

Xi-Putin Bahas Ukraina, Apa yang Bisa Diharapkan dari Pertemuan Itu?

BBC Indonesia - detikNews
Selasa, 21 Mar 2023 09:53 WIB
bbc
Vladimir Putin dan Xi Jinping (foto bersama tahun lalu) akan bertemu untuk melakukan pembicaraan di Moskow minggu ini (SERGEI BOBYLEV/SPUTNIK/KREMLIN POOL/EPA-EFE)
Jakarta -

Presiden China, Xi Jinping, melakukan kunjungan pertamanya ke Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina tahun lalu. Dia juga akan melakukan perundingan dengan Presiden Vladimir Putin.

Editor BBC tentang Rusia, Steven Rosenberg, dan koresponden BBC di China, Stephen McDonel,l menganalisis apa yang setiap pihak ingin peroleh dalam pertemuan itu dan apa yang diketahui tentang hubungan antara kedua negara.

Putin mencari pertolongan dari seorang teman

Bayangkan jika Anda adalah Putin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anda telah memulai sebuah perang yang tidak sesuai dengan rencana; Anda berada di ancaman saksi; dan sekarang Pengadilan Kriminal Internasional telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Anda atas kasus kejahatan perang.

Di saat-saat seperti inilah Anda membutuhkan teman.

ADVERTISEMENT

Masuklah Xi Jinping.

Presiden Xi pernah menyebut Putin sebagai "teman baiknya. Dua pemimpin ini memiliki banyak kesamaan: keduanya adalah pemimpin otoriter dan menganut gagasan "dunia multi-polar tanpa dominasi Amerika Serikat.

Di Moskow, mereka berharap akan menandatangani kesepakatan tentang "penguatan kemitraan komprehensif antara kedua negara.

Kunjungan kenegaraan presiden China itu adalah simbol dukungan yang tegas untuk Rusia dan presidennya pada saat Kremlin berada di bawah tekanan internasional yang kuat.

Dan hubungan Rusia dengan China adalah kekuatan fundamental dalam menahan tekanan tersebut.

"Putin sedang membangun bloknya sendiri. Dia tidak mempercayai Barat lagi dan dia tidak akan pernah lagi [percaya], kata jurnalis Dmitry Muratov yang pernah menerima penghargaan Nobel Perdamaian.

"Jadi, Putin sedang mencari sekutu dan mencoba menjadikan Rusia bagian dari benteng bersama dengan China, begitu juga dengan India, beberapa negara di Amerika Latin dan Afrika. Putin sedang membangun dunia anti-Baratnya.

Di "dunia anti-Barat ini, Moskow kini sangat bergantung pada Beijing dibandingkan sebelumnya, terutama saat perang berkecamuk di Ukraina.

"Perang telah menjadi prinsip pengorganisasian pada politik dalam negeri Rusia, kebijakan luar negeri, dan kebijakan ekonomi. Ada obsesi untuk menghancurkan Ukraina, ujar Alexander Gabuev, peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace.

"Untuk itu, Anda membutuhkan senjata, uang dan ekonomi yang berjalan. China memberikan Rusia, setidaknya, komponen untuk senjata dan teknologi sipil yang dapat digunakan untuk tujuan-tujuan militer. Itu juga pasti menyediakan uang.

Baca juga:

Untuk melawan sanksi-sanksi dari Barat dan menopang perekonomiannya, Rusia telah meningkatkan perdagangan dengan China, khususnya di sektor energi. Jalur pipa-pipa minyak, gas dan energi menjadi agenda pada pembicaraan Putin dan Xi.

Tapi, sekali lagi, bayangkan jika Anda adalah Putin. Satu tahun lalu, Anda dan Xi memproklamasikan bahwa kemitraan mereka "tidak terbatas.

Jika itu benar-benar terjadi, mungkinkah Anda berharap pada China untuk membantu Anda di Ukraina, dengan memasok bantuan mematikan dan memfasilitasi kemenangan militer bagi Rusia? Amerika mengeklaim bahwa China sedang mempertimbangkan untuk melakukan hal itu, walau Beijing menyangkalnya.

Seperti yang mereka katakan di Rusia, "tidak ada salahnya mengharapkan sesuatu walau tidak berarti bahwa hal itu akan terjadi. Jika ada satu hal ditunjukkan tahun lalu adalah bahwa "kemitraan tanpa batas" memang memiliki batasan.

Sampai saat ini Beijing tampaknya enggan memberikan bantuan militer langsung ke Moskow, karena takut memicu sanksi sekunder di Barat terhadap perusahaan China.

Yang menjadi perhatian Beijing: maaf Rusia kepentingan China harus didahulukan.

Poin ini disampaikan secara terbuka baru-baru ini dalam acara bincang-bincang di televisi Rusia.

"Menjelang kunjungan Presiden Xi ke Moskow, beberapa ahli di sini terlalu bersemangat, bahkan sangat gembira, kata pakar militer Mikhail Khodarenok.

"Tapi China hanya dapat memiliki satu sekutu: China itu sendiri. China hanya dapat memiliki satu kepentingan: yang pro-China. Kebijakan luar negeri China sama sekali tanpa altruisme.

Sinyal Xi ke Putin

Secara resmi, kunjungan Xi Jinping ke Rusia adalah untuk mempromosikan hubungan bilateral antar dua negara tetangga tersebut dan tentu saja masing-masing pemerintah mengatakan bahwa mereka semakin dekat.

Terdapat beberapa perjanjian yang akan ditandatangani, jamuan makan dan kesempatan berfoto yang akan ditampilkan. Semua pemerintah memiliki kunjungan seperti itu, jadi mengapa semua perhatian tertuju pada pertemuan yang satu ini?

Pertama, ini adalah pertemuan pemimpin dua negara adidaya dunia yang bersekutu. Salah satu dari pemimpin tersebut melancarkan invasi berdarah ke negara lain di Eropa.

Banyak analis telah memikirkan apa yang mungkin dilakukan China jika Rusia tampaknya menghadapi kekalahan memalukan di medan perang.

Pemerintah China akan mengatakan, mereka di posisi netral. Apakah itu artinya mengambil langkah mundur dan membiarkan Rusia kalah, atau mulai mengirim senjata agar militer Rusia mendapat keunggulan yang lebih baik?

Setelah Xi tiba di Moskow, dia dan Putin mungkin berbicara tentang hal-hal lain, tetapi semua perhatian akan tertuju pada krisis Ukraina.

Sinyalnya kepada Vladimir Putin hanya bisa membuahkan salah satu dari tiga hal:

  1. Saatnya mempertimbangkan untuk mundur dari Ukraina dengan beberapa kompromi yang dapat menyelamatkan reputasi
  2. Lampu hijau untuk terus berjalan atau bahkan menggempur lebih keras
  3. Xi tidak menyarankan kedua hal itu.

Xi datang ke Moskow berbekal reputasi menengahi kesepakatan Iran dan Arab Saudi sehingga keduanya dapat membangun kembali hubungan diplomatik. China menjadi semakin siap untuk hadir pada hal-hal yang jauh di luar batasnya. Alhasil, opsi ketiga tampaknya tidak mungkin ditempuh Xi.

Untuk opsi satu, jika Beijing mampu menjadi pembawa perdamaian global di Ukraina sama seperti menengangi kesepakatan Iran-Saudi, reputasi Xi semakin mengilap.

Namun, masalah utamanya adalah sejauh mana opsi pertama akan menguntungkan China.

Pilihan yang paling suram adalah nomor dua, tetapi ada sebuah pandangan bahwa perang Rusia dengan Ukraina merupakan strategi geopolitik Beijing.

Kremlin menghadapi Barat dan menguras sumber daya NATO. Semakin lama perang berlangsung, hasrat publik Barat untuk mengalami konflik lanjutan akan semakin menurun jika militer China bergerak merebut Taiwan dengan paksa.

Bisa jadi perhitungan Beijing bahwa semakin lama perang berlanjut, semakin sedikit orang ingin terlibat dalam perang lain.

Klaim netralitas pemerintah China juga tidak sesuai dengan laporan media di dalam China.

Buletin TV malam di China sesuai dengan pandangan Kremlin. Bahkan media di China menyediakan sebagian besar ruang pemberitaan untuk menyalahkan "Barat" atas "konflik". Mereka tidak berbicara tentang "perang" dan tidak akan pernah mengacu pada "invasi" ke Ukraina.

Di depan umum, China mengatakan kedaulatan semua negara harus dihormati (yaitu Ukraina), tetapi pada saat yang sama mengamini "kekhawatiran keamanan yang sah" dari negara lain (yaitu Rusia).

Namun bukan Kyiv yang dikunjungi Xi Jinping. Tapi Moskow.

Jadi, ketika Xi berkunjung ke Moskow, pilihannya ada dua: Putin khawatir tentang goyahnya dukungan China atau lega mendapat dukungan salah satu dari dua orang paling berkuasa di planet ini.

Kemungkinan terbesar ada pada pilihan kedua.

Simak Video 'Putin Tindaklanjuti Proposal China untuk Akhiri Perang di Ukraina':

[Gambas:Video 20detik]



(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads