Tim Penyelidik: Kebakaran Kamp Rohingya Direncanakan-Disengaja

ADVERTISEMENT

Tim Penyelidik: Kebakaran Kamp Rohingya Direncanakan-Disengaja

BBC Indonesia - detikNews
Senin, 13 Mar 2023 17:24 WIB
Jakarta -

Kebakaran yang menyapu kamp pengungsi terbesar di dunia pekan lalu merupakan "tindakan sabotase yang terencana dan disengaja," kata tim penyelidik.

Kebakaran yang terjadi 5 Maret di Bangladesh menyebabkan 15.000 pengungsi Rohingya kehilangan tempat tinggal, dan membumihanguskan 2.800 tempat penampungan.

Kelompok militan menyulut api untuk "menguasai" kamp, kata pejabat pemerintah yang memimpin penyelidikan.

Kebakaran terjadi di beberapa tempat secara bersamaan, membuktikan ini sudah direncanakan, kata Abu Safian.

Tak ada korban jiwa. Tetapi api melahap rumah-rumah dan merobohkan jaringan infrastruktur utama - sekolah, klinik kesehatan, dan pusat layanan - di sejumlah distrik di Kamp Cox Bazar.

Fire burns in the Rohingya refugee camp in Balukhali in Cox's Bazar, Bangladesh

Kebakaran telah menghanguskan ribuan rumah di kamp pengungsi, pekan lalu. (Reuters)

Tim penyelidik yang melibatkan tujuh orang dibentuk untuk menginvestigasi kebakaran, melaporkan hasilnya pada Minggu setelah mewawancarai 150 saksi mata.

Mereka merekomendasikan penyelidikan lebih lanjut untuk mengidentifikasi kelompok yang berada di balik insiden tersebut.

Kebakaran terjadi sekitar pukul 14:30 waktu setempat di Kamp 11 Cox Bazaar, sebelah tenggara Bangladesh. Kobaran api baru bisa dikendalikan pada malam hari.

Cox Bazar menjadi rumah bagi satu juta pengungsi yang pergi meninggalkan Myanmar menyusul tindak kekerasan yang dilakukan militer terhadap etnis minoritas Rohingya.

Mereka menempati gubuk dari bambu yang dilapisi plastik tipis. Penuh sesak dan kotor, kamp pengungsian ini rentan terhadap api.

Baca juga:

Laporan awal menyebutkan kebakaran Cox Bazar berasal dari api yang menyebar cepat akibat kompor gas yang biasa digunakan pengungsi.

Antara Januari 2021 dan Desember 2022, terdapat 222 insiden kebakaran di kamp Rohingya, termasuk 60 kasus pembakaran yang disengaja. Laporan ini berdasarkan data Kementerian Pertahanan Bangladesh yang dikeluarkan akhir bulan lalu.

Pada Maret 2021, sedikitnya 15 orang tewas, dan sekitar 50.000 orang mengungsi menyusul kebakaran besar di sebuah kamp di kawasan tersebut.

Kamp pengungsi Rohingya terbakar.

Kobaran api telah melalap habis 2.000 tempat penampungan setelah menyebar dengan cepat akibat ledakan tabung gas di dapur umum, kata pihak terkait. (Getty Images)

Sebelumnya, pihak berwenang Bangladesh menyelidiki penyebab kebakaran besar di sebuah kamp pengungsi etnis Rohingya yang saat itu diperkirakan menyebabkan 12.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Tidak ada laporan adanya korban meninggal atau terluka akibat kebakaran ini.

Namun kobaran api telah melalap habis 2.000 tempat penampungan setelah menyebar dengan cepat akibat ledakan tabung gas di dapur umum, kata pihak terkait.

Polisi sedang menyelidiki apakah kebakaran itu disebabkan aksi sabotase. Seorang pria telah ditahan, demikian laporan media setempat.

Kamp pengungsi di wilayah tenggara Bangladesh itu diyakini sebagai kamp pengungsi terbesar di dunia.

Baca juga:

Sebagian besar penghuninya adalah para pengungsi Rohingya, yang melarikan diri dari tindakan persekusi di negara tetangga Bangladesh, Myanmar.

Pada Senin (06/03), ratusan orang telah kembali ke lokasi kebakaran tersebut, yang dikenal sebagai Cox's Bazar, untuk melihat apa yang dapat mereka selamatkan dari reruntuhan.

Kobaran api dimulai sekitar pukul 14:45 waktu setempat pada hari Minggu (05/03), dan dengan cepat melahap tempat penampungan yang terbuat dari bambu dan terpal, kata seorang pejabat.

"Sekitar 2.000 tempat penampungan telah terbakar, mengakibatkan sekitar 12.000 warga negara Myanmar terpaksa mengungsi tanpa ada penampungan yang layak," kata Rahman, komisaris pengungsi Bangladesh, kepada Kantor Berita AFP.

Kamp pengungsi Rohingya terbakar.

Kobaran api dimulai sekitar pukul 14:45 waktu setempat pada hari Minggu, dan dengan cepat melahap tempat penampungan yang terbuat dari bambu dan terpal, kata seorang pejabat. (Getty Images)

Api akhirnya dapat dipadamkan dalam waktu tiga jam, namun setidaknya 35 bangunan masjid dan 21 pusat pembelajaran untuk pengungsi juga hangus terbakar, tambahnya.

Foto-foto yang beredar belakangan memperlihatkan tingkat kerusakan parah akibat kebakaran itu.

Dari foto-foto itu, terlihat sejumlah orang yang tinggal di sana mencari sisa-sisa barangnya yang mungkin bisa diselamatkan.

Namun yang tersisa atap seng bergelombang yang terlihat hangus.

Hrusikesh Harichandan, dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, mengatakan kepada BBC bahwa ada "kerusakan besar" di kamp tersebut.

Dia mengatakan layanan dasar seperti fasilitas pusat air bersih juga mengalami kerusakan.

"Tempat tinggal saya dirusak. [Toko saya] juga terbakar habis," kata Mamun Johar, pria Rohingya berusia 30 tahun, kepada AFP.

"Kobaran api telah merampas segala milik saya, semuanya."

Rohingya refugee camp that has been destroyed after a fire broke out

Foto-foto yang beredar belakangan memperlihatkan tingkat kerusakan parah akibat kebakaran itu. (Reuters)

Awan hitam yang tebal terlihat mengambang di atas Camp 11, salah satu dari banyak lokasi pengungsian di dekat perbatasan, yang dihuni lebih dari satu juta pengungsi Rohingya.

Kamp-kamp itu, yang penuh sesak dan jorok, sangat rentan terjadi kebakaran.

Antara Januari 2021 dan Desember 2022, ada 222 insiden kebakaran di kamp pengungsi Rohingya, termasuk 60 kasus aksi pembakaran, menurut laporan Kementerian Pertahanan Bangladesh yang dirilis bulan lalu.

Pada Maret 2021, setidaknya 15 orang tewas dan sekitar 50.000 orang mengungsi, setelah kebakaran hebat melanda satu kamp di pemukiman tersebut.

Kamp pengungsi Rohingya terbakar.

Pada Maret 2021, setidaknya 15 orang tewas dan sekitar 50.000 orang mengungsi, setelah kebakaran hebat melanda satu kamp di pemukiman tersebut. (Getty Images)

Penampungan di kamp pengungsi itu menampung orang-orang yang melarikan diri dari Myanmar menyusul aksi kekerasan oleh militer terhadap etnis minoritas Rohingya.

Etnis Rohingya adalah warga Muslim di Myanmar yang sebagian besar masyarakatnya beragama Buddha. Di negara itu, mereka menghadapi penganiayaan selama sekian generasi.

Eksodus terakhir orang-orang Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh dimulai pada Agustus 2017.

Hal itu terjadi setelah militer Myanmar secara brutal melakukan tindakan pembalasan ketika kelompok pemberontak Rohingya melancarkan serangan ke sejumlah pos polisi.

(ita/ita)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT