Ketegangan dan kekerasan antara militer Israel dan milisi Palestina di Yerusalem Timur serta Tepi Barat telah meningkat sejak awal tahun ini. Di tengah kekerasan itu, sebuah kelompok milisi Palestina muncul: Sarang Singa (Areen al Usud dalam bahasa Arab).
Kelompok milisi yang baru dibentuk ini muncul dari Kota Nablus di bagian utara Tepi Barat. Mereka diketahui berada di balik serangkaian serangan terhadap tentara dan pemukim Israel.
Sebagian besar anggota dan pendukung kelompok tersebut adalah anak muda Palestina, yang mengeklaim berada di luar jalur faksi tradisional yang telah membentuk politik Palestina selama beberapa dekade terakhir.
Siapa mereka dan seberapa signifikan kehadiran mereka?
'Pemuda Palestina yang penuh amarah'
Getty ImagesPada Februari, pasukan Israel membunuh 11 warga Palestina. Enam di antara mereka adalah anggota milisi 'Sarang Singa'.
"Sarang Singa adalah kumpulan pemuda Palestina yang penuh amarah. Sebagian besar berusia awal 20-an tahun. Mereka bukan bagian dari faksi politik apa pun yang kami miliki di Tepi Barat atau Gaza, dan mereka pada dasarnya adalah kelompok yang berfokus memerangi pendudukan Israel," papar Ibrahim Jibril Dalalsha, Direktur Eksekutif Horizon Center for Political Studies yang berbasis di kota Ramallah, Tepi Barat.
Kelompok bersenjata tersebut utamanya aktif di Kota Nablus, khususnya di lingkungan al-Yasmina.
Mereka berhasil merekrut puluhan pemuda Palestina selama beberapa bulan terakhir.
Meskipun kelompok tersebut tidak memiliki ikatan formal dengan kelompok politik yang ada, beberapa anggotanya pernah memiliki afiliasi politik, menurut para ahli.
"Mereka adalah kelompok non-partisan, bekerja untuk satu milisi tunggal, meskipun beberapa dari mereka telah terlibat dalam kelompok tertentu sebelum Sarang Singa, seperti Jihad Islam atau Brigade Martir al-Aqsa, Hamas atau Fatah, jelas Dana el Kurd , seorang ilmuwan politik di University of Richmond yang berbasis di Negara Bagian Virginia, AS.
Baca juga:
Bagaimana awal kelompok ini dibentuk?
Getty ImagesIbu salah satu warga Palestina yang ditembak hingga tewas oleh militer Israel.
Awalnya, kelompok itu bernama Batalyon Nablus pada Februari 2022. Saat itu, anggotanya tidak lebih dari 10 orang.
Mereka terinspirasi oleh Batalyon Jenin, kelompok bersenjata yang berasal dari kamp pengungsi Jenin.
Pada Agustus 2022, seorang petempur senior bernama Ibrahim al-Nablusi terbunuh bersama dengan dua petempur lainnya dalam penyerbuan pasukan Israel ke sebuah rumah di Nablus. Pembunuhan al-Nablusi dilaporkan memantik pergerakan yang lebih luas.
Kemunculan resmi pertama Sarang Singa diyakini terjadi musim panas tahun lalu, saat peringatan untuk para petempur yang dibunuh militer Israel digelar di Nablus.
Pada awal 2023, beberapa anggota senior kelompok itu ditangkap atau dibunuh oleh tentara Israel, semuanya dituduh melakukan serangan terhadap Israel.
Foto dan video para petempur tersebar di media sosial, terutama TikTok. Beberapa bulan kemudian, puluhan pria bersenjata bertopeng menggelar pawai di sejumlah jalan di Kota Tua Nablus.
Hal ini sangat memprihatinkan bagi Otoritas Palestina dan aparat keamanan Israel.
"Meningkatnya impunitas Israel, meningkatnya represi, meningkatnya aktivitas pemukiman, melemahnya respons internasional dan regional, serta stagnasi politik dan ekonomi yang sedang berlangsung - [semua faktor ini] telah menyebabkan terciptanya kelompok ini," kata Dana el Kurd.
Baca juga:
BBC
Apakah kelompok ini mendapat sokongan publik?
Kelompok tersebut berhasil merebut perhatian anak muda Palestina "yang menolak status quo dan politik biner lama yang diwakili oleh Fatah dan Hamas," menurut el Kurdi.
Bahkan, ada beberapa bukti bahwa kelompok tersebut mendapat dukungan signifikan di antara masyarakat Palestina.
Menurut jajak pendapat yang dilakukan pada bulan Desember oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina terhadap warga di Tepi Barat dan Jalur Gaza, lebih dari 70% mendukung pembentukan kelompok bersenjata independen seperti Sarang Singa.
Sejumlah pengamat mengatakan bahwa kepemimpinan Palestina yang menua adalah salah satu alasan mengapa pemuda Palestina terpikat ke dalam kelompok perlawanan bersenjata yang baru dibentuk ini.
Banyak anggota kelompok ini menjauhkan diri dari Otoritas Palestina.
"Mereka percaya bahwa Otoritas Palestina bangkrut secara politik dan tidak dapat mencapai kemerdekaan politik melalui cara-cara damai. Oleh karena itu, mereka merasa berjuang dalam perlawanan adalah solusi untuk konflik tersebut, kata Ibrahim Dalalsha.
Grup ini juga populer di media sosial. Ratusan warga Palestina menanggapi seruan solidaritas yang dikirim melalui saluran Telegram Sarang Singa, yang memiliki pengikut lebih dari 130.000 orang.
Para pengikut diminta untuk pergi ke atap gedung dan meneriakkan 'takbir' sebagai tanda solidaritas dengan kelompok milisi yang menyerang Israel.
Di seluruh kawasan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki Israel, pemuda-pemuda Palestina meneriakkan slogan: 'Sarang Singa tak terkalahkan'.
ReutersTembakan ke udara dilepaskan saat proses pemakaman di Tepi Barat.
Bagaimana hubungannya dengan Otorita Palestina?
Otoritas Palestina (PA) adalah badan pemerintahan daerah otonom Palestina di Tepi Barat yang didirikan sebagai bagian dari perjanjian perdamaian Kesepakatan Oslo antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Sebagian besar kota dan desa Palestina diatur oleh PA, yang didominasi oleh faksi sekuler Fatah. Adapun rivalnya, faksi Hamas, menguasai Jalur Gaza.
Banyak pemuda Palestina yang bergabung dengan kelompok bersenjata yang baru muncul bahkan belum lahir ketika Kesepakatan Oslo ditandatangani pada 1993.
"Kepemimpinan arus utama Otoritas Palestina dan partai penguasa Fatah tidak senang dengan kelompok itu karena berbagai alasan," kata Dalalsha.
"Saya pikir keputusan strategis telah diambil untuk mencoba dan bekerja sama dengan kelompok itu daripada membubarkannya secara paksa," tambahnya.
Getty ImagesBentrokan terjadi di Kota Tua Nablus setelah lokasi pertahanan milisi dirazia.
Sejumlah sumber mengatakan Otoritas Palestina mencoba membujuk kelompok itu untuk meninggalkan aksi bersenjata dan bergabung dengan dinas keamanan Palestina.
Beberapa anggota setuju bergabung, tetapi pemimpin kelompok Sarang Singamenolak menyerahkan senjata mereka dan bersikeras akan terus berjuang sampai akhir.
"Beberapa anggota Sarang Singa akan mengkritik, tetapi menahan diri untuk berkonflik dengan Otoritas Palestina," kata Ibrahim Dalalsha.
"Jika Anda melawan Otoritas Palestina, Anda akan berkonflik langsung dengan sebagian besar masyarakat Palestina, jika tidak semuanya. Saya pikir mereka berusaha menghindari itu."
Getty ImagesPenampakan lokasi pertahanan milisi 'Sarang Singa'di Nablus.
Bagaimana pandangan Israel?
Israel memandang Sarang Singa sebagai "organisasi teroris".
Pada Februari lalu, apparat keamanan Israel masuk ke Nablus dan membunuh 11 warga Palestina, enam di antara mereka adalah anggota Sarang Singa, menurut sebuah unggahan yang dibagikan di saluran Telegram grup tersebut.
Setelah serangan empat jam tersebut, militer Israel (IDF) mengatakan pihaknya "meningkatkan" operasi setelah pasukannya ditembaki oleh orang-orang bersenjata Palestina.
"Kami melihat ancaman itu dan kami harus masuk dan menyelesaikan pekerjaan itu," kata juru bicara IDF Letnan Kolonel Richard Hecht kepada wartawan.
Israel baru-baru ini menutup beberapa area di sekitar Nablus dan Yerusalem timur menggunakan karung-karung pasir dan blok semen.
"Tanggapan Israel cukup keras," kata Dana el Kurd, "tetapi mereka [Sarang Singa] masih akan berpengaruh dan mereka mungkin menghasilkan peniru atau orang-orang yang berminat untuk bergabung dengan mereka."
Menurut Ibrahim Dalalsha, mereka mungkin memiliki pengaruh terhadap politik di wilayah Palestina.
"Tidak mudah bagi mereka untuk menang dalam mencapai tujuan besar, yaitu pembebasan dan mengakhiri pendudukan. Tapi saya pikir keberadaan dan aktivitas mereka menyebabkan banyak gangguan dan tantangan bagi Otoritas Palestina dan Israel," jelasnya.
Simak juga Video 'Warga Israel Serang Pemukiman Palestina, Satu Orang Dibunuh':