Akibat Gempa, 2 Kota di Turki Luluh Lantak Seperti Zona Perang

ADVERTISEMENT

Akibat Gempa, 2 Kota di Turki Luluh Lantak Seperti Zona Perang

BBC Indonesia - detikNews
Selasa, 28 Feb 2023 13:19 WIB
Jakarta -

Matahari bersinar cerah di Antakya, ibu kota Provinsi Hatay, Turki selatan. Namun udara terasa pekat.

Debu dan asap kayu-kayu yang dibakar dari arah tenda-tenda darurat sungguh sangat terasa. Warga dan relawan membakar kayu untuk melawan hawa dingin yang menusuk tulang.

Sebelum 6 Februari, di kanan kiri ruas jalan kota tersebut terdapat blok-blok apartemen. Setelah gempa hebat, nyaris semua bangunan rata dengan tanah. Walau masih ada beberapa yang bertahan, kondisinya miring, setengah runtuh, atau porak-poranda. Kaca-kaca jendela hancur dan dinding retak-retak.

Ada beberapa yang tegak berdiri, namun demi alasan keselamatan, gedung-gedung ini tak lagi dihuni.

"Keadaannya seperti zona perang," ujar seorang relawan kepada wartawan BBC News Indonesia Mohamad Susilo.

"Seperti kota yang terkena bom yang dijatuhkan dari udara," tambahnya. Bangunan yang rubuh, reruntuhannya sebagian menutup jalan. Dari reruntuhan terlihat tempat tidur, sofa, kursi, dan meja makan. Terlihat juga ada tempat tidur untuk bayi.

Perabotan ini menjadi saksi kedahsyatan gempa pada 6 Februari 2023 yang menyebabkan setidaknya 44.000 orang meninggal dunia dan lebih 100.000 lainnya luka-luka di Turki dan Suriah.

PBB mengatakan sekitar 1,5 juta orang kehilangan rumah.

Di kawasan-kawasan yang parah terdampak gempa, mesin-mesin berat bekerja untuk membersihkan puing-puing bangunan. Sejumlah warga tampak memandang dari kejauhan. Mereka seakan ingin melihat bekas apartemen untuk terakhir kalinya.

Salah seorang di antara mereka adalah Yassir.

"Saya tak punya apa-apa lagi," ujarnya lirih. Ia menunjukkan lokasi yang tadinya adalah rumah yang ia tempati. Sekarang sudah tak bisa dikenali, hanya gundukan reruntuhan bangunan.

Seorang relawan lantas menghampiri dan menenangkannya.

Baca juga:

Sekitar 100 meter dari permukiman yang kini hancur, ada tenda-tenda untuk warga, baik yang disediakan oleh organisasi bantuan kemanusiaan maupun AFAD, badan penanggulangan bencana pemerintah Turki.

Waktu menunjukkan tengah hari dan sejumlah pengungsi antre makan siang. Menunya roti dan sup hangat khas Timur Tengah, chorba. Makanan hangat ini disediakan oleh organisasi bantuan internasional, yang langsung masuk ke Turki setelah gempa dahsyat 6 Februari.

"Di hari-hari pertama bencana, bantuan medis, peralatan sanitasi, selimut, makanan kering, dan makanan hangat memang sangat diperlukan oleh warga," ujar Muhammad Kaimuddin dari Indonesian Humanitarian Alliance (IHA), sebuah aliansi kemanusiaan Indonesia untuk bencana gempa bumi di Turki dan Suriah.

Di dalamnya terdapat kementerian, badan/organisasi pemerintah, dan organisasi bantuan kemanusiaan.

Ratusan ton bantuan kemanusiaan telah dikirim dari Indonesia ke Turki dan Suriah, yang penyerahannya dilangsungkan pada 22 Februari di Hassa, Provinsi Hatay. Bantuan ini diserahkan oleh Kemenko PMK Muhadjir Effendy dan diterima gubernur Hatay dan perwakilan AFAD di Kota Hassa.

Di bawah bendera IHA dikirim pula lebih 100 tenaga medis yang membantu warga Turki yang memerlukan layanan kesehatan. Di Hassa, IHA mendirikan rumah sakit lapangan.

Ke utara, sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari Hassa terdapat Kota Kahramanmaras, yang juga luluh lantak seperti zona perang. Menuju pusat kota, bangunan-bangunan di kanan-kiri jalan hancur. Banyak yang menimpa mobil-mobil yang saat gempa terjadi diparkir di pinggir jalan.

Di hari-hari pertama setelah gempa, seperti halnya di kawasan-kawasan lain, tim SAR fokus ke evakuasi korban selamat yang berada di bawah reruntuhan bangunan.

Baca juga:

Heri Kurniawan, relawan organisasi bantuan kemanusiaan Indonesia, Human Initiative (HI), tiba di Kahramanmaras tiga hari setelah gempa 6 Februari. Bersama tim HI, Heri membagikan paket-paket bantuan dan menyaksikan sendiri bagaimana tim SAR berpacu dengan waktu menyelamatkan warga yang tertimbun reruntuhan bangunan.

Golden period atau masa krusial untuk mengevakuasi korban selamat adalah 3x24 jam setelah bencana terjadi. Namun di lapangan, ada sejumlah kejadian di mana warga ditemukan selamat setelah hari keempat.

"Jadi, bisa dibayangkan sukacita warga, relawan, dan tim SAR setelah berhasil mengevakuasi korban selamat dari bawah reruntuhan," kata Heri. "Suasananya seperti menang Piala Dunia," tambahnya.

Tim SAR memiliki alat yang bisa mendeteksi apakah di bawah reruntuhan ada korban selamat. Biasanya, begitu ada respons dari korban, tim akan meminta semua kegiatan lain di lapangan untuk dihentikan, agar suara dari balik reruntuhan bisa didengar dengan lebih jelas.

Tim akan bertanya siapa namanya. Setelah nama didapat, tim akan bertanya ke warga setempat apakah ada warga dengan nama tersebut. Pada saat yang bersamaan, tim akan mencoba membangun akses yang aman agar korban selamat bisa dikeluarkan, proses yang memakan waktu berjam-jam dan bisa mencakup membobol tembok dan membersihkan jalur evakuasi.

Heri bersama anggota tim HI lain, Fahrudin Alwi, mendatangi sejumlah titik di Kahramanmaras. Mereka membagikan bantuan kepada warga yang terdampak gempa.

"Dari pengamatan kami, warga di sini hanya mengambil bantuan yang memang benar-benar dibutuhkan. Jadi kalau mereka perlu popok bayi, ya popok itu yang mereka ambil. Mereka tak mengambil selimut atau makanan kering. Padahal itu kami sediakan untuk mereka," kata Heri.

Alwi menambahkan, "Kami tak melihat ada 'aji mumpung' hanya karena ada bantuan, mereka lantas mengambil semuanya. Tidak seperti itu. Mereka hanya mengambil barang-barang yang memang diperlukan."

Baca juga:

Azi Abdul Aziz, manajer kemitraan dan program Human Initiative, mengatakan bantuan dari Indonesia ke Turki disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. "Kami ingin bantuan yang diberikan bisa efisien dan langsung bermanfaat," kata Azi. Makanya kalau memang di satu tempat sudah tidak lagi memerlukan selimut atau pakaian, maka item-item ini tidak dibagikan.

Dalam menyalurkan bantuan, organisasi kemanusiaan dari Indonesia bekerja sama dengan organisasi lokal di Turki.

Melihat sendiri skala kerusakan di Turki selatan, diperlukan waktu yang lama untuk membangun kembali kehidupan warga yang terkena bencana. "Setelah periode tanggap darurat, yang menjadi fokus adalah menyediakan hunian sementara bagi warga," kata Muhammad Kaimudin dari Indonesian Humanitarian Alliance.

Ia mengatakan data dari pemerintah Turki menyebutkan lebih dari satu juta rumah hancur. "Dari sini bisa diketahui berapa jumlah kebutuhan hunian sementara bagi para penyintas bencana," kata Kaimuddin.

Furkan Alperen dari organisasi kemanuisaan Hayrat Yardim mengatakan lebih 950.000 warga di Kahramanmaras terdampak gempa.

Presiden Recep Tayyip Erdogan berjanji pemerintah akan membangun rumah warga yang rusak.

PBB menyerukan penggalangan dana US$1 miliar untuk membantu penanganan gempa di Turki.

Di Kahramanmaras, di satu tempat terbuka, saat matahari hampir tenggelam, warga berjejer menunggu giliran mengambil makan makan yang disediakan organisasi bantuan dari Indonesia.

Di meja ada chorba, roti, dan minuman dalam kemasan. Ada juga teh hangat.

Melihat wajah-wajah yang asing yang berdiri di belakang meja, seorang ibu menghampiri. "Dari mana?" tanyanya.

Para relawan mengatakan, "Kami dari Indonesia."

Sang ibu berujar, "Terima kasih sudah datang jauh-jauh untuk membantu kami ... bantuan ini sungguh berarti bagi kami."

(ita/ita)


ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT