Nyaris 20.000 orang meninggal dunia setelah gempa mengguncang Turki bagian selatan dan Suriah utara. Proses evakuasi masih terus berlangsung, namun harapan menemukan korban dalam keadaan hidup semakin tipis.
Di titik-titik yang paling parah terdampak gempa, ribuan pengungsi yang kehilangan rumah harus bertahan dalam suhu udara dingin dengan makanan dan air terbatas.
Ada ketakutan yang semakin nyata bahwa para penyintas gempa tidak akan bertahan dari kondisi ini.
'Saya nyaris tidak bertahan dari gempa, sekarang saya tak punya rumah'
Leyla Kurtdereli di depan rumahnya yang hancur di Provinsi Hatay. (BBC)
Leyla Kurtdereli berdiri di depan rumahnya yang hancur di Provinsi Hatay.
Ia masih ingat jelas momen ketika getaran gempa pertama datang. "Pertama-tama saya mendengar suara seperti melolong, dan saya tidak bisa mengerti itu suara apa.
"Tiba-tiba saya merasa seperti melompat ke atas sekitar dua meter. Saya berpikir ini akan berlangsung selamanya. Tak lama, dinding rumah meledak dan runtuh di atas kami. Pintu macet dan saya tidak bisa membukanya. Saya harus merangkak seperti laba-laba di dalam rumah. Butuh 45 menit bagi saya untuk menemukan jalan ke luar."
Blok apartemen lamanya masih berdiri, namun kerusakannya sangat parah dan Leyla tak diperbolehkan masuk ke dalamnya.
Dengan berlinang air mata, dia mengatakan bahwa dia telah kehilangan rumah dan seluruh harta bendanya. Dia sekarang tinggal bersama anak perempuannya.
Dia telah mendengar ada penjarahan setelah gempa terjadi, dan ia khawatir benda-benda miliknya dicuri para penjarah.
Warga menyalakan api untuk menghangatkan diri. (EPA)
Di sekitar apartemen lama Leyla, warga yang tak punya saudara atau teman yang bisa menampung mereka, kini bertahan hidup di jalanan. Mereka menyalakan api untuk bertahan dari dingin yang menggigit di malam hari.
Penyintas yang selamat tumbuhkan harapan akan keajaiban
Tim penyelamat yang bekerja di Kota Iskenderun meminta orang-orang di sekitar sebuah gedung yang runtuh untuk diam. Mereka mencoba mendengar apakah ada tanda-tanda penyintas yang masih hidup di bawah reruntuhan.
Alat-alat berat pun dimatikan selama beberapa menit. Tak lama, seseorang dari tim penyelamat meminta ambulans datang mendekat, seorang perempuan ditemukan dalam keadaan hidup.
Kerumunan bersorak dan mulai menangis haru. Beberapa orang berkata kepada BBC ini adalah pertama kalinya penyintas yang masih hidup ditemukan di bawah puing apartemen enam lantai itu sejak Senin.
Tim penyelamat berpelukan setelah berhasil mengevakuasi seorang perempuan dari balik reruntuhan di Iskenderun. (BBC)
Perempuan yang selamat itu, kata warga, adalah ibu tunggal berusia lima puluhan yang tinggal sendirian di gedung itu. Anaknya berdiri di samping ambulans saat ia diangkut.
Temuan ini, kata warga, memberi mereka harapan baru bahwa keluarga mereka yang masih hilang dapat ditemukan selamat. Satu orang lain berkata dia mengharapkan "keajaiban".
Seorang relawan, Salah Abouglasem dari lembaga Islamic Relief, telah membantu proses evakuasi di Kota Gaziantep sejak Senin petang.
Dia berkata, para relawan dan tim evakuasi masih bekerja dan "masih percaya keajaiban bisa terjadi... di saat yang sama, kami merasa telah kalah dalam pertarungan dengan waktu".
Seorang pria memasak makanan di dapur umum di Pazarcik, Turki. (Reuters)
Sekarang, lebih dari 72 jam telah berlalu - kurun waktu di mana banyak korban bisa selamat - dan udara yang membeku semakin menipiskan harapan adanya penyintas.
"Sekarang kami mulai khawatir dengan kebutuhan sanitasi para pengungsi, apakah para penyintas bisa bertahan, tidak ada air bersih," ujar Salah.
Dia menambahkan, keadaan teman-temannya di Suriah "bahkan lebih sulit" karena tidak adanya usaha yang terkoordinasi.
Politik halangi pengiriman bantuan di Suriah
Pengiriman bantuan ke wilayah barat laut Suriah terbukti sangat sulit, tulis wartawan BBC Anna Foster.
Rute-rute bantuan yang dulu ada di negara yang nyaris 12 tahun bergulat dengan perang sipil, telah berangsur-angsur ditutup selama beberapa tahun terakhir. Saat ini, satu-satunya rute bantuan ke area tersebut harus melewati wilayah yang dikuasai pemberontak, yakni di Bab al-Hawa.
Rute ini juga masih dibuka karena adanya mandat dari Dewan Keamanan PBB. Mandat ini diperbarui pada Januari untuk enam bulan. Namun kerusakan jalanan akibat gempa membuat jalan ini harus ditutup selama beberapa hari.
Bahkan ketika jalan ini dibuka, secara logistik bantuan akan sulit lewat. Karena situasi politik, konvoi bantuan tidak bisa lewat atau mencapai daerah yang dikuasai pemberontak Suriah di barat laut tanpa izin.
Pada Kamis (9/2) petang WIB, konvoi pertama bantuan sampai ke Suriah. Pejabat setempat berkata enam truk telah melalui perlintasan Bab al-Hawa di Idlib.
Pengiriman logistik untuk penyelamatan nyawa ini telah terhalang selama empat hari karena jalanan rusak dan masalah-masalah lain.
PBB telah menyebutkan bahwa akses melalui jalur ini akan menjadi "garis penyelamat" untuk jutaan orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Situasi di sana sudah mengenaskan bahkan sebelum gempa, tapi sekarang kondisinya semakin buruk. Ratusan bangunan hancur dan setidaknya 1.900 orang meninggal dunia.
https://twitter.com/SyriaCivilDef/status/1623571310986121217
Kelompok Helm Putih di Suriah berkata "waktu mulai habis", dan "ratusan keluarga" masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan.
Mereka berkata, tim masih terus mencari penyintas "meskipun sangat sulit" dan mereka butuh alat-alat berat untuk memindahkan puing-puing.
"Setiap detik berarti menyelamatkan satu nyawa," kata mereka.
Sementara itu, WHO mengatakan tantangan berikutnya adalah memastikan para penyintas gempa "dapat terus bertahan".
Dalam keterangan pers di Jenewa hari ini, Robert Holden, manajer respons kebencanaan WHO, berkata kini ada ribuan orang yang bertahan "di luar, dalam kondiri memburuk dan mengerikan", dengan sedikit akses ke air bersih, bahan bakar, listrik, dan komunikasi.
"Kita menghadapi bahaya nyata bencana kedua yang bisa membahayakan orang-orang bila kita tidak bergerak dengan laju dan intensitas sama dengan operasi penyelamatan. Ini bukan tugas mudah."
Indonesia akan kirim bantuan ke Turki dan Suriah
Berbagai negara telah mengirim bantuan ke Turki, termasuk Jerman yang memberangkatkan tim penyelamat dan anjing pelacak. (Reuters)
Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan bantuan untuk korban gempa bumi dahsyat di Turki dan Suriah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan, bantuan akan dikirim dalam dua tahap.
Pada tahap pertama, Indonesia akan mengirim tim Medium Urban Search and Rescue (MUSAR) beranggotakan 47 personel dari Basarnas dengan kualifikasi SAR internasional. Tim ini diperkirakan akan berangkat ke Turki 1-2 hari ke depan.
"Saat ini kita sedang menunggu flight clearance untuk kita bisa membawa personel ini lengkap dengan peralatan yang seluruhnya kita bawa dari indonesia," kata Plt. Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom) BNPB Abdul Muhari dalam jumpa pers, Kamis (09/02).
Peralatan tersebut mencakup dua unit kendaraan operasional yang akan dibawa dengan pesawat Hercules milik TNI, Abdul Muhari menambahkan.
Pada tahap kedua, Indonesia akan mengirim tim Emergency Medical Technician (EMT) beranggotakan sedikitnya 90 orang dari Kemenkes, TNI/Polri, dan Ormas yang berkualifikasi dalam medical emergency response.
Tim ini akan membawa obat-obatan beserta satu paket unit rumah sakit lapangan dengan kapasitas untuk melakukan operasi medis darurat di lapangan.
Abdul Muhari mengatakan bahwa sementara ini, tim MUSAR dan EMT hanya akan dikirim ke Turki. Itu karena baru di Turki mereka bisa melakukan koordinasi serta memastikan keselamatan tim di lapangan.
"Dan kita masih terus memantau perkembangan dan situasi di Suriah. Sekiranya nanti memungkinkan untuk deployment tim SAR maupun tim medis maka ini akan dipertimbangkan untuk dikirimkan," ujarnya.
Selain membantu penyelamatan, Indonesia juga berencana mengirim bantuan berupa uang tunai dan logistik.
Untuk uang tunai, estimasi awalnya sebesar $1 juta masing-masing untuk Turki dan Suriah. Adapun logistik berupa makanan siap saji dan perlengkapan yang dibutuhkan sesuai dengan daftar yang diberikan kepada pemerintah Indonesia.
"Bantuan akan dikirimkan langsung ke masing-masing negara dengan empat unit pesawat. Total dukungan logistik 70 ton untuk masing-masing negara," kata Abdul Muhari.
Simak Video 'Korban Tewas Gempa Dahsyat Turki-Suriah Hampir Mencapai 20.000':