Waktu mulai menipis bagi para korban yang masih terperangkap di bawah reruntuhan akibat gempa dengan magnitudo 7.8 yang melanda negara Turki dan Suriah pada Senin (6/2).
Tim penyelamat dari Turki, Suriah dan negara-negara lainnya sedang berusaha tanpa henti untuk memindahkan puing-puing untuk mencari tanda kehidupan.
Tetapi berapa lama orang yang selamat dapat bertahan hidup di bawah puing-puing?
Rentang waktu itu tergantung pada berbagai faktor, ungkap para ahli kepada BBC.
Posisi penyintas saat terjebak di tengah kerusakan, akses air dan udara, iklim, kondisi cuaca dan kebugaran jasmani orang yang terperangkap, semua faktor tersebut dapat mempengaruhi berapa lama seseorang bisa bertahan.
Sebagian besar penyelamatan dapat terjadi dalam kurun waktu 24 jam setelah bencana, namun ada juga kasus penyelamatan dari reruntuhan yang membutuhkan waktu lebih lama.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada umumnya memberhentikan operasi pencarian dan penyelamatan sekitar lima sampai tujuh hari setelah bencana.
Keputusan ini dibuat jika dalam waktu satu sampai dua hari, tidak ada orang yang berhasil diselamatkan.
Jadi apa saja faktor yang dapat membantu korban gempa bertahan hidup?
ReutersAbdulalim Muaini diselamatkan dari bawah reruntuhan di Hatay, Turki, Kamis (8/2).
Baca juga:
- Gempa Turki dan Suriah: Video penyelamatan balita dari reruntuhan gedung di Suriah, foto-foto sebelum dan sesudah gempa tunjukkan besarnya kerusakan
- Gempa Turki dan Suriah: Kisah seorang saksi mata - Rasanya seperti skenario kiamat'
- Seorang anak berhasil diselamatkan dari reruntuhan gedung akibat gempa di Turki dan Suriah
Kesadaran dan kesiagaan
Meskipun tidak gampang untuk memprediksi kapan terjadinya gempa atau robohnya sebuah bangunan, posisi Anda dalam keadaan darurat merupakan kunci bertahan hidup, kata pengamat.
Tempat yang dipilih dengan baik dapat memberikan Anda perlindungan dari puing-puing yang berjatuhan dan memberikan akses ke udara untuk bernapas.
EPAKesadaran dan kesiagaan dapat mengurangi risiko terluka ketika terjadi gempa.
"Dengan menerapkan posisi Drop, Cover and Hold (berlutut, berlindung dan berpegangan) bisa menciptakan peluang selamat, peluang mendapatkan akses udara, kata Murat Harun Ongoren, seorang koordinator AKUT (Asosiasi Pencarian dan Penyelamatan Turki), kelompok masyarakat sipil pemberi bantuan dan penyelamatan terbesar di Turki.
Drop, cover and hold artinya: jatuhkan diri berlutut ke lantai, berlindung di bawah meja atau sesuatu yang kukuh, dan berpegangan erat sampai guncangan berhenti.
"Edukasi, pelatihan dan kesadaran tentang langkah-langkah darurat (sebelum bencana seperti gempa terjadi) penting dan sering diabaikan, tambahnya.
"Dan itu akan menentukan seberapa lama Anda dapat hidup di bawah reruntuhan.
Dr Jetri Regmi, petugas teknis di Program Kedaruratan Kesehatan Dunia WHO juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan.
"Berlindung di tempat aman seperti meja yang kukuh dapat meningkatkan kans bertahan.
"Tidak ada hal yang pasti karena semua bencana itu berbeda, tapi upaya pencarian dan penyelamatan awal tergantung pada kemampuan dan kesiapan dari warga setempat, kata Jetri.
Akses air dan udara
Suplai air dan udara merupakan faktor kunci bertahan hidup ketika terperangkap dalam gedung runtuh.
Tetapi ini juga tergantung pada seberapa parah luka-luka yang diderita. Sebab, berkurangnya darah dapat menurunkan peluang hidup melebihi 24 jam.
Maka, jika seorang penyintas tidak luka parah dan masih bisa menghirup udara dari kantong udara dalam ruangan yang memadai hal berikutnya yang harus dilakukan adalah menjaga agar tubuh tetap terhidrasi, kata para ahli.
Menurut Profesor Richard Edward Moon, seorang pakar perawatan intensif dan Universitas Duke di AS, "kurangnya air dan oksigen menjadi masalah kritis dalam bertahan hidup".
"Seeorang dewasa kehilangan sampai dengan 1,2 liter air per hari," kata Moon.
"(Air itu hilang) dari urine, menghembuskan napas, uap air, dan keringat. Ketika sampai pada titik di mana seseorang sudah kehilangan delapan liter atau lebih, orang itu menjadi sakit parah."
Beberapa estimasi memperkirakan seorang dapat bertahan hidup tanpa air selama tiga sampai tujuh hari.
EPABanyak yang percaya masih ada puluhan ribu orang yang terjebak dibawah reruntuhan.
Baca juga:
- Suriah dilanda 'krisis di dalam krisis' setelah diguncang gempa: 'Mereka masih hidup, tapi tidak ada cara untuk menyelamatkan'
- Gempa Turki dan Suriah: 'Anda terlambat... Kenapa tidak datang lebih cepat?'
Tingkat cedera
Jika seseorang menderita trauma kepala atau cedera serius lainnya dan memiliki ruang bernapas terbatas, kemungkinan ia dapat hidup lebih dari sehari setelah bencana sangat kecil.
Kemampuan memperkirakan seberapa parah tingkat cedera yang dialami seorang menjadi krusial, menurut Dr Regmi.
"Orang yang menderita cedera punggung, kepala, atau dada mungkin tidak dapat bertahan sampai mereka dibawa ke fasilitas perawatan trauma ringan," kata dia.
Kehilangan darah, patah tulang, atau luka pada organ dalam dapat meningkatkan kemungkinan kematian.
Penyediaan perawatan setelah penyelamatan juga sama pentingnya, menurut Dr Regmi.
"Bahkan mereka yang sudah berhasil diselamatkan dari reruntuhan dapat meninggal akibat crush syndrome (sindrom impitan). Hal tersebut seringkali terjadi dalam bencana seperti gempa, terhadap individu yang terjebak di bawah batu yang jatuh atau bergeser."
Crush syndrome terjadi ketika otot yang rusak akibat tekanan reruntuhan memproduksi zat beracun, kata petugas teknis WHO.
Ketika reruntuhan itu dipindahkan, zat beracun itu sudah terlanjur merambat ke seluruh tubuh dan dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi kesehatan.
Iklim dan kondisi cuaca
Iklim di suatu wilayah juga dapat menentukan berapa lama korban dapat bertahan hidup.
Menurut Profesor Moon, kondisi musim dingin di Turki dapat memperburuk situasi.
"Orang dewasa pada umumnya dapat tetap hidup dalam suhu rendah sampai dengan 21C tanpa kehilangan kemampuan tubuhnya untuk menyimpan panas. Tetapi ketika suasana dingin, kondisinya akan berbeda," katanya.
Dalam situasi seperti itu, suhu tubuh manusia pada dasarnya akan mengikuti suhu sekitar.
"Seberapa cepat hipotermia akan menyerang tergantung pada atau seberapa terisolasi orang tersebut, atau apakah mereka memiliki tempat berlindung.
"Namun pada akhirnya, kebanyakan dari mereka yang kurang beruntung akan terkena hipotermia dalam situasi seperti ini," kata spesialis perawatan intensif.
Sementara saat musim panas, jika tempat tertutup terlalu panas, seseorang dapat kehilangan air terlalu cepat dan peluang dirinya bertahan hidup akan berkurang.
ReutersAkses ke air dan udara adalah kunci bertahan hidup, kata para ahli.
Kekuatan mental
Faktor yang seringkali disepelekan, menurut para ahli, adalah kesehatan mental dan pengendalian diri.
Mereka memperingatkan bahwa mempertahankan mental yang teguh dan pola pikir yang terpatok pada bertahan hidup menjadi faktor penting untuk tetap selamat.
"Ketakutan adalah reaksi alami, tetapi kita jangan panik. Kita harus tetap kuat secara mental supaya dapat tetap hidup, kata koordinator AKUT Murat Harun Ongoren.
Agar kuat mental, Anda membutuhkan tekad.
"Sangat penting untuk berusaha menghindari rasa takut dan mengendalikan diri. 'Oke sekarang saya di sini, saya perlu mencari cara untuk tetap hidup' harus menjadi motivasi.
"Ini akan mengurangi teriakan dan gerakan fisik. Anda harus menghemat energi dengan mengendalikan indra dan perasaan panik Anda."
Kisah-kisah hebat tentang bertahan hidup
Pada 1995, setelah sebuah gempa terjadi di Korea Selatan, seorang pria diselamatkan dari reruntuhan setelah 10 hari.
Ia dilaporkan bertahan hidup dengan minum air hujan dan memakan kardus. Ia menghibur dirinya dengan mainan anak kecil agar pikirannya tetap aktif.
Pada Mei 2013, seorang perempuan ditarik dari reruntuhan bangunan pabrik di Bangladesh, 17 hari setelah gedung itu roboh.
"Saya mendengar suara para petugas keamanan selama beberapa hari. Saya berusaha memukul reruntuhan dengan tongkat dan batang untuk menarik perhatian mereka. Tidak ada yang mendengar saya," katanya setelah diselamatkan.
"Saya mengonsumsi makanan kering selama 15 hari. Dua hari terakhir saya hanya minum air putih."
Di Haiti, setelah gempa pada Januari 2010 menewaskan lebih dari 220.000 orang, satu pria bertahan hidup selama 12 hari di bawah reruntuhan sebuah toko yang dirampas. Kemudian, seorang pria lain ditemukan hidup 27 hari setelah gempa.
Pada Oktober 2005, dua bulan setelah gempa di Kashmir, Pakistan, seorang perempuan berusia 40 tahun bernama Naqsha Bibi diselematkan dari dapurnya.
Dia ditemukan dalam keadaan otot kaku dan sangat lemah sehingga hampir tidak bisa berbicara.
Berbicara kepada BBC pada 2005, sepupunya berkata: "Kami pertama kali mengira dia sudah mati tetapi dia membuka matanya saat kami menariknya keluar."
Simak Video 'Korban Tewas Gempa Dahsyat Turki-Suriah Hampir Mencapai 20.000':