Lyudmyla Kupriychuk berdiri menangis di lapangan berlumpur.
Mantan suaminya menyelimuti tubuh putra mereka.
"Saya histeris," kata dia. "Saya bilang, apakah kita akan mengantarnya pulang di bagasi mobil?"
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mantan suami saya membentak saya, 'Tenang, kita hanya perlu keluar dari sini.'"
Sebelumnya, pasangan yang telah bercerai itu membeli sebuah Marcedes tua dan menempuh jarak ratusan kilometer.
Mereka berada di wilayah yang dikuasai musuh demi mengambil jenazah putra mereka, seorang tentara Ukraina, yang telah meninggal.
Mereka lalu melintasi ladang-ladang di wilayah pendudukan Rusia yang dipenuhi dengan lubang-lubang bekas ledakan.
Setelah menghentikan mobilnya, Anatoliy, mantan suami Lyudmila, berjalan ke beberapa kendaraan lapis baja yang terbakar habis.
Mayat-mayat bergelimpangan di tanah.
BBCLyudmyla Kupriychuk pergi ke wilayah musuh demi mengambil jenazah putranya
"Dia [mantan suami] merobek seragam dari mayat-mayat itu untuk melihat apakah ada tato di lengannya," kata Lyudmyla.
"Dan tato itu ada di sana, berbunyi 'Jangan pernah menyerah'."
"Hanya itu yang bisa kami kenali dari putra kami," kata perempuan berusia 40 tahun itu dengan suaranya yang terdengar bergetar.
"Mayat-mayat itu tergeletak di tempat terbuka selama berhari-hari, di antah berantah. Mereka tidak hanya terbakar, hewan liar juga menggerogotinya."
Putranya yang bernama Makysm baru berusia 20 tahun. Makysm meninggal pada 25 Februari 2022, yang merupakan hari kedua invasi Rusia.
Baca juga:
- Para pengangkut jenazah di medan perang Ukraina
- Ukraina buka layanan 'hotline' bagi tentara Rusia yang ingin menyerah
- 'Cucu perempuan saya, kepalanya benar-benar hancur' - Anak-anak Ukraina turut jadi korban serangan Rusia di Mariupol
Perjalanan berbahaya
Tidak ada yang begitu mempedulikan pasangan paruh baya yang tiba di Desa Tomaryne yang diduduki Rusia.
Desa itu berjarak 90 menit berkendara dari Kota Kherson di wilayah selatan Ukraina.
Rusia dan sekutunya belum membentuk pemerintahan, sehingga situasinya masih kacau ketika pasangan itu tiba di sana pada Maret 2022.
Mereka berkendara ke luar desa, lalu bertemu pos pemeriksaan pertama.
"Saya keluar dari mobil dan berjalan menuju seorang pria yang menodongkan pistol ke arah saya," kenang Lyudmyla.
"Tapi saya tidak takut, saya hanya merasa muak terhadap orang-orang ini."
BBCMaksym memiliki masa depan yang panjang.
Entah bagaimana, dia berhasil membujuk para prajurit itu untuk membiarkan mereka lewat.
Dia menunjukkan foto tubuh putranya dan mereka pergi ke lapangan tempat Maksym meninggal.
Setelah itu, dengan membawa jenazah di bagasi, pasangan itu memulai perjalanan pulang selama 12 jam ke Vinnytsia, Ukraina tengah.
BBC
Tidak ada data resmi terkait jumlah kematian tentara Ukraina maupun jenazah yang hilang, karena diklasifikasikan sebagai informasi rahasia.
Sebagai seorang prajurit profesional yang berbasis di Lviv di Ukraina barat, Maksym tidak memberi tahu Lyudmyla bahwa pasukan serangan udaranya dikirim ke selatan untuk menghentikan serangan Rusia.
Dia terkejut ketika pacar Maksym menelepon dan mengabarkan kematiannya.
Salah satu rekan Maksym memiliki foto lapangan tempat dia tewas dan mengatakan bahwa jenazahnya masih di sana.
Dia mengatakan kepada Lyudmyla bahwa Maksym telah ditembaki, tetapi tidak ada informasi lain mengenai kematiannya.
Lyudmyla menelepon unit militer Maksym. Mereka memintanya menunggu kabar.
"Setiap malam saya sangat marah mengetahui bahwa putra saya terbaring di sana dalam cuaca yang sangat dingin dan tidak ada yang menyelimutinya," kata Lyudmyla.
Beberapa hari kemudian saat fajar, Lyudmyla dan Anatoliy berangkat untuk mencari dan membawa pulang jenazah Maksym.
Mereka tidak punya rencana khusus, hanya bermodal foto, nama desa, dan kontak penduduk setempat yang secara sukarela membimbing mereka.
Tindakan putus asa
Utusan Presiden Ukraina untuk Hak-hak Prajurit, Alynona Verbytska mengatakan 15.000 warga sipil dan personel militer Ukraina hilang sepanjang Februari hingga akhir 2022.
Mereka bisa saja terbunuh, ditangkap atau tidak diketahui keberadaannya.
Di sisi Rusia, sekitar 600 tentara hilang di wilayah Ukraina, tapi itu tidak termasuk data di wilayah yang diduduki, menurut data BBC Rusia.
Orang-orang menggunakan segala cara yang mereka bisa untuk menemukan orang yang mereka cintai.
Seorang penyiar TV terkenal telah memulai proyek nasional untuk membantu pencarian.
Orang-orang Ukraina juga telah menyumbangkan uang untuk membeli peralatan seperti van berpendingin untuk mengevakuasi jenazah tentara dan mengembalikannya ke keluarga mereka.
Di grup media sosial di Facebook dan Telegram, orang-orang berbagi informasi tentang orang hilang dan mencari bantuan.
Natalya Karpova, yang juga berasal dari Vinnytsia menemukan foto jenazah putranya, Roman, lewat saluran Telegram Rusia pada April.
Personil militer Rusia mengunggah ini di saluran pesan instan seperti ini, dan mereka seringkali menjadi satu-satunya sumber informasi dari daerah yang diduduki oleh Rusia.
BBCNatalya Karpova menemukan foto jenazah putranya di saluran Telegram
Unggahan itu menunjukkan bahwa seorang penembak jitu telah membunuh insinyur berusia 30 tahun tersebut.
Teman-teman Roman pun menelepon Natalya untuk mengabarkan soal kematiannya, mengatakan bahwa dia meninggal pada akhir April. Informasi itu kemudian mendorong pencarian online-nya.
Ketika dia menemukan foto itu, Natalya menelepon unit angkatan udara anaknya.
"Mereka mengatakan itu palsu dan saya tidak boleh mengandalkan media agresor untuk mendapatkan informasi," katanya.
"Mereka berkata, 'Kami tidak memiliki dokumen apa pun bahwa putra Anda telah meninggal'."
Ditutup-tutupi
Militer Ukraina tidak mengomentari soal tentara yang hilang setelah darurat militer.
Keluarga seringkali harus menunggu pemerintah atau relawan untuk membantu memulangkan jenazah.
Natalya yang merupakan seorang dokter berusia 59 tahun berhenti dari pekerjaannya untuk fokus menemukan sendiri jenazah Roman.
Dia tahu bahwa Roman dikirim ke garis depan peperangan, tetapi tidak tahu yang mana pastinya.
Gambar yang diunggah di Telegram menunjukkan ID-nya dan memperkirakan bahwa lokasi Roman ada di timur Ukraina.
Dia mendapat bantuan dari unit lain di militer, dan mereka menerbangkan drone di atas lokasi.
Mereka akhirnya menemukan jenazah Roman di dekat desa Dovhenke, di luar Kota Izyum di timur Ukraina.
Tetapi pertempuran sengit dan pendudukan Rusia di wilayah itu menghalangi upayanya.
Pada September 2022, Ukraina akhirnya membebaskan desa tersebut.
"Saat itu musim gugur, saya tahu kami tidak punya waktu untuk disia-siakan," katanya.
"Saat musim dingin tiba dan salju turun, tidak akan ada yang tersisa dari tubuhnya."
BBCJenazah Roman berada di lokasi dia tewas selama sebulan sampai akhirnya bisa dievakuasi.
Dia segera mengumpulkan tim pencari dengan bantuan politisi, aktivis lokal, serta militer.
Di bawah semak-semak yang lebat, dan di area yang penuh dengan ranjau darat, mereka menemukan jenazah Roman. Dia teridentifikasi lewat kalung tentaranya.
"Saya merasakan beban terangkat dari pundakku," kata Natalya, suaranya bergetar.
"Bayangkan bagaimana rasanya tidak bisa membawa pulang jenazah putramu dan menguburkannya."
Roman akhirnya dimakamkan di kota asal mereka, Vinnytsia.
Angkatan udara mengatakan kepada BBC bahwa pertempuran sengit dan pendudukan Rusia membuat unit Roman tidak mengetahui seluruh kematian yang terjadi saat itu.
Tenggelam dalam duka
Begitu kembali ke Vinnytsia, Lyudmyla langsung membawa jenazah Maksym ke kamar jenazah.
"Mereka Cuma membolehkan saya melihat tangan putra saya," kata dia.
"Mereka tidak membiarkan saya melihat tubuhnya karena kepalanya hilang."
BBCLyudmyla Kupriychuk memeluk seragam tentara mendiang anaknya, Maksym
Lyudmyla pun telah mengubah kamar tidur putranya menjadi semacam tempat sakral.
Kamar itu penuh dengan foto-foto Maksym yang tersenyum, sebotol cologne dan beberapa kerajinan tangan yang dibuat Maksym untuk ibunya ketika masih sekolah.
Dia mengambil seragam Maksym dari lemari, lalu memeluknya.
"Tidak ada yang berubah di sini sejak dia meninggal," tuturnya.
Sedangkan bagi Natalya, fakta bahwa dia berhasil menemukan dan menguburkan putranya tetap tidak membawa kedamaian.
"Suami saya dan saya tidak percaya dia sudah tiada," kata Natalya.
Dia mengaku sempat tidak mendapat dukungan dari angkatan udara untuk menemukan jenazah putranya.
Meskipun seorang jenderal kemudian berterima kasih kepadanya untuk itu, bagi Natalya itu tidak ada artinya.
"Saya menginginkan kemenangan saat ini, supaya tidak ada ibu lain yang merasakan apa yang saya alami," kata dia.
BBC tidak dapat menghubungi unit militer Maksym untuk mengomentari soal kematiannya.
(ita/ita)