Medhavi Arora dan Marco Silva
Tim Cek Fakta BBC
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Assam, India, menggunakan rakit untuk pindah ke tempat yang lebih aman dari dampak banjir. (EPA)
Setelah banjir bandang menghantam negara bagian Assam, India, beredar tuduhan di dunia maya bahwa anggota komunitas Muslim setempat bersalah atas bencana tersebut. Tapi apakah tuduhan tersebut benar? Salah satu di antara anggota komunitas Muslim yang dituduh mengutarakan ceritanya kepada BBC.
Dini hari 3 Juli 2022, polisi mengetuk pintu rumah Nazir Hussain Laskar yang saat itu kebingungan. Selama bertahun-tahun, dia bekerja sebagai pegawai konstruksi di Assam. Ia membantu negara ini membangun tanggul agar bisa mencegah banjir.
Tapi pagi itu, para petugas kepolisian yang menangkap Nazir dengan tuduhan "merusak fasilitas publik" - yang dimaksud adalah tanggul untuk melindungi masyarakat dari banjir.
"Saya sudah bekerja selama 16 tahun untuk pemerintah, membangun tanggul," kata Nazir. "Kenapa saya harus merusaknya?"
Nazir dipenjara hampir 20 hari sebelum akhirnya dibebaskan dengan jaminan. Tak ada bukti bahwa dirinya terlibat, tapi serangan dari media sosial telah mengamuk ke arahnya sejak saat itu.
'Saya kira saya bakal diserang'
Dua gelombang banjir bandang telah menghantam Assam pada Mei dan Juni, menewaskan sedikitnya 192 orang. Negara bagian itu sudah langganan banjir tiap tahun. Tapi tahun ini hujan datang lebih awal dan lebih deras dari biasanya.
Baca Juga:
- India menghancurkan sejumlah rumah tokoh Islam setelah rangkaian aksi protes ujaran tentang Nabi Muhammad
- India: Ujaran politisi soal Nabi Muhammad memperkeruh hubungan dengan negara-negara Islam
- Dua pria Muslim bunuh pemuda Hindu di India yang diduga dukung pernyataan kontroversial terkait Nabi Muhammad
Tapi sejumlah pengguna media sosial, mengambil peran yang lebih mengerikan di situasi ini.
Mereka mengklaim, tanpa bukti, bahwa banjir tersebut akibat ulah manusia, dan bahwa laki-laki dari komunitas Muslim secara sengaja mendatangkan banjir ke kota Silchar yang mayoritas berpenduduk Hindu. Klaim tersebut mengatakan banjir didatangkan dengan cara merusak tanggul.
Tuduhan yang beredar di media sosial tentang "jidah melalui banjir" (Twitter)
Nazir ditangkap bersama dengan tiga pria Muslim lainnya, dan memicu rentetan unggahan di media sosial yang menuduh mereka melakukan "jihad melalui banjir".
Unggahan ini telah dibagikan ribuan kali, termasuk oleh para pesohor yang akunnya telah terverifikasi. Klaim tersebut kemudian viral dan dibesarkan kembali oleh media lokal.
Tapi berita tersebut baru Nazir sadari ketika ia berada di dalam sel. Nazir melihat namanya disebut di televisi. Saluran berita itu menuduhnya melakukan "jihad melalui banjir".
"Saya takut, dan tak bisa tidur malam itu. Narapidana lain membicarakan soal ini. Saya kira, saya bakal diserang."
Kebenaran di balik klaim "jihad melalui banjir"
Pembangunan tanggul telah menjadi pusat pengelolaan banjir di Assam sejak 1950-an. Negara bagian ini memiliki tanggul dengan panjang sekitar 4.000 kilometer, dan banyak di antaranya sudah rapuh dan rentan rusak.
Pada 23 Mei, sebuah tanggul rusak di Sungai Barak, yang mengalir melewati India bagian timur-laut, dan Bangladesh timur.
Peta Sungai Barak yang mengalir juga ke Kota Silchar. (BBC)
Tanggul yang rusak ini berada di daerah mayoritas penduduk Muslim yang dikenal sebagai Bethukandi. Ini salah satu yang menjadi faktor penyumbang banjir besar di Silchar, yang penduduknya mayoritas Hindu.
"Kerusakan ini merupakan salah satu penyebabnya," kata Ramadeep Kaur, polisi di Silchar. "Tapi ini bukanlah satu-satunya titik di mana air bisa masuk ke kota."
BBC memahami bahwa insiden inilah yang membawa Nazir dan tiga pria Muslim lainnya ditangkap. Kemudian, polisi juga menangkap satu pria lagi. Tak ada bukti yang ditemukan untuk menghubungkan mereka terhadap kerusakan tanggul tersebut.
"Banyak kerusakan terjadi karena minimnya perbaikan dan pemeliharaan tanggul," kata Nirmalya Choudhury, seorang profesor dari Studi Bencana di Sekolah Jamsetji Tata di Mumbai.
"Beberapa kerusakan bisa juga karena ulah manusia. Bisa jadi ada kejadian di mana ada yang sengaja membobol tanggul, supaya airnya keluar, dan tidak membanjiri daerah mereka."
Gambaran dari udara yang menunjukkan daerah banjir di Silchar di negara bagian Assam, bagian timur laut India. (Reuters)
Pihak kepolisian Silchar sepakat dengan itu.
"Tidak ada yang namanya 'jihad melalui banjir'," kata inspektur Kaur. "Pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah akan memotong tanggul untuk mengalirkan air. Tapi tahun ini belum dilakukan, dan sejumlah orang melakukannya sendiri."
"Mengklaim kalau ini karena ulah (jihad melalui banjir), berarti mengambil jalan keluar yang mudah," kata Profesor Choudhury. "Ini masalah pengelolaan, dan menurut saya ini membutuhkan respons yang matang."
'Saya dituduh karena saya Muslim'
Berdasarkan penelusuran Google Trends dalam lima tahun terakhir, penggunaan kata "jihad melalui banjir" (flood jihad) mencapai puncaknya pada bulan Juli kemarin. Hal ini dipicu oleh hiruk-pikuk di media sosial seputar klaim tersebut.
Klaim keliru yang beredar di media sosial. (Twitter)
Tapi ini bukan pertama kalinya teori konspirasi anti-Muslim menjadi arus utama di India.
Selama pandemi, Muslim India beberapa kali dituduh menyebarkan Covid-19 dengan sengaja (yang oleh beberapa media di India digambarkan sebagai "jihad melalui corona").
Baca Juga:
- Poligami di India: Perempuan-perempuan Muslim menentang praktik yang mereka anggap 'menjijikkan'
- Ujaran kebencian Nupur Sharma: Bagaimana kasus-kasus Islamofobia menodai hubungan India dengan negara-negara lain
- India: 'Memakai hijab adalah hak kami dan Anda tidak bisa merampasnya'
Para kritikus mengatakan kekerasan, ujaran kebencian, dan misinformasi yang menyasar kelompok Muslim telah meningkat sejak 2014, ketika partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata yang dipimpin Perdana Menteri Narendra Bodi berkuasa. Namun, klaim ini telah dibantah oleh pihak partai.
Sementara itu, di Assam, Nazir terus melanjutkan hidupnya dalam ketakutan setelah ia dikeluarkan dari penjara.
"Keluarga dan saya, masih takut untuk keluar rumah. Anak-anak saya tidak masuk sekolah. Jika saya harus meninggalkan rumah, terkadang saya menggunakan helm untuk menutupi wajah saya. Saya takut digantung oleh massa yang mengamuk."
"Saya dituduh melakukan 'jihad melalui banjir' karena saya seorang Muslim. Ini keliru. Mereka yang menyebarkan tuduhan ini melakukan sesuatu yang sangat salah," ucapnya.
Simak juga 'Banjir Bandang Landa Kamp Dekat Kuil Hindu di India, 16 Orang Tewas':