Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan "pertempuran Donbas" kini sedang berlangsung.
Komentar itu ia sampaikan menyusul peringatan dari pejabat senior Ukraina bahwa Rusia telah memulai serangannya ke wilayah timur itu pada hari Senin (18/04).
"Sekarang kami dapat mengonfirmasi bahwa pasukan Rusia telah memulai pertempuran untuk [menguasai] Donbas, yang sudah mereka persiapkan sejak lama. Sebagian besar tentara Rusia sekarang dikerahkan untuk serangan ini," kata Presiden Zelensky, Senin malam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, kepala staf Zelensky, Andriy Yermak, mengatakan bahwa pertempuran ini menandai "fase kedua" perang.
Baca juga:
- Sejarah kapal perang Moskva, simbol dominasi Rusia di Laut Hitam dan duri bagi Ukraina yang kini karam 'terhantam rudal'
- Presiden Ukraina tuding negara Eropa yang membeli minyak Rusia 'membayarkan uang dari darah orang lain yang terbunuh'
- Kisah orang-orang Rusia yang tidak percaya kejahatan perang di Ukraina
Zelensky mengatakan warga Ukraina akan bertempur untuk membela diri, walau sebanyak apapun pasukan Rusia yang datang ke sana.
Rusia mengalihkan fokus perangnya ke Ukraina timur, setelah mengalami kemunduran di dekat Ibu Kota Kyiv.
BBC
Dalam pidatonya pada hari Senin, Zelensky menanggapi beberapa kesaksian bahwa Rusia mengintensifkan serangannya di Donbas. Gubernur wilayah Luhansk - bagian dari Donbas - mengatakan situasinya sudah bagai "neraka" dengan terjadinya pertempuran "konstan" di beberapa kota.
Pejabat keamanan top Ukraina mengatakan pasukan Rusia berusaha menerobos hampir seluruh garis depan di wilayah Donetsk, Luhansk, dan Kharkiv.
ReutersPasukan pro-Rusia dalam perjalanan ke Mariupol
Menurut pemerintah Ukraina, gempuran Rusia terhadap beberapa kota di seluruh negeri telah menewaskan sedikitnya 17 orang.
Tujuh orang tewas ketika rudal menghantam kota Lviv, Ukraina barat, yang selama ini belum pernah diserang.
PBB melaporkan bahwa lebih dari 4,9 juta warga Ukraina kini telah mengungsi dari negara tersebut akibat perang.
Rusia peringatkan Barat agar stop kirim senjata ke Ukraina
Pekan lalu, Rusia secara resmi memperingatkan Amerika Serikat - dan negara-negara sekutunya - agar tidak memasok senjata ke Ukraina.
Peringatan itu muncul dalam catatan diplomatik resmi dari Moskow. Salinan catatan tersebut telah dilihat oleh media di AS.
Dokumen dua halaman itu diteruskan ke Departemen Luar Negeri AS oleh Kedubes Rusia di Washington memperingatkan bahwa pengiriman senjata AS dan NATO seperti 'menyiram bensin' ke api konflik di Ukraina, dan dapat menyebabkan hal yang disebut para diplomat Rusia sebagai 'konsekuensi yang tidak dapat diprediksi'".
Pesan tersebut dikirim pada hari Selasa (12/04), tepat ketika kabar tentang paket bantuan militer baru yang disiapkan AS untuk Ukraina mulai bocor ke media.
AFPSeorang pria berjalan di depan reruntuhan bangunan pabrik yang hancur diserang rudal di Ukraina.
Hanya beberapa jam kemudian, Presiden Biden menyetujui pengiriman bantuan militer senilai US$800 juta (Rp11.4 triliun) - termasuk, untuk pertama kalinya, senjata artileri jarak jauh seperti howitzer - dengan maksud menandingi kemampuan militer Rusia di Ukraina.
Seorang pejabat senior pemerintah AS dikutip mengatakan peringatan itu dapat dilihat sebagai pengakuan oleh Rusia bahwa bantuan militer AS dan NATO ke Ukraina terbukti efektif.
Gelombang pertama pengiriman paket bantuan terbaru ini diperkirakan akan tiba di Ukraina dalam beberapa hari ke depan, seiring pasukan Rusia terus memobilisasi di wilayah timur negara itu, menjelang apa yang diperkirakan akan menjadi serangan besar di wilayah Donbas dalam beberapa minggu ke depan.
Sejak perang dimulai, AS telah memasok lebih dari $3 miliar bantuan militer ke Ukraina.
(ita/ita)