Magawa, seekor tikus kantung raksasa Afrika yang pernah dianugerahi medali emas untuk kontribusinya dalam mendeteksi ranjau darat, telah mati pada usia delapan tahun.
Sepanjang kariernya selama lima tahun, binatang pengerat itu berhasil mengendus lebih dari 100 ranjau darat dan bahan peledak lain di Kamboja.
Badan amal kedokteran hewan Inggris, PDSA, memberinya Medali Emas untuk "pengabdiannya dalam bertugas yang menyelamatkan hidup orang di lokasi pembersihan ranjau darat yang mematikan di Kamboja".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lembaga amal Apopo dari Belgia, yang melatih Magawa agar bisa mendeteksi ranjau darat, mengungkap bahwa tikus tersebut telah "berpulang dalam damai" pada akhir pekan lalu.
Magawa, lanjut lembaga amal tersebut, sebelumnya dalam kondisi sehat dan "menghabiskan pekan lalu dengan bermain secara antusias".
Namun, pada akhir pekan "dia mulai melambat, lebih banyak tidur, dan kurang selera makan selama hari-hari terakhirnya".
Baca juga:
- Apakah pandemi menyebabkan tikus menjadi semakin agresif?
- Tikus yang dijual di pasar Asia Tenggara mengandung virus corona, menurut kajian ilmiah
- Pandemi virus corona sebabkan tikus-tikus kelaparan dan akan semakin banyak berkeliaran
Jumlah ranjau darat di negara Asia Tenggara itu diperkirakan mencapai enam juta unit.
Medali Emas PDSA bertuliskan "Untuk keberanian binatang atau pengabdian pada tugas". Dari 30 hewan penerima penghargaan, Magawa merupakan tikus pertama.
Hewan pengerat itu dilatih oleh lembaga amal Apopo yang telah memelihara hewan-hewan - yang dikenal sebagai HeroRATs - untuk mendeteksi ranjau darat dan tuberkulosis sejak tahun 1990-an.
Hewan-hewan tersebut disertifikasi setelah satu tahun pelatihan.
"Mendapatkan medali ini benar-benar suatu kehormatan bagi kami," kata kepala eksekutif Apopo Christophe Cox kepada kantor berita Press Association. "Penghargaan ini juga berarti bagi orang-orang di Kamboja, dan semua orang di seluruh dunia yang menderita akibat ranjau darat."
Baca juga:
- Banyak orang Rohingya 'cacat karena ranjau darat'
- Pangeran Harry menyusuri ladang ranjau, 22 tahun setelah Putri Diana
Menurut Apopo, Magawa - lahir dan besar di Tanzania - beratnya 1.2kg dengan panjang 70cm.
Meskipun ukurannya jauh lebih besar dari banyak spesies tikus lainnya, Magawa masih cukup kecil dan cukup ringan sehingga dia tidak meledakkan ranjau jika dia berjalan di atasnya.
Tikus-tikus itu dilatih untuk mendeteksi senyawa kimia di dalam bahan peledak, yang berarti mereka mengabaikan besi tua dan dapat mencari ranjau lebih cepat.
Begitu hewan-hewan itu menemukan bahan peledak, mereka menggaruk bagian atas untuk kemudian memberi tahu rekan kerjanya, yaitu manusia.
Magawa mampu memeriksa lapangan seukuran lapangan tenis hanya dalam 20 menit - sementara seorang manusia dengan detektor baru bisa menyelesaikan pekerjaan itu dalam waktu satu hingga empat hari, kata Apopo.
Getty Images Tikus-tikus dilatih selama setahun sebelum menerima sertifikasi HeroRATs.
Getty ImagesMagawa bekerja untuk Cambodian Mine Action Centre untuk mendeteksi ranjau darat.
Magawa hanya bekerja setengah jam sehari di pagi hari dan mendekati usia pensiun, tetapi direktur jenderal PDSA Jan McLoughlin mengatakan pekerjaannya dengan Apopo "benar-benar unik dan luar biasa".
"Pekerjaan Magawa secara langsung menyelamatkan dan mengubah kehidupan laki-laki, perempuan dan anak-anak yang terkena dampak ranjau darat ini," katanya kepada Press Association.
"Setiap penemuan yang dia buat mengurangi risiko cedera atau kematian bagi penduduk setempat."
Menurut LSM pembersihan ranjau, HALO Trust, lebih dari 64.000 orang sudah menjadi korban dan sekitar 25.000 harus diamputasi akibat ranjau ranjau darat di Kamboja sejak 1979.
Banyak ranjau darat yang ditanam selama perang saudara di negara itu pada tahun 1970-an dan 1980-an.
Pada Januari 2020, Presiden AS Donald Trump mencabut pembatasan penggunaan ranjau darat AS, mengubah larangan yang diterapkan Presiden Barack Obama pada 2014.
(ita/ita)