Di Balik Kematian Pria yang Dianggap 'Banci' di China

Di Balik Kematian Pria yang Dianggap 'Banci' di China

BBC Indonesia - detikNews
Jumat, 17 Des 2021 19:28 WIB
Jakarta -

Kematian seorang pria muda asal China yang mengaku dirundung karena "terlalu banci" telah memicu diskusi soal norma-norma gender di negara tersebut.

Namun, sejumlah pakar khawatir hanya sedikit perubahan yang terjadi selama pemerintah China secara terus menerus mengkritik orang-orang yang mereka sebut "laki-laki banci".

"Anak laki harusnya bandel, berkelahi, dan mengumpat. Anak laki yang terlalu pendiam dan sopan adalah keperempuan-perempuanan dan disebut banci."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Inilah yang ditulis Zhou Peng dalam catatan daringnya, beberapa hari sebelum pria 26 tahun itu ditemukan meninggal dunia di Provinsi Zhejiang, China bagian timur.

Catatan itu juga menyebut bahwa dirinya adalah anak yang "ditelantarkan" di pedesaan oleh orang tuanya yang pergi ke kota untuk bekerja.

ADVERTISEMENT

Namun, yang paling diperhatikan khalayak China adalah deskripsi bagaimana dirinya dirundung.

"Mungkin saya sedikit terlihat seperti perempuan saat masih kecil, tapi saya berpakaian 'normal' dan tidak berupaya meniru perempuan," tulis Zhou Peng, seorang fotografer yang punya nama alias Ludaosen.

"Meski demikian, saya dirundung di sekolah, dilecehkan secara verbal, diasingkan, diancam. berbagai macam hinaan."

Baca juga:

Kepolisian tidak memberikan rincian mengenai kematian Zhou, hanya keterangan bahwa kemungkinan dia dibunuh telah dicoret dari dugaan penyebab kematian.

Akan tetapi, ratusan ribu pengguna media sosial China punya pandangan senada. Berdasarkan catatan berisi 5.000 kata yang ditulis Zhou di Weibo, para warganet menduga pria tersebut bunuh diri.

Lebih lanjut, catatan itu juga memantik diskusi mengenai kesehatan mental, perundungan, serta bagaimana seorang pria China harus bersikap dan berpenampilan.

"Penampilannya rapuh dan sepertinya punya kepribadian lembut. Ini semua hal bagus, tapi dia dirisak hanya karena hal-hal itu tidak sejalan dengan pandangan tradisional tentang maskulinitas," sebut seorang pengguna Weibo.

"Berapa banyak anak laki-laki lain yang ditertawakan karena penampilan dan suara mereka lembut? Siapa sih kita untuk mendikte apa yang diterima atau tidak? Mereka tidak melakukan salah."

Pengguna Weibo lainnya menulis kenangan "memalukan" sewaktu dia dan teman-teman sekelasnya terus mengejek seorang anak laki-laki yang dianggap 'banci'.

"Kalau diingat lagi, saya begitu malu. Kami hanya bercanda, tapi tindakan itu mungkin menimbulkan trauma," tulisnya.

Data mengenai perundungan di China jarang ditemukan, namun sebuah makalah yang diterbitkan jurnal Children and Youth Services Review tahun 2019, menemukan bahwa setelah mengirim kuesioner terhadap lebih dari 3.000 remaja, terdapat lebih dari 35% responden yang menyebut diri mereka sebagai korban perundungan langsung. Adapun lebih dari 31% menyebut diri mereka sebagai korban perundungan siber.

Makalah itu menambahkan faktor-faktor utama yang menimbulkan perundungan adalah anak laki-laki di sekolah asrama dengan raihan akademis rendah dan mengalami hubungan buruk dengan orang tua.

'Laki-laki banci' tidak diperbolehkan

Intoleransi terhadap laki-laki yang dianggap 'banci' tidak eksklusif terjadi dalam budaya China.

Namun, yang membedakan adalah pemerintah China secara terbuka mendukung dan bahkan aktif mempromosikan intoleransi tersebut.

Awal tahun ini, Kementerian Pendidikan merilis surat edaran kepada sekolah-sekolah untuk mereformasi pendidikan jasmani dan kesehatan. Judul surat itu secara nyata mencerminkan tujuannya: "Proposal untuk Mencegah Feminisasi terhadap Remaja Pria".

Surat itu menganjurkan sekolah-sekolah merekrut pensiunan atlet dan orang-orang dari latar belakang olahraga untuk membantu mengembangkan olahraga dengan tujuan "menumbuhkan maskulinitas para pelajar".

China Strengthens School Physical Education

Awal tahun ini, Kementerian Pendidikan China merilis surat edaran kepada sekolah-sekolah untuk mereformasi pendidikan jasmani dan kesehatan. (Getty Images)

Hal ini mengemuka beberapa bulan setelah penasihat politik China, Si Zefu, mengutarakan keprihatinannya bahwa ada tren di antara para pemuda China ke arah "feminisasi", yang "bakal membahayakan keberlanjutan dan pembangunan bangsa China" jika tidak "dikelola secara efektif".

Tak berhenti di situ, regulator penyiaran China menerbitkan larangan terhadap pria "banci" tampil di televisi dan situs streaming video.

Bunyi perintahnya: Para lembaga penyiaran harus "berhenti menampilkan pria banci dan perilaku abnormal lainnya". Perintah itu bahkan memakai istilah 'niangpao' alias 'banci'.

Dr Wang Shuaishuai, pakar budaya digital dari Universitas Amsterdam, mengaku kepada BBC bahwa dirinya "terkejut" ketika melihat istilah itu disebutkan dalam surat resmi.

"Sekarang anak muda akan berpikir oke saja menggunakan hinaan gender ini untuk menyerang orang lain. Logikanya, jika pemerintah merestui bahasa semacam ini, siapa yang bisa bilang itu salah saat dipakai di sekolah?"

Pejuang Serigala

Bukan kebetulan bahwa sikap pemerintah China secara aktif mempromosikan maskulinitas berlangsung ketika Presiden Xi Jinping mengusung diplomasi internasional yang agresif, menurut beberapa pakar kepada BBC.

"Tatkala Anda menciptakan nuansa 'kami melawan dunia' melalui perlawanan dengan negara-negara di dunia serta mempromosikan kebijakan 'kemandirian' secara agresif, hal itu tidak cocok dengan metroseksualitas yang lembut," kata Dr Jonathan Sullivan direktur kajian China dari Institut Riset Asia di Universitas Nottingham, Inggris.

Xi JinpingAFPUpaya pemerintah China dalam mempromosikan maskulinitas bertepatan dengan sikap Presiden Xi Jinping yang mengedepankan diplomasi agresif, menurut beberapa pakar.

Berbeda dengan strategi 'low profile' yang dibangun mantan pemimpin Deng Xiaoping, China baru-baru ini menerapkan strategi berjuluk "diplomasi pejuang serigala".

Strategi pejuang serigalayang namanya diambil dari film laga mengenai pasukan elite China melawan tentara bayaran pimpinan Amerikaberpusat pada diplomat-diplomat China menggunakan retorika konfrontatif bahkan melecehkan.

Pendekatan ini berujung pada pidato Xi Jinping pada Juli lalu, yang isinya memperingatkan negara-negara lain bahwa China tidak akan "dirundung" atau "ditindas" kekuatan asing.

Dr Sullivan berkata: "Tuntutan Xi bagi terciptanya postur nasional yang kokoh dan landasan ekspresi maskulinitas yang lebih kuat, berkoneksi".

Pada saat bersamaan, upaya pemerintah China menargetkan pria "banci" di televisi terjadi pada saat penggerebekan terhadap selebritas dan perusahaan-perusahaan besaryang punya pengaruh besar terhadap kaum muda China.

Kembali lagi, menurut para pengamat, hal ini berkaitan dengan agenda Xi untuk membentuk China sesuai visinya, yaitu "sosialis dengan karakteristik China" tanpa ruang bagi pengaruh asing.

"Dalam beberapa tahun terakhir, banyak bintang muda China menantang pandangan tradisional mengenai maskulinitas, sebagian besar berkat pengaruh pop Korea," kata Dr Wang.

"Mereka mungkin memakai anting atau tata rias, dan para penggemar muda menyukai mereka. Namun, masyarakat China secara umum masih sangat konservatif dan pemerintah ingin mempertahankannya."

Selebritas pria muda seperti grup idola TFBoys dan penyanyi sekaligus aktor Lu Han, yang dipuji karena penampilan yang segar dan lembut punya jutaan penggemar yang bisa sangat ekstrem dalam memperlihatkan dukungan mereka.

Lu HanGetty ImagesSelebritas seperti Lu Han telah menantang pandangan tradisional soal maskulinitas.

Karena banyak selebritas yang dianggap "banci" ini tampil di situs-situs streaming video yang dimiliki perusahaan besaralih-alih stasiun televisi negaramereka menjadi "target jelas", tambah Dr Wang.

"Dalam kasus ini gender juga bisa dipandang sebagai bagian lain dari kampanye China melawan perusahaan besar, yang dilihat pemerintah sebagai ancaman terhadap kemampuannya menangani warganya," paparnya.

Namun, selagi para selebritas itu mungkin harus mengubah citra mereka untuk saat ini, kekhawatiran besar Dr Wang justru pada keselamatan warga biasa.

"Kekerasan berbasis gender, pelecehan, dan perundungan kemungkinan bakal meningkat karena pemerintah membuatnya pantas dilakukan. Luar biasa menyedihkan."

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads