Taliban Berkuasa, Akankah Afghanistan Jadi Tempat Berlindung Pelaku Teror?

Taliban Berkuasa, Akankah Afghanistan Jadi Tempat Berlindung Pelaku Teror?

BBC Indonesia - detikNews
Jumat, 20 Agu 2021 12:48 WIB
Petempur Taliban melakukan patroli di jalan-jalan ibu kota Kabul, 16 Agustus 2021. (AFP)
Jakarta -

Di lembah-lembah terpencil di provinsi Kunar Afghanistan dan di forum-forum obrolan online para jihadis, ada kegembiraan atas apa yang dipandang para pendukung al-Qaeda sebagai "kemenangan bersejarah" oleh Taliban.

Kepergian memalukan pasukan yang memiliki kekuatan besar saat mengusir Taliban dan al-Qaeda 20 tahun silam telah menjadi dorongan moral besar-besaran bagi para jihadis anti-Barat di seluruh dunia.

Tempat-tempat persembunyian potensial mereka yang saat ini menjadi terbuka di sebuah negara yang belum sepenuhnya terkontrol, merupakan hadiah menggiurkan, terutama bagi kelompok militan yang menyebut sebagai Negara Islam (IS), yang ingin menemukan pangkalan baru setelah kekalahan kekhalifahan yang mereka deklarasikan di Irak dan Suriah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para jenderal dan politisi negara-negara Barat memperingatkan bahwa kembalinya al-Qaeda ke Afghanistan, dengan segala kekuatannya, adalah "tidak terelakkan".

Baca juga:

ADVERTISEMENT

Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, berbicara setelah sidang kabinet darurat, memperingatkan bahwa negara-negara Barat perlu bersatu guna mencegah Afghanistan kembali menjadi tempat berlindung bagi kelompok teroris internasional.

Dan pada hari Senin (16/08), Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meminta Dewan Keamanan PBB untuk "menggunakan semua perangkat yang ada guna menekan ancaman teroris global di Afghanistan".

Tapi apakah kembalinya Taliban secara otomatis dapat diterjemahkan sebagai kembalinya pangkalan al-Qaeda dan platform berikutnya untuk serangan teror transnasional yang menargetkan negara-negara Barat, dan negara-negara lainnya?

Belum tentu tidak.

Mencari legitimasi dan pengakuan

Terakhir kali Taliban memerintah negara itu, dari 1996-2001, dan praktis saat itu Afghanistan menjadi negara paria.

Hanya tiga negara, Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab, yang mengakui legitimasi mereka.

Selain bersikap brutal terhadap warganya sendiri, Taliban memberikan perlindungan yang aman bagi organisasi al-Qaeda pimpinan Osama Bin Laden yang berada di balik serangan 9/11 di AS pada 2001, dan menewaskan hampir 3.000 orang.

Diperkirakan 20.000 rekrutan dari seluruh dunia melewati kamp pelatihan al-Qaeda, mempelajari keterampilan mematikan dan menciptakan apa yang dikenal sebagai "universitas teror" saat mereka bubar dan kembali ke negaranya.

Saat ini Taliban masih melihat diri mereka sebagai penguasa yang sah dari "Islamic Emirate of Afghanistan" dan mereka menginginkan pengakuan dari dunia internasional.

Mereka tampak bersemangat untuk memproyeksikan gagasan bahwa mereka datang untuk memulihkan ketertiban, ketenangan dan otoritas, setelah korupsi, pertikaian dan pemborosan menjadi ciri sebagian besar pemerintahan selama 20 tahun terakhir.

Selama perundingan damai yang mengalami jalan buntu di Doha, menjadi jelas bagi para perunding Taliban bahwa pengakuan yang diinginkan ini hanya bisa datang jika mereka benar-benar melepaskan diri dari al-Qaeda.

Kami sudah melakukannya, kata Taliban.

Tidak, mereka belum melakukannya, kata laporan PBB baru-baru ini, yang menunjukkan hubungan kesukuan dan perkawinan yang dekat antara kedua kelompok.

Selama pengambilalihan kekuasaan secara dramatis oleh Taliban di seluruh negeri belakangan ini, ada banyak laporan kehadiran "orang-orang asing" di barisan mereka, yaitu para petempur non-Afghanistan.

Juga jelas ada keterputusan antara kata-kata yang lebih moderat dan pragmatis yang diucapkan para elit Taliban - negosiator dan juru bicaranya di satu sisi - dan berbagai tindakan balas dendam biadab yang terjadi di lapangan.

Taliban

Seorang petempur Taliban di sebuah ruas jalan di Herat, Afghanistan, 14 Agustus 2021. (AFP)

Pada 12 Agustus, ketika Taliban masih bergerak maju ke ibu kota Kabul, kuasa usaha AS di Kabul mentweet:

"Pernyataan Taliban di Doha tidak menyerupai tindakan mereka di Badakhshan, Ghazni, Helmand & Kandahar. Upaya untuk memonopoli kekuasaan melalui kekerasan , ketakutan dan perang hanya akan mengarah pada isolasi internasional."

Barat mungkin berjuang untuk menahan para jihadis

Fokus kelompok Taliban adalah memerintah Afghanistan sesuai dengan interpretasi ketat mereka terhadap Syariah, hukum Islam, dan tidak melampaui batasan-batasannya.

Tapi para jihadis lain di al-Qaeda dan ISIS mungkin memiliki ambisi berbeda di luar batasan tersebut.

Ketika pemerintah baru Taliban bahkan mungkin ingin menahan mereka, ada kantong-kantong di negara itu di mana kegiatan mereka tidak diperhatikan.

Dr Sajjan Gohel dari Asia Pacific Foundation memperkirakan 200-500 anggota al-Qaeda yang saat ini diperkirakan berada di Kunar akan meningkat.

Osama bin Laden

Dipimpin Osama bin Laden, kelompok militan al-Qaeda merencanakan serangan 9/11 dari Afghanistan. (Getty Images)

"Penguasaan provinsi Kunar oleh Taliban memiliki nilai strategis amat besar karena memiliki beberapa medan paling menantang dengan lembah-lembah berhutan lebat. Al-Qaeda telah hadir di sana dan akan berusaha untuk memperluas jangkauannya."

Apabila itu terjadi, maka jelas akan jauh lebih sulit bagi negara-negara Barat untuk menahannya.

Selama 20 tahun terakhir upaya itu sangat bergantung pada NDS, dinas intelijen Afghanistan, dengan jaringan informannya, yang dikombinasikan dengan tim reaksi cepat Pasukan Khusus AS, Inggris, dan Afghanistan.

Semua itu kini telah hilang, dan menjadikan Afghanistan sebagai "target keras" dalam hal intelijen.

Jika kamp pelatihan teror diidentifikasi dan ditempatkan, maka pilihan bagi Washington mungkin akan mengarah pada serangan drone jarak jauh atau serangan rudal jelajah, seperti yang terjadi pada Osama Bin Laden pada 1998.

Kebanyakan, ujar Dr Gohel, akan bergantung kepada apakah pihak berwenang Pakistan menghalangi atau memungkinkan perjalanan para petempur asing melalui wilayah mereka menuju Afghanistan.

Simak video 'Taliban Buka Pintu Hubungan Internasional, Tapi...':

[Gambas:Video 20detik]



(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads