Pfizer-BioNTech mengumumkan mereka tengah berupaya mendapatkan izin vaksinasi dosis ketiga di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.
Langkah ini diambil di tengah penyebaran cepat varian Delta virus corona -- yang tercepat sejak pandemi berawal -- di seluruh dunia.
Pfizer mengatakan, kajian di Israel memperlihatkan efikasi vaksin terhadap infeksi Covid-19 yang bergejala menurun sekitar enam bulan setelah mendapatkan vaksin dua dosis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"... penurunan efikasi dan kemunculan varian-varian [baru] adalah pendorong bagi keyakinan kami bahwa dosis tambahan besar kemungkinan diperlukan untuk mempertahankan tingginya perlindungan," demikian pernyataan yang dikeluarkan Pfizer.
Kesimpulan ini menguatkan pandangan sejumlah pihak soal perlunya dosis atau suntikan penguatan.
Baca juga:
- Vaksin AstraZeneca: Uji coba di AS tunjukkan 'aman dan sangat efektif'
- Vaksin AstraZeneca 'haram, tapi boleh digunakan': Kepercayaan publik atas program vaksinasi dikhawatirkan berkurang
- Mengenal vaksin Covid-19 buatan India, Covishield dan Covaxin
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sejauh ini data tentang lamanya perlindungan yang diberikan oleh vaksin virus corona masih terbatas.
Otoritas kesehatan di Amerika Serikat mengatakan warga yang telah menerima dua dosis vaksin tidak memerlukan suntikan tambahan.
India hentikan sementara ekspor vaksin Oxford-AstraZeneca
Dalam perkembangan lain, India menghentikan sementara semua ekspor vaksin virus corona Oxford-AstraZeneca, kata seorang sumber di kementerian luar negeri kepada BBC.
Mereka mengatakan lonjakan kasus baru-baru ini berarti permintaan domestik diperkirakan akan meningkat dalam beberapa minggu mendatang, sehingga dosisnya diperlukan untuk vaksinasi di India sendiri.
Getty ImagesProdusen vaksin terbesar di India, Serum Institute of India (SII), telah menunda pengiriman vaksin AstraZeneca ke beberapa negara dalam beberapa hari terakhir, termasuk Inggris dan Brasil.
Sekitar 190 negara di bawah skema Covax, termasuk Indonesia, kemungkinan besar akan terpengaruh.
Skema yang dipimpin oleh WHO itu bertujuan memastikan vaksin dibagikan secara adil di antara semua negara.
Produsen vaksin terbesar di India, Serum Institute of India (SII), telah menunda pengiriman vaksin AstraZeneca ke beberapa negara dalam beberapa hari terakhir, termasuk Inggris dan Brasil.
India telah mengekspor lebih dari 60 juta dosis vaksin ke 76 negara sejauh ini, sebagian besarnya adalah vaksin Oxford-AstraZeneca.
Mengapa India mengambil langkah ini?
Keputusan ini diambil ketika India menghadapi lonjakan kasus virus korona. Pada hari Rabu mereka mencatat pertambahan harian tertinggi tahun ini, dengan lebih dari 47.000 kasus baru dan 275 kematian.
India membuka program vaksinasi bagi warga berusia di atas 45 tahun mulai 1 April, dan para pejabat memperkirakan permintaan untuk vaksin akan meningkat.
"[Penangguhan ekspor] adalah tindakan sementara. Permintaan domestik harus didahulukan," kata seorang sumber di kementerian luar negeri kepada wartawan BBC Soutik Biswas.
Mereka mengatakan kemungkinan akan ada pembatasan pada pasokan vaksin hingga April, tetapi situasinya dapat mereda pada bulan Mei, ketika setidaknya satu vaksin lagi diperkirakan akan mendapat izin penggunaan darurat.
Tidak ada ekspor dari India sejak Kamis, menurut situs kementerian luar negeri.
"Hal-hal lainnya ditunda dulu, setidaknya untuk saat ini," kata satu sumber di kementerian itu kepada kantor berita Reuters. "Tidak ada ekspor, tidak ada apa-apa [sampai] situasi India stabil."
Belum ada komentar resmi dari pemerintah maupun SII atas keputusan tersebut.
Apa latar belakangnya?
SII - produsen vaksin terbesar di dunia - telah menunda pengiriman vaksin AstraZeneca ke Inggris, Brasil, Arab Saudi, dan Maroko.
Pekan lalu, BBC melaporkan bahwa pengiriman lima juta dosis telah ditunda selama empat minggu.
"Kami akan mencoba memasok lebih banyak nanti, berdasarkan situasi saat ini dan kebutuhan program imunisasi pemerintah di India," kata juru bicara SII saat itu.
BBC
SII mengatakan akan memproduksi satu miliar dosis tahun ini untuk negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dan pada Januari, mereka mengatakan dapat menghasilkan antara 60 dan 70 juta dosis vaksin dalam satu bulan. Angka ini termasuk vaksin AstraZeneca serta Novavax yang dikembangkan AS, yang belum mendapat lisensi untuk digunakan di India.
Bulan itu, SII juga mengatakan kepada BBC bahwa mereka akan meningkatkan produksi bulanannya menjadi 100 juta dosis mulai bulan Maret. Namun, pemeriksaan baru-baru ini mengungkapkan bahwa produksi masih pada 60 hingga 70 juta dosis dan belum ada peningkatan.
Pemerintah India memulai program vaksinasi pada 16 Januari, dan sejauh ini telah menyuntik lebih dari 47 juta orang di tengah kekhawatiran kemungkinan gelombang kedua.
Pihak berwenang berharap untuk memberikan 600 juta dosis dalam kurun tujuh bulan - sekitar 85 juta dosis sebulan.
Simak video 'Menkes: Nakes Akan Divaksin Dosis Ketiga dengan Moderna':