Vaksinasi Corona di RI, Seperti Apa Perbandingannya dengan Negara Lain?

Vaksinasi Corona di RI, Seperti Apa Perbandingannya dengan Negara Lain?

BBC Indonesia - detikNews
Selasa, 09 Mar 2021 16:03 WIB
BBC
Jakarta -

Ketika menyangkut distribusi vaksin, ada satu pertanyaan yang ditanyakan banyak orang - kapan saya menerimanya?

Hal ini merupakan pertanyaan sahih mengingat vaksinasi agar khalayak umum terlindung dari Covid-19 adalah persoalan hidup dan mati.

Sejumlah negara telah menetapkan target yang sangat spesifik, namun bagi banyak negara lainnya, gambarannya tak terlalu jelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vaksinasi melibatkan proses saintifik yang rumit, perusahaan multinasional, janji-janji pemerintah yang bertentangan, serta setumpuk regulasi dan birokrasi. Prosesnya tidak lurus-lurus saja seperti yang dikira banyak orang.

Kapan saya bisa divaksinasi?

Presiden Joko Widodo menargetkan vaksinasi terhadap 181,5 juta masyarakat selesai pada akhir 2021.

ADVERTISEMENT

Presiden Jokowi juga telah menargetkan vaksinasi kepada 30.000 orang setiap hari.

Hingga 7 Maret 2021, vaksinasi telah diterima oleh 2,8 juta orang, sedangkan dosis kedua diterima 1,1 juta orang.

Sebagai perbandingan, mari lihat bagaimana program vaksinasi dilaksanakan di berbagai negara di dunia.

Click here to see the BBC interactive

Berapa banyak vaksin yang telah disuntikkan?

Sejauh ini lebih dari 300 juta dosis vaksin Covid-19 telah disuntikkan di lebih dari 100 negara di dunia. Program vaksinasi ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah.

Click here to see the BBC interactive

Vaksin pertama telah diberikan kurang dari setahun setelah kasus-kasus awal virus corona dipastikan muncul di Wuhan, China. Namun pelaksanaan vaksinasi sejauh ini belum berimbang.

Sejumlah negara telah mengamankan serta mengirimkan dosis vaksin dalam jumlah besar kepada rakyat mereka, namun banyak negara lain masih menunggu kiriman vaksin pertama mereka.

Pada tahap awal vaksinasi, sebagian besar negara memprioritaskan:

- masyarakat berusia di atas 60-an tahun

- tenaga kesehatan

- orang-orang yang rentan secara klinis

Di negara-negara seperti Israel dan Inggris, sudah ada tanda-tanda menjanjikan bahwa vaksin mengurangi jumlah pasien di rumah sakit, kematian, serta penularan di komunitas.

Namun, ketika hampir semua negara Eropa dan Amerika telah memulai program vaksinasi, hanya segelintir negara di Afrika yang melakukannya.

Agathe Demarais, direktur prakiraan global dari Economist Intelligence Unit (EIU) telah menjalankan sejumlah penelitian yang paling komprehensif soal topik tersebut

EIU melihat pada kapasitas produksi global bersama dengan infrastuktur kesehatan yang diperlukan agar vaksin-vaksin ini bisa sampai disuntikkan ke masyarakat, ukuran populasi yang harus ditangani suatu negara dan, tentu saja, apa yang mereka bisa lakukan.

Banyak temuan dari penelitian itu tampaknya berada pada garis yang diprediksi antara kaya dan miskin

Inggris dan Amerika Serikat untuk saat ini mendapat pasokan vaksin dengan baik, karena mereka mampu menginvestasikan banyak uang untuk pembuatannya dan itu yang membuat mereka di daftar antrean teratas.

Beberapa negara kaya lainnya seperti Kanada dan blok negara Uni Eropa sedikit berada di belakang.

Sebagian besar negara berpendapatan rendah belum memulai vaksinasi, namun ada beberapa kejutan, terutama di barisan tengah.

Apakah negara-negara kaya menimbun vaksin?

Kanada menghadapi kritik akhir tahun lalu karena membeli lima kali lipat lebih banyak dari yang dibutuhkan untuk rakyatnya, namun tampak negara itu tidak masuk golongan distribusi yang diprioritaskan.

Itu karena Kanada memilih untuk berinvestasi vaksin di pabrik-pabrik Eropa, setelah khawatir bahwa AS di bawah Donald Trump akan mengeluarkan larangan ekspor. Namun, akhirnya itu menjadi pertaruhan yang buruk.

Pabrik-pabrik di Eropa kesulitan untuk memenuhi pasokan dan baru-baru ini malah UE, dan bukan AS, yang mengancam bakal melarang ekspor vaksin. Italia, misalnya, telah memblokir pengiriman vaksin ke Australia.

Namun ada juga beberapa negara yang justru bernasib lebih baik dari yang diperkirakan.

Saat artikel ini ditulis, performa Serbia mengungguli negara-negara UE dalam konteks persentase populasi yang sudah divaksinasi.

Kesuksesan Serbia antara lain karena vaksinasi yang efisien. Alasan berikutnya Serbia menikmati hasil diplomasi vaksin, ketika Rusia dan China menebar pengaruh di bagian timur Eropa.

Serbia menjadi salah satu dari sedikit negara yang mendapat vaksin buatan Rusia, Sputnik V, SinoPharm asal China, Pfizer dari AS/Jerman, serta Oxford/AstraZeneca yang dikembangkan di Inggris.

Sejauh ini, banyak orang di Serbia yang divaksinasi menggunakan vaksin SinoPharm.

Apa yang dimaksud dengan diplomasi vaksin?

Pengaruh yang ditebarkan China tampaknya akan berdampak jangka panjang.

Negara-negara yang menggunakan dosis pertama dan kedua dari SinoPharm kemungkinan juga berpaling ke China untuk mendapatkan dosis pendorong bila diperlukan di masa depan.

Uni Emirat Arab juga sangat bergantung pada vaksin SinoPharm - pada Februari vaksin SinoPharm mencapai 80% dari total dosis yang diberikan di negara itu. UEA juga membangun fasilitas produksi SinoPharm.

"China datang membawa fasilitas produksi dan pekerja yang terlatih, sehingga akan memberi pengaruh jangka panjang bagi China," kata Agathe Demarais. "Dan akan sangat, sangat sulit bagi pemerintah penerima untuk bilang tidak kepada China atas hal apapun di waktu mendatang."

Akan tetapi, menjadi negara adidaya dalam hal vaksin tidak berarti rakyat negara itu akan menerima vaksinasi lebih dulu.

Penelitian EIU memprediksi bahwa dua produsen utama vaksin di dunia, China dan India, mungkin tidak akan cukup vaksin bagi seluruh rakyat masing-masing hingga akhir 2022.

Itu karena dua negara itu punya begitu banyak populasi yang ditangani, tidak bisa diimbangi dengan terbatasnya tenaga kesehatan.

Covax, vaksin, vaksinasi

Covax mendesak negara-negara untuk menyumbang lebih banyak lagi dana bagi program vaksinasinya. (EPA)

Apa saja tantangannya?

Kesuksesan India sebagai produsen vaksin Covid sebagian besar berkat tokoh yang satu ini, Adar Poonawalla. Perusahaannya, Serum Institute of India merupakan pembuat vaksin terbesar di dunia.

Namun, pertengahan tahun lalu, keluarganya mulai curiga dia sudah kehilangan akal sehat. Dia mempertaruhkan ratusan juta dolar untuk membuat vaksin yang belum terbukti apakah akan manjur.

Januari lalu, vaksin-vaksin pertama, yang dibuat oleh Oxford dan AstraZeneca, dikirim ke pemerintah India. Kini, dia memproduksi 2,4 juta dosis per hari.

"Saya pikir tekanan dan semua kegilaan akan berakhir sekarang saat kita telah membuat produknya," kata dia. "Namun tantangan nyata adalah tetap membuat semuanya senang."

Menurutnya, produksi tidak bisa langsung ditingkatkan dalam semalam.

"Butuh waktu," kata Poonawalla. "Orang-orang pikir Serum Institute sudah punya ramuan ajaib. Betul, kami memang bekerja dengan baik, namun tidak ada yang namanya tongkat sulap."

Dia kini unggul karena mulai membangun fasilitas pada Maret tahun lalu dan Agustus lalu sudah menimbun barang-barang seperti bahan kimia dan gelas kaca.

Selama proses produksi, jumlah vaksin yang dibuat bisa bervariasi dan ada banyak tahap bila ada kesalahan.

"Ini adalah seni sekaligus sains," kata Agathe Demarais.

Bagi kalangan pabrikan yang baru sekarang mulai produksi, perlu waktu berbulan-bulan untuk membuat vaksin. Ini juga berlaku bagi vaksin tipe booster yang mungkin dibutuhkan untuk mengatasi varian-varian baru.

Apakah Covax akan mempercepat distribusi vaksin?

Poonawalla berkomitmen untuk memasok vaksin terlebih dahulu ke India, lalu ke Afrika melalui skema yang disebut fasilitas Covax.

Covax merupakan suatu inisiatif yang dipimpin WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), aliansi vaksin Gavi, dan CEPI (Pusat Kesiagaan Epidemi). Tujuannya untuk menyediakan vaksin yang terjangkau kepada semua negara di dunia.

Inisiatif itu berjanji akan menyediakan dosis yang cukup untuk memvaksinasi 20% dari populasi dunia yang memenuhi kriteria.

Ghana menjadi negara pertama yang menerima vaksin melalui program ini pada 24 Februari.

Covax berencana memasok sekitar dua miliar vaksin ke seluruh dunia pada akhir tahun.

Namun rencana itu terancam karena banyak negara peserta juga bernegosiasi sendiri-sendiri untuk mendapat vaksin.

Adar Poonawalla mengungkapkan bahwa hampir semua pemimpin negara Afrika sudah menghubunginya untuk mendapatkan akses vaksin.

Agathe Demarais dan EIU pun tidak begitu optimistis mengenai apa yang dapat dicapai Covax. Bahkan bila segalanya sesuai rencana, skema itu hanya mencakup 20-27% dari populasi suatu negara tahun ini.

"Hanya membuat perbedaan kecil saja, bukan perubahan besar," kata Demarais.

Dalam prakiraan Demarais untuk Economist Intelligence Unit, beberapa negara mungkin tidak akan seluruhnya divaksin pada 2023 atau setelahnya.

Vaksinasi mungkin bukan jadi prioritas bagi semua negara, terutama yang memiliki lebih banyak penduduk usia muda, dan bila tidak memiliki begitu banyak warganya yang sakit.

Masalah dengan skenario itu adalah selama virus corona dapat berkembang, maka akan mampu bermutasi dan migrasi. Varian-varian yang kebal vaksin juga akan terus berevolusi.

Tidak semuanya kabar buruk. Vaksin-vaksin kini tengah diproduksi lebih cepat, namun skala tugasnya, yaitu harus memvaksin 7,7 miliar jiwa, begitu besar dan belum pernah dilakukan sebelumnya.

Demarais yakin bahwa pemerintah harus jujur dengan rakyatnya terkait apa yang mungkin terjadi.

"Sangat sulit bagi suatu pemerintah untuk berkata, 'Tidak, kami tidak akan mencapai imunisasi secara luas selama beberapa tahun.' Tidak ada yang mau bilang begitu," katanya.

Jurnalisme Data oleh Becky Dale and Nassos Stylianou.

Mengenai data ini

Our World in Data, sebuah kolaborasi antara Universitas Oxford dan lembaga amal untuk pendidikan, menghimpun informasi pada peta dan grafis di atas.

Data populasi diambil dari perkiraan PBB pada pertengahan 2020.

(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads