Laporan rahasia intelijen Amerika Serikat menyebutkan bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman, terlibat dalam pembunuhan wartawan Saudi yang diasingkan, Jamal Khashoggi, pada 2018.
Laporan yang dirilis oleh pemerintahan Presiden Joe Biden itu mengatakan, Mohammed bin Salman menyetujui rencana untuk "menangkap atau membunuh" Khashoggi.
AS telah mengumumkan sanksi terhadap puluhan orang Saudi tetapi tidak terhadap Pangeran Mohammed in Salman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gedung Putih mengatakan Presiden Biden memastikan bahwa AS mementingkan universal hak asasi manusia dan hukum.
Sementara itu, Arab Saudi menolak laporan itu dan menyebutnya "negatif, salah, dan tidak dapat diterima".
- Mohammed bin Salman: Siapa sesungguhnya putra mahkota Arab Saudi ini?
- Ketika Putra Mahkota Arab Saudi menebar pesona di kawasan Asia
- Mengapa para pangeran senior Arab Saudi ditahan oleh pemerintah pimpinan Mohammed bin Salman?
Putra Mahkota Mohammed bin Salman -- yang lazim disebut MBS -- telah menyangkal peran apa pun dalam pembunuhan itu.
Khashoggi tewas saat mengunjungi Konsulat Saudi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018 untuk mendapatkan dokumen yang diperlukan untuk pernikahannya.
Khashoggi, yang dikenal kritis terhadap pemerintah Saudi, dibunuh dan tubuhnya dipotong-potong.
Pemerintah Saudi mengatakan kematian Khashoggi dalam keadaan dimutilasi adalah akibat "operasi" oleh tim agen untuk membawanya kembali ke Arab Saudi.
Lima orang semula dijatuhi hukuman mati terkait kasus pembunuhan itu oleh pengadilan Saudi, namun hukuman mereka dikurangi menjadi 20 tahun penjara September tahun lalu.
Wartawan berusia 59 tahun itu pernah menjadi penasihat pemerintah Saudi dan dekat dengan keluarga kerajaan, tetapi ia kemudian tidak disukai dan menjalani pengasingan di AS pada 2017.
Dari sana, Khashoggi menulis kolom bulanan di Washington Post yang berisi kritikan terhadap kebijakan Pangeran Mohammed.
Apa isi laporan intelijen itu?
Jamal Khashoggi disebutkan dibunuh secara brutal dan tubuhnya dimutilasi pada Oktober 2018 di konsulat Saudi di Istanbul, Turki pada Oktober 2018. (Reuters)
"Kami menilai bahwa Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman menyetujui operasi di Istanbul untuk menangkap atau membunuh jurnalis Saudi Jamal Khashoggi," kata laporan dari kantor intelijen nasional AS.
MBS adalah putra Raja Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dan dianggap sebagai penguasa kerajaan yang sebenarnya.
Laporan intelijen itu mencantumkan tiga alasan yang meyakinkan bahwa putra mahkota pasti telah menyetujui operasi tersebut:
- Kontrolnya atas pengambilan keputusan di kerajaan sejak 2017
- Keterlibatan langsung salah satu penasihatnya serta anggota dari bagian pelindungnya dalam operasi itu
- "Dukungannya untuk menggunakan tindakan kekerasan dalam membungkam para pembangkang di luar negeri"
Laporan tersebut selanjutnya menyebutkan nama orang-orang yang diduga terlibat, atau bertanggung jawab atas kematian Khashoggi. Tapi laporan itu menyebutkan "kami tidak tahu sebelumnya seberapa jauh" rencana mereka yang terlibat menyakitinya.
Otoritas Saudi telah menyalahkan pembunuhan itu terhadap sekelompok agen yang melakukan "operasi menyimpang". Agen-agen tersebut dikirim untuk mengembalikan Khashoggi ke Saudi. Oleh pengadilan Saudi, sebanyak lima orang diadili dan dihukum dengan 20 tahun penjara September lalu, walau awalnya didakwa dengan hukuman mati.
Pada 2019, pelapor khusus PBB Agnes Callamard menuduh negara Saudi melakukan "eksekusi yang disengaja dan direncanakan" terhadap Khashoggi dan menolak pengadilan Saudi sebagai "antitesis keadilan".
NBC News melaporkan bahwa kajian intelijen itu bukan hal baru dan berdasarkan investigasi CIA yang dilaporkan pada 2018.
Menurut laporan itu, tidak ada "bukti," namun para pejabat AS berpendapat operasi seperti itu memerlukan persetujuan putra mahkota Saudi.
Washington Post - media tempat Khashoggi bekerja - mengatakan saat itu kajian CIA sebagian berdasarkan telepon adik MBS, Pangeran Khalid bin Salman, yang saat itu menjadi duta besar Saudi untuk AS.
Pangeran Khalid, yang saat ini adalah wakil menteri pertahanan, diduga menelepon Khashoggi atas perintah kakaknya dan menjamin bahwa ia aman untuk pergi ke konsulat di Istanbul. Pangeran Khalid menyanggah ada komunikasi dengan Khashoggi.
Pada 2019, utusan khusus PBB, Agnes Callamard menuduh Saudi "sengaja melakukan eksekusi yang direncanakan" terhadap Khashoggi dan menyebut pengadilan tertuduh "berlawanan dengan keadilan."
Mengapa diterbitkan sekarang?
Diterbitkannya laporan itu merupakan bagian dari kebijakan Joe Biden untuk kembali meluruskan hubungan dengan sekutu lamanya, Arab Saudi, sekaligus mengambil sikap yang lebih keras dibandingkan pendahulunya, Donald Trump.
Pemerintahan Trump sebelumnya menolak menerbitkan laporan rahasia itu dan justru memusatkan langkah untuk meningkatkan kerja sama dengan Saudi.
Donald Trump (kiri) lebih memilih hubungan langsung dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman. (Reuters)
Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki, mengatakan Rabu (24/02) bahwa Biden akan berkomunikasi dengan Raja Salman dan tidak langsung dengan putra mahkota, putra raja yang secara de facto pemimpin Saudi.
"Kami menjelaskan bahwa dari awal kami ingin meluruskan hubungan dengan Arab Saudi," katanya kepada wartawan.
Pemerintahan AS juga telah melakukan perubahan besar terkait kebijakan dengan Saudi, termasuk diakhirinya dukungan AS untuk operasi yang dipimpin Saudi di Yaman serta membekukan penjualan senjata dengan kerajaan itu.
Tagar di sosial media menjelang laporan dikeluarkan
Oleh Alistair Coleman, BBC Monitoring
Di media sosial, tampaknya sudah ada satu usaha menjelang laporan AS dikeluarkan. Usahanya adalah agar laporan itu terkubur dari cuitan Twitter orang-orang yang mendukung pemerintah Saudi.
Sebagian unggahan, terutama dari warga Saudi yang tinggal di pengasingan, menantikan laporan yang menyebut keterlibatan Putra Mahkota, Mohammed bin Salman (MBS), dan sebagian lain berupaya untuk mengalihkan perhatian.
Beberapa tagar terkait Jamal Khashoggi populer di Twitter dengan berbagai ejaan, termasuk "khasxoggi", "Jamal" dan "shooggi". Tagar-tagar ini disebutkan sebagai upaya untuk meredam tren dan membatasi kritikan terhadap MBS.
Ada juga cuitan yang mempertanyakan catatan hak asasi manusia. Sebagian menyinggung kematian warga AS di tangan polisi dan yang lainnya menyinggung insiden di penjara Abu Ghraib menyusul perang Irak.
Sulit untuk memastikan apakah ada upaya resmi untuk mengubur berita ini di media sosial. Ini karena, sebagian besar pengguna Twitter di Saudi sangat patriotik dan melihat kritikan terhadap MBS sebagai kecaman terhadap bangsa mereka. Mereka juga aktif menanggapi isu apapun yang dianggap menyerang kerajaan.
Pengguna Twitter sangat besar di Arab Saudi dengan sekitar 20 juta pengguna, jadi upaya apapun melalui media sosial akan difokuskan di dalam negeri terlebih dahulu. Dan pesan-pesan berbahasa Inggris dapat juga digunakan untuk menenggelamkan unggahan tentang berita itu.
Bagaimana Jamal Khashoggi terbunuh?
Wartawan berusia 59 tahun itu terakhir terlihat memasuki Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018 untuk mengurus dokumen pernikahannya dengan tunangannya yang berasal dari Turki.
Menurut jaksa Saudi, Khashoggi dibius dengan paksa setelah melawan, sehingga menyebabkan overdosis dan meninggal. Jenazahnya dimutilasi dan diserahkan ke "kolaborator" lokal di luar konsulat, menurut jaksa.
Jenazahnya tak pernah ditemukan.
Rincian soal pembunuhan ini terungkap dalam transkrip audio yang diperoleh intelijen Turki.
Jamal Khashoggi pergi ke konsulat di Istanbul, Turki pada Oktober 2018 untuk mengurus dokumen pernikahan. (Getty Images)
Khashoggi pernah menjadi penasihat pemerintah Saudi dan dekat dengan keluarga kerajaan, namun hubungan itu renggang dan dia tinggal di pengasingan di AS pada 2017.
Di AS, ia menulis kolom sebulan sekali di Washington Post dan mengkritik kebijakan MBS.
Dalam kolom pertamanya, Khashoggi mengatakan ia takut akan ditahan dalam upaya Saudi mengejar penentang MBS di luar negeri.
Di kolom terakhirnya, ia mengkritik keterlibatan Saudi dalam konflik Yaman.
(nvc/nvc)