China dan AS saling tuding satu sama lain terkait perubahan iklim. (Reuters)
Ketegangan antara China dan AS berlangsung pada beragam isu, termasuk perubahan iklim dan lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada September, AS merilis daftar "pelanggaran" lingkungan oleh China.
Sebagai tanggapan, China mengeluarkan laporannya sendiri, yang merinci "kerusakan lingkungan" AS.
- Kiprah generasi muda yang bergerak mengatasi perubahan iklim
- Perubahan Iklim: Dekade terakhir menjadi rekor terpanas
- Pemanasan global picu tren kebakaran hutan California, menurut studi
Emisi CO2
China mengklaim kumulasi emisi CO2 dari AS sekitar tiga kali dari emisi CO2 China.
Sejak 1750 (ketika emisi dianggap hampir nol) hingga akhir 2018, China menghasilkan sekitar 210,20 miliar ton CO2, menurut Our World in Data, yang menghimpun statistik dari berbagai negara.
Sementara AS memproduksi 404,77 miliar ton CO2 pada periode yang sama.
Dan dalam beberapa tahun terakhir, emisi karbon AS mengalami tren penurunan - seiring dengan peralihan dari energi batubara ke gas alam dan energi terbarukan.
BBC
AS mengklaim total emisi terkait energi dari China dua kali lipat dari AS dan hampir sepertiga dari semua emisi global.
Emisi China per tahun kini sekitar dua kali lipat dari AS, menurut data PBB.
Dan tahun lalu, China berkontribusi sekitar sepertiga dari emisi CO2 global sementara AS menghasilkan 13%.
Penebangan liar dan deforestasi
China mengklaim penebangan liar dan deforestasi "merajalela" di AS.
Namun, organisasi lingkungan World Wildlife Fund (WWF) mengatakan penebangan liar tidak "menyebar luas" di AS.
Dan AS juga tidak termasuk dalam 10 negara teratas yang memiliki rata-rata kehilangan luas hutan tahunan antara 2010 dan 2020, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO).
Tetapi sebagai pengguna kayu terbesar di dunia, permintaan AS akan kayu tropis sebagian dapat mendorong tingginya tingkat pembalakan liar di bagian lain dunia, menurut WWF.
- Penelitian: Perubahan iklim 'terlalu cepat' bagi sejumlah spesies
- Perubahan iklim: gagal menangani pemanasan global adalah tindakan 'bunuh diri'
- Perempuan yang menjadi saksi pelelehan gletser akibat perubahan iklim
Pada 2008, AS memperketat undang-undang tentang impor produk dari kayu yang ditebang secara ilegal.
Dan sebuah kajian pada 2015 mengatakan sejak aturan itu diberlakukan, telah terjadi "penurunan substansial" dalam impor ilegal.
Tapi studi itu menambahkan kayu dalam volume besar terus diimpor dari "sumber yang kemungkinan ilegal".
Dan pada 2019, Badan Investigasi Lingkungan yang berbasis di AS melaporkan kayu yang bersumber secara ilegal dari Afrika Barat masih ditemukan dalam produk kayu yang dijual di AS.
AS mengklaim: "China adalah konsumen produk kayu ilegal terbesar di dunia."
Dan, menurut penelitian, itu benar.
Deforestasi global telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir (Getty Images)
Badan Investigasi Lingkungan mengatakan: "Sumber [kayu] China dalam skala besar berasal dari wilayah berisiko tinggi [di dunia] berarti bahwa sebagian besar kayu dan produk kayu impornya diambil secara ilegal."
Sebuah penelitian oleh Global Witness tahun lalu mengatakan bahwa ada tingkat ilegalitas yang "mengkhawatirkan" di negara-negara yang menjadi sumber 80% kayu China.
Pada Desember 2019, China memperketat regulasinya dengan melarang perusahaan China membeli "kayu dari sumber yang ilegal".
Namun belum jelas apa dampak dari regulasi ini terhadap penurunan kayu ilegal dari luar negeri.
Ekspor sampah plastik
China mengklaim: "AS adalah pengekspor limbah padat terbesar di dunia dan konsumen utama plastik dalam istilah per kapita. "
Reuters
Plastik adalah komponen utama limbah padat.
Dan AS telah mengirim 662,244 ton limbah padat ke negara-negara lain pada 2019.
Namun Jepang dan Jerman mengirimkan lebih dari banyak pada tahun yang sama, menurut data PBB.
Ekspor limbah plastik AS menurun sejak 2018, terutama karena sejumlah negara, termasuk China, telah melarang impor limbah plastik.
AS mengklaim: "China adalah penghasil dan pengekspor produk plastik terbesar" dan penyumbang sampah plastik laut terbesar.
Bank Dunia mengonfirmasi bahwa China adalah penghasil plastik terbesar, sekitar sepertiga dari plastik yang dihasilkan di seluruh dunia.
Tetapi itu sebagian besar disebabkan oleh volume barang yang diproduksi dan diekspor China secara keseluruhan.
- Limbah plastik bisa dimanfaatkan menjadi bahan bangunan, bagaimana caranya?
- Seberapa besar ancaman bahaya plastik di danau dan sungai?
- Negara mana saja yang mengekspor kembali sampah plastik?
Sebuah studi yang dipublikasikan tahun ini, menggunakan data terbaru, sejak 2016 memperlihatkan AS dan negara lain masih menghasilkan lebih banyak limbah plastik per kapita.
"AS memiliki 4% populasi penduduk, tapi negara itu memproduksi 17% sampah plastik," tulis studi tersebut.
Namun China, dan negara-negara lain di Asia, adalah penyumbang utama sampah plastik di laut.
Sekitar 80% plastik di laut berasal dari sumber-sumber di daratan.
Dan Sungai Yangtze di China diyakini merupakan sumber utama, bersama dengan sungai-sungai lain di wilayah Asia.
Tahun lalu, Kementerian Lingkungan China, melaporkan sekitar 27% peningkatan jumlah limbah plastik yang ditemukan di perairannya pada 2018.
Rata-rata, 24 kilogram limbah ditemukan mengapung di setiap 1.000 m2 perairan.
Dan lebih dari 88% dari jumlah itu adalah plastik.
Laporan oleh Wanyuan Song, Pratik Jakhar, Upasana Bhat and Shruti Menon
BBC
(ita/ita)