Perusahaan raksasa farmasi Amerika Serikat, Pfizer, dan mitra mereka dari Jerman, BioNTech, mengklaim vaksin virus Corona yang mereka kembangkan bisa mencegah lebih dari 90% relawan dari terinfeksi COVID-19.
Para pengembang mengatakan penemuan awal tersebut sebagai "hari yang luar biasa untuk sains dan kemanusiaan".
Vaksin itu telah diuji pada 43.500 orang di enam negara dan tidak ada masalah serius pada fase akhir uji coba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pfizer dan BioNTech mengatakan akan segera meminta persetujuan dari pihak berwenang di Amerika untuk dipakai secara darurat pada akhir November.
Selain vaksin Pfizer dan BioNTech, belum ada vaksin lainnya yang terbukti sangat efektif dalam waktu sesingkat itu.
Walau masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam tahap-tahap selanjutnya, pengumuman mengenai vaksin itu disambut gembira oleh para ilmuwan. Beberapa bahkan memperkirakan kehidupan dapat kembali normal pada musim semi tahun depan.
"Saya mungkin orang pertama yang mengatakan itu, tapi saya akan mengatakannya dengan yakin," kata Sir John Bell, profesor regius bidang kedokteran di Universitas Oxford.
- Indonesia targetkan impor vaksin pada Desember, relawan: 'uji klinis belum selesai kok sudah pesan vaksin jadi?'
- Uji coba vaksin Oxford berlanjut setelah kematian seorang relawan di Brasil
- WHO peringatkan 'tak ada solusi sederhana' dalam pengembangan vaksin Covid-19
Seberapa efektif vaksin?
Di samping pengobatan yang baik, vaksin dipandang sebagai cara terbaik untuk membawa masyarakat keluar dari pembatasan-pembatasan akibat COVID-19.
Data menunjukkan vaksin itu perlu diberikan dalam dua dosis dengan jarak tiga minggu.
Uji coba yang telah dilaksanakan di Amerika Serikat, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, dan Turki menunjukkan tingkat pencegahan infeksi hingga 90% dapat dicapai tujuh hari setelah dosis kedua.
Namun, data itu bukan merupakan hasil analisis akhir karena hanya didasarkan pada 94 relawan pertama yang punya gejala COVID-19, sehingga tingkat efektivitas vaksin masih mungkin berubah ketika hasil yang lengkap telah dianalisis.
Direktur eksekutif Pfizer, Albert Bourla, mengatakan: "Kami berada satu langkah lebih dekat untuk menyediakan orang-orang di seluruh dunia dengan terobosan yang sangat dibutuhkan untuk membantu mengakhiri krisis kesehatan global ini."
Ugur Sahin, salah satu pendiri BioNTech, menggambarkan hasil penemuan sebagai "tonggak sejarah".
Kapan vaksin akan tersedia?
Sejumlah orang mungkin mendapatkan vaksin tersebut tahun ini.
Pfizer dan BioNTech mengatakan mereka akan memiliki data keamanan vaksin yang memadai pada pekan ketiga November untuk dibawa ke pihak berwenang.
Sebelum disetujui, negara-negara belum diperbolehkan untuk memulai program vaksinasi.
Pfizer dan BioNTech mengatakan, begitu mendapat persetujuan, mereka bisa menyediakan hingga 50 juta dosis tahun ini dan 1,3 miliar dosis tahun depan. Setiap orang membutuhkan dua dosis.
Inggris diperkirakan akan mendapatkan 10 juta dosis pada akhir tahun, ditambah 30 juta dosis yang sudah dipesan.
Siapa yang akan mendapatkannya?
Tidak semua orang akan mendapatkan vaksin secara langsung dan setiap negara akan memutuskan siapa yang harus diprioritaskan.
Pekerja di rumah sakit dan panti wreda akan termasuk dalam daftar prioritas karena lingkungan pekerjaan mereka, serta kelompok lansia yang paling berisiko terkena penyakit parah.
Inggris kemungkinan akan memprioritaskan orang-orang lanjut usia di panti jompo dan mereka yang bekerja di sana.
Namun keputusan akhir belum dibuat, karena hal itu akan tergantung pada seberapa baik vaksin itu bekerja pada tiap kelompok usia dan bagaimana virus menyebar.
Orang yang berusia di bawah 50 tahun dan tidak memiliki masalah kesehatan kemungkinan besar berada dalam antrean terakhir.
Apakah ada potensi masalah?
Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab karena ini hanya data sementara.
Tidak diketahui apakah vaksin dapat menghentikan seseorang menyebarkan virus atau hanya mencegah seseorang mengidap gejala. Atau bahkan, efektif bagi orang lanjut usia yang rentan tertular.
Pertanyaan terbesar - berapa lama kekebalan bertahan - akan membutuhkan waktu berbulan-bulan atau mungkin bertahun-tahun untuk dijawab.
Ada juga tantangan manufaktur dan logistik yang masif dalam upaya imunisasi berskala besar, karena vaksin harus disimpan di ruang penyimpanan sangat dingin pada suhu di bawah minus 80 derajat Celsius.
Sejauh ini vaksin tersebut tampaknya aman saat diuji coba dalam skala besar, tetapi tidak ada obat yang 100% aman, termasuk paracetamol.
Bagaimana cara kerjanya?
Ada sekitar selusin vaksin dalam tahap akhir pengujian - yang dikenal sebagai uji coba fase 3 - tetapi vaksin ini adalah yang pertama menunjukkan hasil.
Vaksin ini menggunakan pendekatan yang sepenuhnya eksperimental - dengan menyuntikkan bagian dari kode genetik virus - untuk melatih sistem kekebalan.
Uji coba sebelumnya telah menunjukkan vaksin melatih tubuh untuk membuat kedua antibodi - dan bagian lain dari sistem kekebalan yang disebut sel-T untuk melawan virus Corona.
BBC
Bagaimana reaksi publik terhadap vaksin?
Kepala penasihat medis Inggris, Chris Whitty, mengatakan hasil tersebut menunjukkan "kekuatan sains" dan merupakan "dukungan terhadap optimisme" untuk tahun 2021.
Presiden terpilih AS Joe Biden mengatakan hasil uji coba ini adalah "berita bagus".
"Penting juga untuk dipahami bahwa akhir pertempuran melawan COVID-19 masih beberapa bulan lagi," tambahnya.
Juru bicara resmi Perdana Menteri Inggris mengatakan hasilnya "menjanjikan" dan bahwa "Layanan Kesehatan Nasional siap untuk memulai program vaksinasi bagi mereka yang paling berisiko begitu vaksin COVID-19 tersedia".
Profesor Peter Horby, dari Universitas Oxford, berkata: "Berita ini membuat saya tersenyum lebar."
"Sungguh melegakan... perjalanan masih panjang sebelum vaksin mulai membuat perbedaan nyata, tapi bagi saya ini terasa seperti momen yang menentukan."
(nvc/nvc)