Kepolisian Austria melancarkan serangkaian razia dan menangkap 14 orang setelah seorang pria bersenjata membunuh empat individu di pusat Kota Wina, pada Senin (02/11).
Pria berusia 20 tahun itu ditembak mati oleh polisi saat dia memberondong pejalan kaki menggunakan senjata api. Aparat Austria menyebutnya sebagai "teroris Islam" yang dibebaskan dari penjara pada Desember 2019 lalu.
Keamanan sempat diperketat di ibu kota Austria ketika kepolisian memburu sejumlah pelaku lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, aparat kini meyakini pelaku bertindak sendirian.
Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan empat orang yang meninggal dunia terdiri dari seorang perempuan lanjut usia, pria lanjut usia, pria muda, dan seorang pelayan restoran. Sebanyak 22 orang lainnya luka-luka.
Salah satu perempuan merupakan warga negara Jerman, sebut Kementerian Luar Negeri Austria.
- Sekularisme, karikatur Nabi Muhammad, 'separatisme Islam', sikap Macron dan tiga serangan teror di Prancis dalam sebulan
- Serangan di Prancis: Nice berduka setelah tiga orang ditikam, satunya 'nyaris terpenggal', keamanan diperketat
- Seruan boikot produk Prancis muncul di Indonesia, pengamat ekonomi: dampaknya 'tidak signifikan'
Dalam konferensi pers, Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer mengatakan tiada indikasi penyerang kedua terlibat, meskipun dugaan itu tidak bisa dikesampingkan.
Polisi masih menyelidiki 20.000 telepon seluler guna mencari tahu seluk-seluk penyerangan tersebut.
Kanselir Austria Sebastian Kurz mengatakan serangan itu didorong oleh "kebencian atas cara hidup kita, demokrasi kita." Sebelumnya ia menyebut serangan itu merupakan "serangan teror yang menjijikkan."
Austria tengah berhadapan bukan dalam pertempuran antara Kristen dan Muslim, katanya, namun "antara peradaban dan barbarisme."
Kelompok ISIS mengklaim dalam saluran propaganda online bahwa mereka berada di balik serangan, namun tidak menyediakan bukti.
AFPKepolisian memburu tersangka setelah serangan yang disebut dilakukan oleh "teroris Islamis."
Dalam konferensi pers, Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer mengatakan pria bersenjata lengkap yang dibunuh polisi merupakan simpatisan kelompok yang menyebut diri negara Islam atau ISIS.
Rumahnya telah digeledah dan ditemukan materi video. Kepolisian mencuit dia mengenakan sabuk peledak palsu.
Salah satu lokasi penembakan berada dekat sinagoga, tapi belum jelas apakah tempat ibadah orang Yahudi itu menjadi sasaran serangan.
Kepolisian telah menutup sebuah area yang luas di kota dalam upaya pencarian pelaku penembakan.
Peristiwa ini terjadi beberapa jam sebelum Austria memberlakukan aturan nasional guna menghentikan penularan virus corona. Banyak warga tengah bersenang-senang di restoran dan bar sebelum tempat-tempat itu tutup hingga akhir November.
Sejumlah pemimpin di Eropa mengecam penembakan tersebut. Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan dirinya "sangat tersentak oleh serangan-serangan mengerikan ini".
Polisi di seputar lokasi serangan pada Senin malam (02/11). (Getty Images)
Apa yang kita ketahui tentang serangan ini?
Kepolisian mengatakan insiden dimulai pukul 20:00 waktu setempat dekat Sinagoga Seitenstettengasse, tempat ibadah utama umat Yahudi di Wina. Kala itu seorang pria bersenjata lengkap melepaskan tembakan ke arah orang-orang di luar kafe dan restoran.
Pasukan khusus Austria tiba tak lama kemudian di lokasi kejadian. Seorang polisi ditembak dan mengalami luka kritis. Kemudian tersangka penyerang, yang bersenjata senapan otomatis, sepucuk pistol, dan parang "dilumpuhkan" pada pukul 20:09, menurut keterangan polisi.
Pemimpin Komunitas Yahudi, Oskar Deutsch, mengunggah cuitan bahwa sinagoga sudah ditutup saat serangan terjadi.
Operasi besar polisi sedang berlangsung di Wina menyusul serangan yang terjadi pada Senin malam (Reuters)
Korban luka mencakup seorang petugas keamanan yang menjaga sinagoga, demikian dilaporkan surat kabar Kronen Zeitung.
Hal lainnya yang juga diketahui, seorang petugas polisi yang mengalami luka tembak oleh pelaku telah diselamatkan dua orang keturunan Turki.
"Saya pegang kakinya, dan dia memegang bagian bahunya. Polisi tentu saja ada di sana juga, dan membantu. Kami dengan cepat menggotongnya ke ambulans," kata Mikail zen, seorang pegiat seni bela diri campuran kepada jurnalis.
Menteri Dalam Negeri, Karl Nehammer, mengatakan 14 orang yang diduga terkait dengan pelaku penyerangan telah ditangkap di wilayah Wina, kota St Plten, dan kota Linz.
Dua warga Swiss, pria berusia 18 dan 24 tahun - juga ditangkap di Winterthur dekat Zurich lantaran diduga terkait dengan pelaku penyerangan.
BBC
Sebuah tayangan video yang diunggah di media sosial menunjukkan orang-orang berlarian di jalanan saat suara tembakan meletus.
Seorang saksi mata bernama Chris Zao mengaku dirinya berada di sebuah restoran dekat lokasi penembakan.
"Kami mendengar bunyi bising seperti petasan. Kami mendengar sekitar 20 hingga 30 kali dan kami pikir itu suara tembakan sungguhan. Kami melihat
sejumlah ambulans...berjajar. Ada beberapa korban. Sedihnya, kami juga melihat sesosok tubuh terbaring di jalan," kata Zhao kepada BBC.
Saat operasi anti-teror besar mulai beraksi, polisi mendesak orang-orang untuk menghindari area tersebut dan tidak menggunakan transportasi publik. Penghalang jalan dipasang di sekitar pusat kota.
Kepolisian di Republik Ceko yang bertetangga dengan Austria mengatakan mereka melakukan pemeriksaan secara acak di perbatasan wilayah Austria di tengah kekhawatiran para pelaku penembakan akan melintasi negara.
Pelaku berpose dengan senjata-senjatanya sebelum melakukan serangan, kata Kementerian Dalam Negeri Austria. (Reuters)
Siapa pria pelaku penyerangan bersenjata?
Menteri Dalam Negeri, Karl Nehammer, menggambarkan pria bersenjata yang dituduh melakukan serangan sebagai "teroris berhaluan Islam" bernama Kujtim Fejzulai.
Ia pernah dipenjara selama 22 bulan pada April 2019 karena berusaha pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS.
Kujtim Fejzulai dibebaskan awal Desember dengan syarat yang lebih lunak untuk anak muda, setelah meyakinkan pihak berwenang bahwa dia tak lagi punya pandangan garis keras, kata Nehammer.
Ia orang asli Macedonia Utara, tapi memiliki berkewarganegaraan ganda yaitu Austria dan Macedonia. Dia juga mengunggah sebuah foto di media sosial yang menunjukkan dirinya mengangkat senjata sebelum serangan terjadi, kata Nehammer.
Kepolisian menggeledah rumahnya dan menyita sejumlah materi video. Selain memiliki senjata api kategori berat, dia juga menggunakan sabuk bom palsu, kata polisi.
Nehammer mengatakan Kujtim melepaskan tembakan dengan senapan serbu pendek Kalashnikov. Ia juga membawa parang dan sebuah pistol.
Bulan lalu, guru sejarah Samuel Paty dipenggal di luar sekolah, di pinggiran kota Paris oleh pemuda Chechnya, yang tewas ditembak polisi.
Di saat pemerintah Prancis meluncurkan langkah-langkah baru untuk menangani milisi Islam garis keras, seorang pemuda Tunisia melakukan serangan menggunakan pisau terhadap tiga orang di sebuah katedral di Nice.
Serangan terburuk ISIS di Eropa terjadi beberapa tahun lalu pada November 2015, ketika pria bersenjata membunuh 130 orang di Paris.
Serangan teroris lainnya di Eropa
Oktober 2019: Operator komputer kepolisian yang berpaham radikal, Mickal Harpon, ditembak mati setelah menikam tiga petugas dan seorang pekerja sipil hingga tewas di markas kepolisian Paris.
Maret 2019: Empat orang tewas dan dua cedera berat karena serangan pria bersenjata di sebuah tram di kota Utrecht, Belanda.
Agustus 2017: Sebuah mobil van menyerang pejalanan kaki di Barcelona, dan serangan lainnya di kota pesisir Catalan, Cambrils. Sebanyak 16 orang tewas, lebih dari 130 lainnya terluka.
Seperti apa reaksi dari para pemimpin di Eropa?
Di Twitter, Kurz mengatakan, "kami mengalami masa yang sulit di republik kami".
"Polisi kami akan bertindak tegas terhadap pelaku serangan teroris yang mengerikan ini. Kami tidak akan pernah membiarkan diri kami diintimidasi oleh terorisme," katanya.
Polisi Austria berjaga dan menutup sejumlah ruas jalan di dekat Schwedenplatz di Wina (Reuters)
Para pemimpin Eropa mengutuk keras serangan ini. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa Eropa tidak boleh "menyerah" dalam menghadapi serangan-serangan.
"Kami rakyat Prancis berbagi keterkejutan dan kesedihan dengan rakyat Austria, malam ini, dengan sebuah serangan di pusat kota, Wina. Setelah Prancis, teman kita juga diserang. Ini adalah Eropa kita. Musuh kita harus tahu siapa yang sedang mereka hadapi," katanya.
Tiga orang tewas dalam sebuah serangan dengan pisau di sebuah gereja di kota Nice, Prancis, pekan lalu yang disebut Macron sebagai "serangan teroris Islamis".
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson juga mengunggah cuitan dukungan untuk warga Wina. Ia mengatakan "sangat terkejut dengan serangan yang mengerikan".
"Inggris bersama rakyat Austria - kami bersatu bersamamu untuk melawan teror," katanya.
Presiden Dewan Eropa, Charles Michel menyebut ini sebagai tindakan pengecut yang mencederai nilai-nilai dan kehidupan manusia.
(ita/ita)