Sejumlah tempat pemungutan suara pemilihan presiden Amerika Serikat yang memperhadapkan petahana Donald Trump dan kandidat Partai Demokrat, Joe Biden, telah ditutup.
Warga Amerika Serikat berduyun-duyun menuju tempat pemungutan suara untuk memilih presiden dalam pemilu yang paling memecah-belah rakyatnya dalam puluhan tahun terakhir.
Jumlah orang-orang yang menggunakan hak suara mereka ditengarai memecahkan rekor dalam pemilihan umum kali ini. Kertas-kertas suara berdatangan dari para pemilih yang memilih lebih dulu alias early voting ditambah para pemilih yang antre memilih pada 3 November.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Pilpres AS: Apa yang dimaksud dengan electoral college?
- Pemilu Amerika Serikat dari kacamata orang Indonesia di Negeri Paman Sam
- Trump atau Biden, siapa capres AS yang lebih menguntungkan Indonesia?
- Kalah atau menang, Trump telah mengubah dunia
Para pemilih antre di luar sebuah SMA yang dijadikan sebagai tempat pemungutan suara di Kentucky, AS, pada 3 November 2020 (EPA)
Di sejumlah TPS, warga antre sejak dini hari untuk mencoblos dengan pilihan petahana dari Partai Republik, Donald Trump dan penantangnya Joe Biden dari Partai Demokrat.
TPS dibuat di sejumlah tempat termasuk sekolah-sekolah dan perpustakaan.
Shinta, seorang warga AS asal Indonesia, mengatakan banyak pemilih yang antre sejak pagi di Philadephia, tempatnya bermukim.
"Banyak sekali para pemilih yang sudah antre dari jam 7 pagi, bahkan sudah ada yang antre dari jam 5 atau 6 pagi. Mereka memang antusias ya untuk memilih kandidatnya masing-masing," kata Shinta kepada BBC News Indonesia.
Click here to see the BBC interactive
Profesor Michael McDonald dari Universitas Florida, yang menekuni pemilihan awal, mengatakan Oregon menjadi negara bagian kelima di AS yang jumlah suaranya melampaui total suara pada pemilu 2016.
Keempat negara bagian lainnya adalah Texas, Hawaii, Montana, dan Washington.
Hawaii, Oregon, dan Washington bukanlah negara bagian yang dianggap sebagai penentu dalam pemilu, namun sebagaimana dilaporkan wartawan BBC di AS, Laura Trevelyan, rekor jumlah suara tersebut menandakan warga ingin didengar.
Antrean di Hilsboro, Virginia. (EPA)
Memilih lebih dulu
Secara keseluruhan, lebih dari 100 juta orang telah memilih lebih dulu, indikasi bahwa pemilu kali ini akan memiliki partisipasi terbanyak dalam satu abad.
Nina (50)bukan nama sebenarnya adalah warga AS asal Jawa Timur, Indonesia.
Dia menyaksikan di Negara Bagian Oklahoma bahwa sebagian warga telah memilih lebih dulu alias early voting.
"Sehari yang lalu, warga sampai nunggu sekitar dua-tiga jam antrenya untuk early voting. Tahun ini, lebih dari 50% warga yang pergi early voting dari pada yang election day-nya. Empat tahun lalu nggak, tahun ini saja," kata Nina kepada BBC News Indonesia.
Nina mengatakan fenomena ini boleh jadi berkaitan dengan pemilu yang banyak disebut-sebut sebagai 'pemilu paling memecah belah'.
"Mungkin karena calonnya cuma si Trump sama Biden. Sebagian orang kepingin Trump bertahan, sebagian orang itu capek dengan retorika Trump memecah belah. Jadi cepat-cepat get out dari White House," katanya.
Di Columbus, Ohio, Datu, seorang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Ohio State University, mengatakan banyak rekannya yang merupakan warga AS memilih untuk early voting.
"Mereka sangat antusias dalam pemilu kali ini. Mereka sudah memilih sebelum 3 November," ujarnya kepada BBC News Indonesia.
Getty Images
Kedua calon presiden menghabiskan waktu-waktu terakhir kampanye di negara-negara bagian kunci.
Donald Trump, 74 tahun, berusaha agar tidak menjadi presiden petahana pertama yang gagal memenangkan periode kedua sejak George HW Bush pada 1992.
Setelah maraton berkampanye selama beberapa hari menjelang pemilihan presiden, Trump kembali ke Gedung Putih; sementara Biden ke Scranton, Pennsylvania, rumah masa kecilnya dan juga basis Partai Demokrat di Philadelphia.
Saat ditanya mengenai rencananya, Trump mengaku belum punya persiapan.
"Tidak, saya belum memikirkan pidato kekalahan atau pidato penerimaan. Mudah-mudahan kita hanya akan melakukan salah satu dari dua itu dan, Anda tahu, menang itu mudah, kalah tidak pernah mudah. Bukan untuk saya, bukan untuk saya," ujar Trump.
Di sisi lain, Joe Biden, capres dari Partai Demokrat, mengaku dirinya "penuh harapan".
Akan tetapi, Biden tidak mau menjabarkan rencananya jika hasil tidak diumumkan pada 3 November.
"Ada begitu banyak hak yang berlangsung saat iniKita lihat nanti," kata Biden.
"Jika ada sesuatu untuk dibicarakan mengenai malam ini, saya akan berbicara. Jika tidak, saya akan menunggu sampai kertas suara dihitung keesokan hari," lanjutnya.
Jajak pendapat nasional menunjukkan bahwa Biden unggul namun persaingannya dengan Trump di sejumlah negara bagian penting lebih ketat dan dapat menentukan hasil pemilu ini.
Masyarakat antisipasi kerusuhan
Getty ImagesToko-toko ditutup papan untuk mengantisipasi kemungkinan rusuh.
Sejumlah pemilik bisnis di Amerika Serikat menutup jendela-jendela dengan papan dan bersiap kemungkinan terjadinya kerusuhan pasca pemilu.
Di Philadelphia, Shinta, seorang warga AS asal Indonesia, menyaksikan sejumlah toko memasang papan sebagai langkah antisipasi.
"Kalau mungkin terjadi kerusuhan dan mungkin protes dan lain sebagainya setelah pemilu, memang beberapa bisnis di pusta kota memang memasang papan-papan untuk menjaga toko-toko dan bisnis mereka," kata Shinta kepada BBC News Indonesia.
Ritel Saks 5th Avenue dan Nordstrom, serta jaringan farmasi CVS termasuk toko-toko yang mengambil tindakan jaga-jaga dengan menutup jendela kaca dengan papan.
Walmart mengatakan pekan lalu mereka untuk sementara menarik senjata dan amunisi dari rak pajangan di ribuan jaringan supermarket itu di Amerika Serikat.
Walmart mengatakan khawatir terjadinya kerusuhan. Sehari kemudian, mereka mencabut keputusan itu.
Polisi di Rodeo Drive, Los Angeles, pertokoan terkenal di Berverly Hills, California, ditutup pada Selasa (03/11).
Harus menang 270 suara dalam "electoral college"
EPAPetugas pemilu memeriksa kertas suara di Los Angeles.
Untuk menjadi presiden terpilih, seorang calon harus memenangkan paling sedikit 270 suara elektoral dalam sistem yang disebut electoral college.
Setiap negara bagian di AS diberi jatah suara tertentu berdasarkan jumlah penduduk. Secara total ada 538 suara untuk diperebutkan.
Sistem ini memungkinkan seorang calon menang dalam perolehan suara secara nasional, seperti Hillary Clinton pada 2016 - namun kalah dalam pemilu karena kalah dalam electoral college.
Pemilu pada 3 November ini diselenggarakan di tengah pandemi virus corona.
Amerika Serikat mencatat kasus dan kematan tertinggi di seluruh dunia, dengan jumlah kasus harian mencapai 84.000 pada Senin (02/11).
Kampanye terakhir Trump dan Biden menjelang pemilu
Pada Senin (02/11), Presiden Trump berkeliling ke empat negara bagian kunci.
Di North Carolina, Trump mengatakan kepada para pendukungnya, "tahun depan akan menjadi tahun terhebat dalam sejarah ekonomi negara kita."
Getty ImagesTrump berpidato di bandara Fayetteville Regional Airport, North Carolina.
Perekonomian Amerika mencatat pertumbuhan 33% dalam kuartal terakhir tahun ini, menyusul kontraksi 31% dalam kwartal kedua di tengah krisis akibat virus corona.
Pakar ekonomi memperingatkan anjloknya perekonomian Amerika Serikat dalam tingkat terparah selama lebih dari 80 tahun, akan perlu waktu untuk diperbaiki.
Setelah North Carolina, Trump menuju ke Scranton, Pennsylvania, kota tempat penantangnya tinggal sampai berusia 10 tahun.
Dalam kampanye di kota itu, ia mengingatkan pendukungnya bahwa ia menang di negara bagian itu pada 2016, walaupun jajak pendapat menunjukkan ia akan kalah waktu itu.
Biden juga berkunjung ke Pennsylvania dan didampingi oleh penyanyi Lady Gaga di Pittsburgh.
Musisi John Legend mendanmpingi calon wakil presiden Kamala Harris.
Di Ohio, Biden mengulangi pesan penting dalam kampanyenya dengan mengatakan kepada pemilih bahwa pemilu itu terkait dengan jiwa Amerika.
Ia mengatakan sudah saatnya Trump "berkemas dengan koper-kopernya" dan mengatakan, "kita sudah lelah dengan cuitannya, kemarahan, kebencian, kegagalan dan, tidak bertanggung jawab."
BBC
Pada hari kampany terakhir Senin (02/11) Trump juga berkampanye di Traverse City, Michigan, dan Kenosha, Wisconsin. Kenosha diguncang kerusuhan Agustus lalu setelah polisi menembak seorang pria kulit hitam.
Di Traverse City, ia meminta dukungan dari warga kulit hitam Amerika.
Trump kemudian menuju Grand Rapids, Michigan untuk kampanye terakhir, kota terakhir yang sama yang ia singgahi dalam pemilu 2016.
Trump dan tim kampanyenya telah mengatakan akan menuntut dan mencegah negara bagian penting Pennsylvania menghitung suara dari pos, tiga hari setelah pemilu.
Mahkamah Agung AS telah mengizinkan pengadilan untuk memperpanjang batas waktu namun sejumlah hakim konservatif mengatakan kasus itu masih mungkin dipertimbangkan lagi setelah pemilihan presiden.
Kasus legal terkait hasil pemilu juga mulai terjadi di Minnesota, North Carolina dan Texas.
Apakah hasil dapat diketahui pada malam pemilu?
Getty Images
Diiperlukan beberapa hari untuk menghitung hasil pemilihan presiden Amerika Serikat, namun biasanya cukup jelas siapa pemenang pada dini hari keesokan harinya.
Pada 2016, Donald Trump tampil di New York pada sekitar pukul 03:00 pagi waktu setempat untuk menyampaikan pidato kemenangan di depan para pendukungnya.
Namun dalam pemilu kali ini, para pejabat telah memperingatkan hasilnya mungkin lebih lama, mungkin berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu karena lonjakan tajam dalam surat suara yang dikirim lewat pos.
Terakhir kali hasil tak begitu jelas sampai setelah pemilu adalah pada 2000. Pemenangnya baru dipastikan oleh Mahkamah Agung satu bulan kemudian.
Trump akan menjadi tuan rumah pada malam pemilu di dalam Gedung Putih dengan sekitar 400 tamu yang diundang.
Sementara sekitar 10.000 pengunjuk rasa diperkirakan akan berkumpul Selasa (03/11) malam di Black Lives Matter Plaza dan di taman tidak jauh dari Gedung Putih, menurut CBS News.
Biden dan Harris akan menyaksikan hasil pemilu di daerah asal calon wakil presiden itu di Wilmington, Delaware.
(ita/ita)