Kemarahan masyarakat Brasil meledak setelah identitas korban perkosaan berusia 10 tahun dipublikasikan secara daring.
Nama anak perempuan itu diunggah kelompok penentang aborsi. Mereka berupaya keras agar bocah itu batal menjalani proses pengguguran janin.
Setelah mengunggah nama anak itu di media sosial, para penentang aborsi itu berkumpul di depan rumah sakit, tempat anak itu diagendakan menjalani proses medis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anak perempuan itu hamil setelah diperkosa. Kepolisian Brasil, Rabu (18/08), menangkap seorang laki-laki yang diduga pelaku kejahatan tersebut.
- 'Sederhana, waktu sempit', alasan DPR kembali tunda RUU Kekerasan Seksual, padahal tren kekerasan terhadap perempuan meningkat
- Pelecehan seksual di ruang publik: 'Saya membawa trauma itu setiap hari'
- Para pria korban Reynhard Sinaga alami 'trauma berlipat': 'Beberapa marah, tertekan, dan meminta kami pergi'
Kasus perkosaan ini memicu kemarahan publik Brasil. Seorang hakim di pengadilan setempat meminta Google, Facebook, dan Twitter menghapus identitas anak perempuan itu dari situs mereka.
Hakim bernama Samuel Miranda Gocalves Soares itu mengeluarkan putusan pengadilan bahwa tiga perusahaan teknologi itu harus menghapus nama bocah tersebut dalam 24 jam setelah vonis diambil.
Jika tak menjalankan putusan itu, Google, Facebook, dan Twitter diwajibkan membayar denda sebesar US$9.000 atau Rp132 juta per hari.
Brasil menerapkan ketentuan yang ketat mengenai aborsi. Tindakan medis itu dikecualikan untuk korban pemerkosaan, terutama jika nyawanya terancam akibat kehamilan maupun saat proses melahirkan.
Pengecualian juga diberlakukan bila anak yang akan dilahirkan berpotensi memiliki kelainan tengkorak kepala maupun otak.
Sementara anak perempuan usia 10 tahun korban pemerkosaan itu telah mendapatkan izin sah untuk menjalani aborsi, namun sebuah gerakan tetap berupaya mencegahnya dengan menggelar unjuk rasa di rumah sakit.
Mereka meneriakkan yel-yel dan menyebut petugas medis sebagai 'pembunuh'. Kelompok antiaborsi tersebut sempat menghalangi petugas medis masuk ke rumah sakit sebelum polisi militer membubarkan demonstrasi.
Anak yang menjadi korban pemerkosaan itu dibawa ke rumah sakit secara diam-diam. Dia ditempatkan di bagasi mobil. Saat tiba di rumah sakit, dia dimasukkan melalui pintu samping.
Kronologi ini dirilis kelompok pendukung aborsi.
Koresponden BBC untuk wilayah Amerika Selatan, Katy Watson, menyebut identitas personal anak itu dipublikasi oleh Sara Giromini. Perempuan yang juga dikenal sebagai Sara Winter itu merupakan aktivis gerakan sayap kanan.
Belum jelas apakah Sara akan menghadapi ancaman pidana akibat perbuatannya itu. Namun pakar hukum yang diwawancarai BBC News Brasil berkata, Sara bisa dituduh memicu perbuatan aksi kekerasan.
Sara Giromini adalah pimpinan gerakan bertajuk 'Os 300 do Brasil'. Itu adalah milisi sipil sayap kanan yang mendukung Presiden Jair Bolsonaro.
Sara sempat menjalani penahanan singkat Juni lalu atas tuduhan menggelar aksi antidemokrasi di kota Brasilia. Ketika itu dia memimpin pawai obor menuju kantor Mahkamah Agung.
Tonton juga video 'Ada Pameran Baju Terakhir Korban Pemerkosaan di Belgia':