Kuasa hukum George Floyd mengatakan dalam kebaktian di Minneapolis bahwa "pandemi rasisme dan diskriminasi" menyebabkan kematian kliennya, bukan virus Corona - wabah yang menelan korban meninggal lebih dari 108.000 orang sampai Jumat (05/06).
Ratusan orang yang hadir dalam kebaktian pada Kamis (04/06) waktu setempat atau Jumat (05/06) dini hari WIB mengheningkan cipta selama delapan menit dan 46 detik, durasi Floyd ditangkap dan ditekan lehernya oleh polisi Minneapolis.
Kematian Floyd - yang terekam di video - menyebabkan kemarahan dan memicu gelombang protes di banyak kota di berbagai penjuru Amerika Serikat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu tak jauh dari tempat kebaktian, tiga polisi dikenai dakwaan membantu dan bersekongkol dalam menyebabkan meninggalnya Floyd.
- Momen 30 menit terakhir hidup George Floyd yang berujung pada kematian, bermula dari laporan dugaan pemalsuan uang
- Kematian George Floyd: Mengapa demonstrasi damai bisa berubah menjadi kerusuhan
- Dakwaan baru bagi empat polisi yang terlibat dalam pembunuhan George Floyd
Dari kiri: Derek Chauvin, Tou Thao, J. Alexander Kueng, Thomas Lane (Minneapolis police)
Seorang polisi lain, Derek Chauvin, polisi yang menekan leher Floyd dengan lututnya, telah dikenai dakwaan pembunuhan dan akan hadir di pengadilan pada Senin (08/06).
Pengacara Floyd, Benjamin Crump, mengatakan "bukan pandemi virus Corona yang membunuh George Floyd."
"Namun pandemi lain, pandemi rasisme dan diskriminasi," cetusnya.
- Kasus George Floyd 'dijadikan momentum menyuarakan kasus Papua', pemerintah sebut 'tak tepat disamakan'
- Unjuk rasa George Floyd: Video-video menyesatkan dan teori konspirasi yang menyebar di dunia maya
- 'Pandemi rasisme' menjadi penyebab kematian George Floyd, aktivis hak sipil serukan saatnya 'mengubah sistem peradilan'
Siapakah George Floyd?
Keponakan George Floyd Brandon memeluk sepupu Floyd Shareeduh Tate di kebaktian. (Getty Images)
Tonton juga 'Ikut Demo Kematian George Floyd, PM Kanada Berlutut':
Sebelum gambar George Floyd yang ditekan lehernya oleh polisi beredar luas dan menyebabkan kemarahan di berbagai penjuru Amerika Serikat, kehidupannya naik turun.
Saat remaja di Houston, ia sempat bermain untuk sepak bola Amerika dan ikut dalam kejuaraan negara bagian pada 1992. Saat itu, dia turut menyumbangkan gelar juara bagi sekolah menengahnya, Yates High School Lions.
Ada juga sisi kelamnya, yaitu pada saat ia ditahan karena perampokan pada 2007 dan dipenjara selama lima tahun.
Namun sebagian besar hidupnya, Floyd - seperti orang lain di Amerika - mencoba untuk mendapatkan hidup yang lebih baik baik dari sisi pribadi ataupun dalam komunitasnya.
Kematiannya di tengah krisis kesehatan dengan korban meninggal lebih dari 100.000 orang dan kehancuran ekonomi Amerika dengan lebih dari 40 juta orang menganggur, menjadi pemicu unjuk rasa yang menyebar di berbagai penjuru AS.
Click here to see the BBC interactive
(nvc/nvc)