Pengacara: 'Pandemi Rasisme, Bukan Pandemi Corona' yang Bunuh George Floyd

Pengacara: 'Pandemi Rasisme, Bukan Pandemi Corona' yang Bunuh George Floyd

BBC Indonesia - detikNews
Sabtu, 06 Jun 2020 11:39 WIB
Lukisan Floyd di dinding di Berlin, Jerman. (AFP)
Minneapolis -

Kuasa hukum George Floyd mengatakan dalam kebaktian di Minneapolis bahwa "pandemi rasisme dan diskriminasi" menyebabkan kematian kliennya, bukan virus Corona - wabah yang menelan korban meninggal lebih dari 108.000 orang sampai Jumat (05/06).

Ratusan orang yang hadir dalam kebaktian pada Kamis (04/06) waktu setempat atau Jumat (05/06) dini hari WIB mengheningkan cipta selama delapan menit dan 46 detik, durasi Floyd ditangkap dan ditekan lehernya oleh polisi Minneapolis.

Kematian Floyd - yang terekam di video - menyebabkan kemarahan dan memicu gelombang protes di banyak kota di berbagai penjuru Amerika Serikat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu tak jauh dari tempat kebaktian, tiga polisi dikenai dakwaan membantu dan bersekongkol dalam menyebabkan meninggalnya Floyd.

Derek Chauvin, Tou Thao, J. Alexander Kueng, Thomas Lane

ADVERTISEMENT

Dari kiri: Derek Chauvin, Tou Thao, J. Alexander Kueng, Thomas Lane (Minneapolis police)

Seorang polisi lain, Derek Chauvin, polisi yang menekan leher Floyd dengan lututnya, telah dikenai dakwaan pembunuhan dan akan hadir di pengadilan pada Senin (08/06).

Pengacara Floyd, Benjamin Crump, mengatakan "bukan pandemi virus Corona yang membunuh George Floyd."

"Namun pandemi lain, pandemi rasisme dan diskriminasi," cetusnya.

Siapakah George Floyd?

Keponakan George Floyd Brandon memeluk sepupu Floyd Shareeduh Tate di kebaktian.

Keponakan George Floyd Brandon memeluk sepupu Floyd Shareeduh Tate di kebaktian. (Getty Images)

Tonton juga 'Ikut Demo Kematian George Floyd, PM Kanada Berlutut':

[Gambas:Video 20detik]

Sebelum gambar George Floyd yang ditekan lehernya oleh polisi beredar luas dan menyebabkan kemarahan di berbagai penjuru Amerika Serikat, kehidupannya naik turun.

Saat remaja di Houston, ia sempat bermain untuk sepak bola Amerika dan ikut dalam kejuaraan negara bagian pada 1992. Saat itu, dia turut menyumbangkan gelar juara bagi sekolah menengahnya, Yates High School Lions.

Ada juga sisi kelamnya, yaitu pada saat ia ditahan karena perampokan pada 2007 dan dipenjara selama lima tahun.

Namun sebagian besar hidupnya, Floyd - seperti orang lain di Amerika - mencoba untuk mendapatkan hidup yang lebih baik baik dari sisi pribadi ataupun dalam komunitasnya.

Kematiannya di tengah krisis kesehatan dengan korban meninggal lebih dari 100.000 orang dan kehancuran ekonomi Amerika dengan lebih dari 40 juta orang menganggur, menjadi pemicu unjuk rasa yang menyebar di berbagai penjuru AS.

Click here to see the BBC interactive

(nvc/nvc)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads