Seorang perempuan di Argentina menulis surat kepada pihak berwenang untuk membantu membebaskan pembunuh putranya dari penjara selama pandemi virus corona. Diketahui si pembunuh putranya ini memiliki penyakit asma yang bisa membahayakan nyawanya selama masa pandemi.
Sebelumnya, pada bulan Februari, Silvia Ontivero, menghubungi beberapa pejabat pengadilan, mendesak permintaan pembebasan bersyarat si pembunuh ditolak.
Namun, dia mengatakan krisis yang terjadi belakangan ini membuatnya berpikir ulang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
- Virus corona: Penjara-penjara AS lepaskan ratusan napi untuk cegah Covid-19 menyebar
- Ancaman virus corona di penjara berjejal El Salvador: Ditahan selama 24 jam, sel padat terancam 'bom waktu' Covid-19
- Penjara di El Salvador: 'Tidak ada sinar matahari' untuk para narapidana kekerasan geng'
"Saya memang marah. Saya memang menyimpan kebencian. Namun saya tidak pernah berharap dia mati," tulisnya dalam sebuah surat terbuka.
Pada hari Selasa (28/4), Presiden Argentina Alberto Fernndez mendukung rencana untuk melindungi para tahanan dengan memindahkan mereka menjadi tahanan rumah jika memungkinkan.
Kerusuhan terjadi di penjara-penjara di seluruh negara tersebut dalam beberapa pekan terakhir, di tengah kekhawatiran bahwa virus itu dapat menyebar dengan cepat di dalam ruang-ruang yang penuh sesak dan sanitasi yang buruk.
Keputusan presiden tersebut telah menimbulkan kontroversi, beberapa kalangan khawatir peradilan dibatalkan, sementara yang lain bersikeras harus lebuh banyak lagi napi yang dibebaskan.
Kerusuhan pecah di penjara Villa Devoto di Buenos Aires pekan ini setelah dua narapidana meninggal terpapar virus corona. (Getty Images)
Putra Silvia Ontivero, Alejo Hunau, dibunuh di kota Andean, Mendoza pada tahun 2004.
Diego Arduino dijatuhi hukuman 16 tahun karena tindak kejahatan tersebut.
Dalam surat terbuka yang dirilis kepada pers setempat, Ontivero mengatakan setelah berpikir keras dan panjang, akhirnya dia mendukung gagasan soal tahanan rumah.
"Kami bicara tentang sesuatu yang berbeda sekarang. Pandemi. Ada banyak penjara yang sesak dipenuhi orang-orang dan saya dapat membayangkan ketakutan yang dirasakan para penghuni di dalamnya," tulisnya.
Dia juga mengatakan kepada situs berita TN bahwa membiarkan si pembunuh berada dalam penjara akan menjadi sebuah hukuman mati, yang selalu dia tentang.
Ontivero sendiri pernah menjadi seorang tahanan politik selama tujuh tahun selama kediktatoran militer negara itu, yang berlangsung dari tahun 1976 hingga 1983.
Sebelumnya dia mengatakan selama ditahan dia banyak waktu untuk merenung dan dia ingin memastikan Arduino punya cukup waktu untuk melakukan hal yang sama, dan menjadikan dirinya pria yang lebih baik, itulah sebabnya dari awal dia menentang Arduino dibebaskan lebih awal.
Putranya adalah seorang jurnalis dan penasihat pemerintah Mendoza.
Dia tewas di apartemennya, setelah dipukul dengan sebuah botol anggur.
Pada hari Senin (27/4), kerusuhan pecah di sebuah penjara di ibukota Peru, Lima, yang menewaskan sembilan orang. Pihak berwenang di rutan mengatakan aksi tersebut merupakan upaya para tahanan untuk "memfasilitasi pelarian massal" setelah dua tahanan tewas terkena Covid-19.
Komisaris Tinggi HAM PBB Michelle Bachelet, yang juga mantan presiden Chili, menyebut kondisi kebersihan di berbagai rutan Amerika Latin "menyedihkan" dan menyerukan agar para napi yang tidak begitu berbahaya dibebaskan.
Chile dan Kolombia telah membebaskan ribuan tahanan karena pandemi yang terjadi. Pekan lalu, Senat Meksiko menyetujui langkah untuk mengambil tindakan serupa.
Meski begitu El Salvador telah mengambil langkah yang tak kalah ekstrem, bersikeras para gangster yang dihukum mengambil keuntungan dari pandemi.
Pada hari Rabu (29/4), kontroversi lebih lanjut terjadi di Argentina, setelah Carlos Capdevila, dokter yang dipidana karena kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk diantara para napi yang menjadi tahanan rumah.
Seorang hakim mengatakan napi berusia 70 tahun, yang bekerja di pusat penahanan Esma yang terkenal selama masa kediktatoran, berisiko terpapar virus corona karena "tekanan darah tinggi, kanker prostat, dan kesulitan motorik".
(ita/ita)