Mengenakan masker bedah untuk mencegah penularan suatu penyakit sangat populer di banyak negara di dunia, terutama di China yang tengah dilanda wabah virus corona.
Sedemikian tingginya permintaan masker, China dan Jepang mengalami kekurangan pasokan.
Untuk mengatasinya, perusahaan elektronik raksasa dari Jepang, Sharp, akan mengalihfungsikan pabrik televisinya untuk membuat masker.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa ruangan pabrik Sharp di Jepang yang memiliki standar kebersihan tinggi akan digunakan sebagai tempat produksi sekitar 150.000 masker perhari dalam beberapa minggu ke depan.
Perusahaan induknya, Foxconn, telah lebih dulu melakukan hal yang sama di China. Foxconn memproduksi masker untuk digunakan para pekerja saat mereka bekerja membuat komponen iPhone.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, sebelumnya telah berjanji bahwa 600 juta masker akan tersedia setiap bulan.
- Virus corona: Seperti apa gejala Covid-19 dan berapa persen tingkat kematian sejauh ini
- Menghadapi Covid-19: Indonesia persingkat prosedur, Malaysia bersiap 'yang terburuk'
- Virus corona: Mungkinkah terinfeksi tapi tidak sakit?
Apakah masker bedah dapat mencegah masyarakat terpapar virus?
Masker-masker bedah yang dikenal khalayak saat ini pertama kali diperkenalkan ke berbagai rumah sakit pada akhir abad ke-18, namun belum dirilis ke publik sampai akhirnya wabah flu melanda Spanyol pada 1919 yang menewaskan lebih dari 50 juta orang.
Akan tetapi, para ahli memperingatkan bahwa jenis masker itu, yang biasa digunakan oleh staf medis saat melakukan tindakan operasi, tidak mampu melindungi diri dari potensi tertular infeksi virus corona melalui udara.
Masker 'bedah' itu disebut hanya cukup mampu melindungi diri dari tetesan besar dan semprotan, namun tidak terbukti untuk menyaring udara secara efektif.
"Masker TIDAK efektif dalam melindungi masyarakat umum terpapar virus corona. Namun, jika penyedia layanan kesehatan tidak mampu menyediakan masker untuk pasien yang sakit, maka itu akan membahayakan komunitas kita!" cuit ahli bedah umum Jerome Adams di Twitter.
Warga Jepang menggunakan masker untuk melindungi diri dari potensi terpapar virus corona. (Reuters)
Dr Jake Dunning, yang mengepalai unit penyakit menular di Lembaga Kesehatan Masyarakat, Inggris, mengatakan: "Meski ada persepsi bahwa pemakaian masker wajah mungkin berguna, namun buktinya sangat kecil bahwa ada faedah luas di luar tataran klinis."
Ia mengatakan masker wajah harus dipakai dengan benar, sering diganti, dan dibuang dengan aman. Akan lebih baik jika orang-orang memperhatikan dan menjaga kebersihan tangan mereka, kata Dr. Dunning.
Sebuah penelitian tahun 2016 dari New South Wales, Australia, menyebutkan orang-orang menyentuh wajah mereka sekitar 23 kali dalam satu jam.
Dr David Carrington, dari St George's, Universitas London, tampak sepakat.
Dia mengatakan kepada BBC News "masker-masker bedah yang biasa digunakan masyarakat bukan perlindungan yang efektif terhadap virus atau bakteri di udara", yang merupakan cara "sebagian besar virus" ditularkan, karena masker terlalu longgar, tidak memiliki saringan udara, dan tidak melindungi mata kita.
BBC
Apakah pemakaian masker khusus akan lebih efektif?
Respirator atau alat pelindung pernapasan, yang cenderung memiliki filter udara khusus, dirancang khusus untuk melindungi terhadap partikel-partikel udara yang berpotensi berbahaya.
Akan tetapi, selain harga respirator lebih mahal daripada masker biasa, keefektifan alat itu pun dipertanyakan mengingat harus dipasang dengan sempurna dan dipakai terus-menerus.
Jonathan Ball, profesor virologi molekuler di Universitas Nottingham, Inggris mengatakan: "Hasil penelitian yang dilakukan secara saksama menyebutkan, masker wajah sama baiknya dengan respirator atau alat pelindung pernapasan yang dibuat khusus dalam mencegah penularan influenza."
"Namun, ketika Anda melihat studi lain yang melihat keefektifannya dalam populasi umum, datanya kurang menarik - menjadi tantangan untuk memakai pelindung wajah dalam jangka waktu yang lama," tambah Prof Ball.
Dr Connor Bamford, dari Wellcome-Wolfson Institute for Experimental Medicine, di Queen's University Belfast, mengatakan akan jauh lebih efektif jika kita "menerapkan langkah-langkah kebersihan yang sederhana."
"Menutup mulut Anda saat bersin, mencuci tangan, dan tidak meletakkan tangan ke mulut sebelum mencucinya, dapat membantu membatasi risiko tertular virus pernapasan," katanya.
Dia khawatir memakai masker khusus justru akan berdampak negatif.
"Penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan dengan perilaku yang direkomendasikan ini berkurang dari waktu ke waktu ketika memakai masker wajah sudah dilakukan dalam waktu yang lama," tambahnya.
Getty Images
Lantas apa gunanya masker?
Berdasarkan petunjuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), masker dipakai ketika seseorang menangani orang lain yang diduga mengidap Covid-19.
Masker juga dipakai ketika seseorang batuk atau bersin.
Penggunaan masker sejatinya efektif hanya ketika digabungkan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan air atau cairan berbasis alkohol.
Berikut cara penggunaan masker yang disarankan WHO:
1. Sebelum mengenakan masker, bersihkan tangan dengan cairan alkohol atau mencucinya dengan sabun dan air.
2. Tutupi mulut dan hidung dengan masker. Pastikan tidak ada celah antara wajah dan masker.
3. Hindari menyentuh permukaan masker saat menggunakannya. Jika terpaksa menyentuh masker, cuci tangan memakai sabun dan air atau bersihkan dengan cairan alkohol.
4. Begitu masker lembab, segera ganti dengan yang baru dan jangan gunakan kembali masker setelah dipakai.
5. Untuk melepas masker, lepaskan dari belakang (jangan sentuh bagian depan masker). Segera buang masker di tempat sampah tertutup. Kemudian bersihkan tangan dengan sabun dan air atau bersihkan memakai cairan alkohol.
6. Setelah melepas masker atau setiap kali secara tidak sengaja menyentuh masker bekas, cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air atau gunakan cairan alkohol untuk membersihkannya.