Ribuan Yahudi ultra-Ortodoks muda bentrok dengan kelompok perempuan Yahudi liberal pada salah satu situs tersuci Yudaisme, Tembok Ratapan, di Yerusalem.
Puluhan anggota kelompok Women of the Wall yang sedang memperjuangkan hak berdoa, harus dibawa keluar polisi.

Pengunjuk rasa, kebanyakan perempuan, menjawab desakan rabi ultra-Ortodoks untuk mengacaukan peringatan 30 tahun acara tersebut, lapor sejumlah media.
- Menteri pertanian Israel memimpin doa bersama meminta hujan
- Yerusalem: Israel akan membangun 'stasiun Trump' di Tembok Ratapan
- Warga Israel tewas, Palestina dilarang ke kota tua Yerusalem
Sejumlah orang dilaporkan cedera di peristiwa tersebut.
Tembok Ratapan di Kota Tua Jerusalem - sisa dari kompleks Kuil Injil - saat ini memiliki bagian terpisah di mana pria dan perempuan berdoa.

The Jerusalem Post melaporkan 150 anggota kelompok bertemu dengan lebih dari 10.000 perempuan ultra-Ortodoks pada Jumat pagi, saling mengejek.
Sebagian pengunjuk rasa perempuan mengatakan kepada koran Haaretz bahwa mereka dibawa ke sana dengan menggunakan bus oleh sekolah keagamaan mereka untuk menghambat kelompok itu memasuki Tembok Ratapan.
- Marisa Papen, model telanjang di Tembok Ratapan Yerusalem yang memicu kemarahan
- Polisi Israel tahan wanita karena pakai selendang
- Pria Yahudi tewas ditembak di dekat Tembok Ratapan

"Saat berdoa, friksi terjadi antar para jemaat, termasuk Women of the Wall, dalam bentuk menyumpah dan berbagai komentar," kata polisi.
Lewat sebuah cuitan, Women of the Wall mengatakan dua anggotanya harus dirawat karena kejadian itu. Kelompok tersebut kemudian dikawal ke bagian lain tembok yang memungkinkan jemaat non-tradisional berdoa.
- Dari perusakan memorial hingga kuburan, kasus kebencian terhadap umat Yahudi terus berlanjut di Eropa
- Lebih dari 100 naskah Einstein yang tak diketahui sebelumnya dipamerkan di Yerusalem
- Ketika penyembelihan hewan dan sunat menyatukan umat Yahudi dan Muslim Eropa

Koran Haaretz melaporkan ratusan laki-laki ultra-Ortodoks juga berusaha menembus barikade polisi untuk memasuki kelompok perempuan, tetapi polisi berhasil mendorong kembali mereka.
Polisi mengatakan mereka telah menangkap satu pria yang berusaha menyerang perwira polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rabbi Tembok Barat, Shmuel Rabinowitz, meminta kedua pihak untuk tenang "menjaga Tembok Ratapan sebagai tempat persatuan dan bukannya perpecahan."

Selama 30 tahun, kelompok Women of the Wall berjuang menentang peraturan yang melarang perempaun mengenakan skarf doa, berdoa dan membaca Taurat bersama-sama dengan suara keras di tempat itu.

Menurut tradisi Yahudi Ortodoks, perempuan seharusnya tidak melakukan ritus keagamaan ini.
Karena tekanan partai ultra-Ortodoks, pemerintah Israel pada tahun 2017 menghapus rencana membuat tempat berdoa semua jenis kelamin di tembok.
(zak/zak)