Pernyataan Paus Fransiskus mengemuka dalam kunjungannya ke Timur Tengah. Diperkirakan ini merupakan pertama kalinya pemimpin Gereja Katolik Roma tersebut mengakui pelecehan seksual yang dilakukan pastor terhadap biarawati.
- Imam Besar Al-Azhar: 'Rangkul saudara dan saudari Kristen, jangan gunakan istilah minoritas'
- Surat Paus Fransiskus kepada 'Hamba Tuhan': Mengecam pelecehan seks oleh pastor
- Ratusan pastor di AS 'melecehkan ribuan anak'
- 'Pastor memaksa kami berenang telanjang dan dia menyentuh kami'
Menurutnya, pihak gereja mengetahui kasus-kasus ini dan tengah "berupaya mengatasinya".
"Ini adalah jalur yang kami sedang tempuh," ujarnya.
"Paus Benediktus punya keberanian untuk membubarkan ordo kesusteran yang pada tahap tertentu karena perbudakan perempuan terjadi di situ tergolong perbudakan, bahkan hingga perbudakan seks yang dilakukan pastor atau pendirinya," kata Paus Fransiskus merujuk pendahulunya.
Pria kelahiran Argentina itu mengatakan masalah tersebut masih terjadi, tapi utamanya di "jemaat tertentu, khususnya yang baru-baru dan lebih banyak di wilayah tertentu ketimbang wilayah lainnya".
Bulan lalu, organisasi kesusteran dunia yang bernaung di bawah Gereja Katolik mengecam "budaya bungkam dan kerahasiaan" yang mencegah mereka berbicara lantang.
Kemudian, beberapa hari lalu, majalah perempuan Vatikan, Women Church World, mengecam pelecehan itu yang dalam sejumlah kasus membuat biarawati-biarawati terpaksa mengaborsi janin hasil hubungan dengan pastor. Padahal tindakan aborsi dilarang Gereja Katolik.
Majalah itu juga menyebut bahwa gerakan #MeToo memungkinkan lebih banyak perempuan bersuara menceritakan kisah mereka.
(ita/ita)