Makan Siang Sederhana Ini Jadi Kunci Kekayaan Norwegia?

Makan Siang Sederhana Ini Jadi Kunci Kekayaan Norwegia?

BBC Karangan Khas - detikNews
Sabtu, 05 Jan 2019 12:26 WIB
Oslo -

Mungkin kita semua bisa belajar sesuatu dari 'matpakke' atau makan siang ala Norwegia.

Setiap harinya di Norwegia, terjadi sesuatu yang aneh. Keanehan ini dimulai pada 11:30, dan tanda-tandanya adalah bunyi gemeresak kertas dari dasar tas atau ransel. Tak berapa lama kemudian, orang-orang mulai mengambil paket persegi, yang rapi dibungkus dengan kertas minyak.

Beberapa bungkusan ini ada yang dilengkapi pesan unik, seperti 'ha' en god dag!' - 'semoga harimu baik!' - di atasnya. Ada yang diikat tali.

Fenomena ini terlihat di mana-mana - di kantor-kantor, sekolah, angkutan umum, bahkan mereka yang tengah hiking di dekat fjord penuh es. Jika ada satu hal yang bisa Anda pastikan, semua bungkusan ini akan berisi roti isi yang sederhana. Dan jika roti ini dibuat dengan benar, maka roti ini akan kering, tak berasa dan berwarna beige.

"Di Norwegia, Anda tak sepatutnya menunggu waktu makan siang," kata Ronald Sagatun, yang bekerja di periklanan dan membawakan kanal YouTube tentang budaya Norwegia. "Ini soal ketertiban. Roti ini mudah dibuat, mudah dibawa, mudah dimakan, dan ini harus mengecewakan."

Jika karyawan Inggris sibuk saat jam makan siang, mengantre di kafe, dan menghabiskan uang untuk membeli salad berisi makanan super serta roti isi gaya deli, atau malah tak makan sama sekali, orang Norwegia mengatur makan siang mereka. Setiap pagi, sejak beberapa dekade lalu, mereka menyiapkan bekal makan siang.

Seiris tradisi

'Matpakke', atau diucapkan 'maadpukke', dengan penekanan pada 'e', terbuat dari tiga atau empat potongan tipis roti gandum, dengan lapisan daging, ikan, atau keju di tiap helainya (ini arti populer dari kata itu, meski begitu 'matpakke' bisa berarti makanan apa pun yang disiapkan untuk dimakan di luar rumah).

Kini matpakke bukan hanya roti isi; tapi ini merupakan identitas nasional dan kebanggaan budaya.

Negara Skandinavia ini sangat produktif dan punya salah satu tingkat PDB tertinggi di dunia.
Negara Skandinavia ini sangat produktif dan punya salah satu tingkat PDB tertinggi di dunia. (Getty Images)

Sebagian besar anak-anak di Norwegia membawa bekal ini ke sekolah dan orang dewasa pun melanjutkan kebiasaan ini sepanjang mereka bekerja.

Menurut Helge Vidar Holm, seorang pensiunan yang mempelajari sastra Prancis di University of Bergen, matpakke adalah aspek pertama dalam budaya Norwegia yang dipelajari oleh mahasiswa asing saat mereka pertama datang ke negara itu. "Ada beberapa, kata pertama yang mereka pelajari, sebelum terima kasih, mereka belajar mengucapkan 'matpakke'," katanya.

Tradisi ini bermula ada 1930an dengan Sarapan Oslo. Saat itu, Norwegia masih miskin dan program pemerintah ini ditujukan agar semua anak sekolah bisa mendapat makan gratis.

Proyek ini sukses dan ditiru di seluruh dunia. Kemudian orang tua mengambil alih tanggung jawab ini dan makan siang berubah jadi matpakke bukan hanya untuk anak-anak, tapi juga dinikmati oleh orang tua, terlepas dari apakah mereka dokter, pelajar, atau pekerja bangunan.

"Seperti kebanyakan orang Norwegia, saya makan matpakke setiap hari saat bekerja," kata Holm. "Itu adalah cara Norwegia dan ini unik, karena tidak sama dengan di Swedia atau Denmark, Eslandia atau Finlandia. Ini adalah tradisi yang sangat Norwegia."

Kunci produktivitas

Norwegia adalah negara kaya dengan salah satu PDB per kapita tertinggi dunia. Sebagian disebabkan oleh cadangan minyak di Laut Utara, tapi juga karena produktivitas negara itu.

Menurut laporan dari Expert Market, pada 2016, bangsa ini adalah yang paling produktif di Eropa Utara. Sementara itu, di Inggris, hasil produktivitas per jamnya belum bisa bangkit dari krisis ekonomi 2008. Laporan yang sama juga menunjukkan bahwa produktivitas di Norwegia tumbuh 9%, sementara di Inggris semakin turun 7%.

Apakah negara lain bisa belajar dari budaya matpakke yang sederhana?

Satu keuntungan utama dari tradisi ini adalah istirahat makan siang menjadi lebih efisien. Di Norwegia, pekerja hanya diberi waktu makan siang 30 menit, terlepas dari siapa mereka bekerja.

Meski kedengarannya ketat, namun aturan ini penting; Norwegia adalah negara dengan salah satu jam kerja terpendek di dunia, rata-rata 38,5 jam per minggu dan banyak karyawan yang pulang jam tiga siang.

"Jika istirahatmu lebih lama, maka jam kerjamu lebih panjang," kata Holm. "Dan karena kami berada di negara yang panjang (secara geografis), maka kami mengalami malam-malam dingin yang lebih panjang, jadi lebih baik kami mengakhiri hari kerja sebelum matahari terbenam dan langit gelap."

Hal ini sangat berbeda di Inggris. Selain angkatan kerja di Inggris yang melambat, negara ini juga memiliki salah satu jam kerja terpanjang di Eropa, sekitar 42,3 jam per minggu.

Jika sehari mereka bekerja delapan jam, maka angka 42,3 jam kerja per minggu berarti lebih dari tiga minggu per tahun dibandingkan Norwegia.

Rata-rata, pekerja di Inggris bekerja selama empat jam lebih panjang dibanding pekerja di Norwegia.
Rata-rata, pekerja di Inggris bekerja selama empat jam lebih panjang dibanding pekerja di Norwegia. (Getty Images)

"Bukan berarti kami lebih pintar, tapi pemikiran kami adalah, jika kami bekerja, maka kami hanya bekerja. Kami tak menghabiskan banyak waktu berbicara dengan kolega lain, atau makan. Saya lebih banyak melakukan itu saat di luar negeri," kata Holm.

Matpakke menjadi penting karena ini berarti para pekerja bisa menggunakan seluruh waktunya untuk beristirahat.

"Ini sangat mudah, jika Anda tak menghabiskan waktu membuatnya, dan dalam 10 menit Anda bisa mengecek HP atau ngobrol dengan kolega," kata Sagatun.

"Ini pendekatan yang lebih praktis terhadap makanan. Kesannya, 'OK, jangan menghabiskan waktu!'."

Menurut Mira Rutter, seorang pelatih produktivitas di London, efisiensi ini adalah sesuatu yang harus kita capai.

"Sebelum saya memulai bisnis, saya bekerja di sebuah perusahaan manajemen investasi dan kekayaan, dan saya akan melihat orang mengantri saat makan siang. Lalu mereka makan di meja, yang sebenarnya tidak sehat," katanya.

"Saya orang yang sangat mendorong makan yang lebih berhati-hati, membiarkan mata Anda beristirahat, kemudian berjalan-jalan. Beristirahat dengan lebih sadar adalah hal yang baik, Anda bisa menjadi lebih efektif di siang hari."

Tak bergizi

Meski matpakke membantu mempersingkat waktu, namun makanan ini lebih bermasalah di sisi nutrisi. Kebiasaan ini berakar dari upaya memperbaiki gizi anak-anak Norwegia, namun versi modernnya bukanlah makanan yang sehat.

Pertama, basisnya harus terbuat dari roti coklat yang membosankan; artinya hanya roti dengan pemrosesan tinggi yang dijual di supermarket yang memenuhi syarat.

Untuk isinya, biasanya adalah keju, biasanya berwarna coklat dengan titik-titik embun yang terbuat dari krim dan susu kambing, dikenal dengan 'brunost'.

Keju ini punya titik leleh yang luar biasa rendah, sehingga berkeringat di suhu ruangan - dan mudah terbakar (keju ini menjadi headline dunia pada 2013 ketika sebuah truk yang mengangkutnya terbakar dan tak padam selama lima hari).

Opsi lain termasuk keju dari tube atau pte dari hati.

"Pte-nya tak seperti yang Anda temui di negara Nordik lain," kata Sagatun. "Rasanya lebih hambar dan tak terlalu segar. Anda bisa menyimpannya bertahun-tahun."

Sagatun menyebut beberapa kesalahan yang mungkin muncul, seperti menumpuk isi roti atau menggunakan lebih dari tiga atau empat roti.

"Harus sesuai dengan apa yang Anda butuhkan saat lapar, tapi tidak lebih dari itu," katanya.

Selain itu, tabu untuk menambah salad atau potongan daging asap. Dan untuk menghindari tatapan tajam dari para kolega, mereka yang ingin mengisi rotinya dengan sesuatu yang lebih mewah bisa mencoba ikan makerel dalam saus tomat atau caviar dari ikan cod asal datangnya dari kaleng atau tube.

Menurut Sagatun, "hanya itu varian paling eksotis yang dibolehkan".

Salah satu elemen penting dalam matpakke adalah tambahan mellomleggspapir atau kertas antar-lapisan persegi berukuran sama dengan roti; ini nantinya bisa dikelupas saat Anda makan lapisan roti. Makan siang ini biasanya ditemani dengan termos teh atau kopi panas.

Namun terlepas dari apa yang Anda taruh dalam matpakke, ada beberapa hal lain yang bisa kita pelajari dari budaya makan siang Norwegia. Menurut Holm, jarang ada yang tak makan siang, dan orang akan makan siang pada jam yang sama setiap hari.

Dan kebetulan, aturan pertama dalam meningkatkan produktivitas kerja, seperti disampaikan oleh banyak pengajar produktivitas dan muncul di buku-buku peningkatan diri: tetapkan rutinitas harian Anda. Belum banyak penelitian ilmiah soal strategi ini, tapi cara ini digunakan oleh orang-orang sukses, dari pengusaha miliarder Richard Branson sampai penulis Harry Potter, J.K. Rowling.

Idenya adalah untuk membangun struktur dalam hari Anda, dengan menyediakan waktu khusus untuk aktivitas penting, seperti makan dan berolahraga.

Cara ini diyakini bisa membantu untuk mengerjakan lebih banyak tugas-tugas tapi juga mengurangi stres; menerapkan rutinitas harian juga digunakan untuk merawat gangguan bipolar. Di Norwegia, orang menerapkan langkah ini satu tingkat lebih ekstrem, dengan memakan makanan yang sama setiap harinya.

Menurut para pakar produktivitas, dengan mengambil istirahat yang jelas, bukan makan siang yang dimakan terburu-buru di meja, akan membuat orang bekerja lebih efektif.
Menurut para pakar produktivitas, dengan mengambil istirahat yang jelas, bukan makan siang yang dimakan terburu-buru di meja, akan membuat orang bekerja lebih efektif. (Getty Images)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sagutan pun merasa terkejut, karena meski kantornya menyediakan makan siang hangat setiap harinya dan punya chef Italia, koleganya lebih sering membawa matpakke mereka sendiri.

"Atau kadang-kadang kami mengajak, oke, mari makan pasta untuk makan siang, lalu orang Norwegia di antrean akan mulai memotong roti," katanya.

"Mereka akan menaruh pasta di atasnya, seperti matpakke. Mereka bilang, 'Tidak, tidak, saya tidak akan merasa saya sudah makan siang jika belum makan roti'."

Pilihan makanan

Dan pada akhirnya, matpakke bisa membantu pekerja menghindari kesulitan mengambil keputusan.

Mungkin ini kedengarannya remeh, tapi ada bukti yang menunjukkan bahwa setiap keputusan yang kita ambil bisa mempengaruhi kesehatan mental kita, dan pada akhirnya, semakin sore, semakin kita mengambil keputusan yang buruk.

Dalam beberapa profesi, seperti kedokteran, ini bisa berdampak fatal.

Satu strategi untuk mengatasi ini adalah dengan menghindari mengambil keputusan yang tidak penting dengan mengambil keputusan yang sama setiap harinya.

Contohnya, CEO Facebook Mark Zuckerberg yang dilaporkan selalu memakai pakaian yang sama setiap harinya ke tempat kerja - kaus abu-abu dan celana jins.

Presiden AS Barack Obama pun juga selalu mengenakan setelan biru atau abu-abu. Dan dengan makan makan siang yang sama setiap hari, maka berkurang satu keputusan yang harus diambil oleh angkatan kerja Norwegia yang super-produktif.

"Menghindari kelelahan mengambil keputusan adalah hal penting, dan saya selalu menyarankan pada klien saya untuk menghindari hal ini dengan perencanaan lebih lanjut," kata pelatih produktivitas Rutter. "Menyiapkan makan siang bisa membantu."

Sulit membayangkan orang-orang di seluruh dunia akan suka makan kaviar dari tube atau pte yang hambar dan sudah lama. Namun kebiasaan makan siang Norwegia punya banyak keuntungan. Dan mungkin kita bisa menjajal roti isi paling mengecewakan di dunia ini.

Anda bisa membaca versi asli tulisan ini di The Norwegian art of packed lunch di laman BBC Capital

(ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads