Perkembangan ini dicapai dengan melakukan rekayasa genetika untuk mengembangkan sistem reproduksi tanpa peranan jantan.
Para ilmuwan mengatakan sistem "bimaternal" atau dua ibu ini dapat menghasilkan tikus yang sehat dan tikus yang sudah dewasa ini juga dapat memproduksi anak sendiri.
- Ganja 540 kg raib dimakan tikus, kata polisi Argentina, dan polisinya dipecat
- Gajah-gajah yang stres karena dikejar dan diusir manusia
- Kepulauan Sundarbans yang dipenuhi 'harimau pemangsa manusia'
Namun penelitian dengan menggunakan dua tikus jantan gagal dan bayi tikus yang dihasilkan mati beberapa hari setelah lahir.
Mengapa hal ini diuji coba?Para peneliti mengatakan mereka mencoba mencari jawaban mengapa makhluk hidup melakukan hubungan seksual.
Mamalia, termasuk manusia, dapat memproduksi bayi melalui reproduksi seksual, melalui sel telur perempuan dan sperma dari pria.
Namun mahkluk hidup lain ada yang berkembang biak tanpa hubungan seksual. Ini berlaku pada jenis ikan betina, reptil, ampibi dan juga jenis burung tertentu.
Ada jenis burung "perawan" yang dapat memproduksi anak burung dengan spesies seperti ini disebut dalam istilah ilmiah parthenogenesis.

Tujuan para ilmuwan Cina ini adalah untuk meneliti sistem reproduksi seperti apa yang perlu mereka lakukan agar tikus dapat bereproduksi melalui induk sesama jenis.
"Penelitian ini sangat menarik...mereka mencoba untuk menyelidiki apa yang terjadi pada kalkun," kata profesor Robin Lovell-Badge dari Francis Crick Institute, Inggris.
Ya, kalkun juga dapat bereproduksi tanpa kawin.
Jadi apa yang dilakukan oleh para ilmuwan?
Secara singkat apa yang mereka lakukan adalah penelitian yang sangat canggih.
Para peneliti mengambil sel telur dari salah satu tikus dan satu sel khusus, sel inti embrio dari tikus betina lain.
Kedua sel mengandung hanya setengah dari sel genetik atau DNA namun menyatukan dua sel ini tak cukup.
Peneliti harus menggunakan teknologi yang disebut mengubah gen untuk menghapus tiga set gen sehingga dapat dikaitkan.
Penelitian dengan menggunakan dua tikus jantan, lebih rumit.
Yang diambil adalah sperma, sel inti embrio jantan, sel telur dengan informasi genetika tersendiri diangkat dan tujuh jenis gen lain juga dicabut.
Lalu apa yang dipetik dari penelitian ini?Alasan di balik perlunya hubungan seksual dalam proses reproduksi adalah karena DNA manusia berbeda, tergantung dari ibu atau ayah.
Tanpa DNA perempuan dan pria, tak ada reproduksi.
Kesalahan yang terjadi dalam proses genetika ini antara lain menyebabkan penyakit seperti Angelman syndrome.
Dr Wei Li, yang melakukan eksperimen ini mengatakan, "Penelitian ini menunjukkan apa yang mungkin terjadi."
"Apa yang kami saksikan adalah kelainan dalam tikus bimaternal dapat dihilangkan dan reproduksi bipaternal dalam mamalia juga dapat diuji."
Apakah suatu saat bayi bisa lahir dari pasangan sesama jenis?Kalau tikus mungkin saja, tapi kalau manusia jelas tidak.
Dr Teresa Holm dari University of Auckland, Selandia Baru mengatakan ada peluang di masa depan.
"Penelitian ini mungkin akan mengarah ke pengembangan tentang bagaimana pasangan sesama jenis mereproduksi anak mereka," katanya.
Namun ia mengatakan "ada keprihatinan soal masalah etis dan keselamatan yang perlu diatasi."
Hal ini tak akan diizinkan dijalankan sampai para ilmuwan yakin bahwa anak-anak yang dihasilkan sehat secara mental dan fisik.
Sejumlah pihak bahkan meragukan bahwa tikus-tikus yang dihasilkan dari induk sesama jenis ini kondisinya normal.
Dr Lovel-Badge mengatakan kepada BBC, "Bahkan dengan dua ibu, saya tak yakin, tikut-tikus ini normal dan tingkat keberhasilan sangat rendah."
"Ini adalah sesuatu yang saya harap tak akan dipertimbangkan untuk dilakukan."
Jadi apakah di kemudian hari, hubungan seks tak perlu lagi untuk reproduksi?
"Tidak, tidak," kata Lovel-Badge.
Ikuti James melalui Twitter. (ita/ita)