Siapa Andrew Brunson, Pendeta di Tengah-tengah Krisis AS-Turki?

Siapa Andrew Brunson, Pendeta di Tengah-tengah Krisis AS-Turki?

BBC World - detikNews
Sabtu, 13 Okt 2018 10:53 WIB
Pendeta Andrew Brunson ditahan di Turki sejak bulan Oktober 2016 atas tuduhan bekerja sama dengan kelompok 'teroris'. (Getty Images)
Ankara - Seorang pendetaevangelis warga Amerika Serikat dibebaskan oleh pengadilan Turki meskipun dinyatakan bersalah dalam kasus terorisme.

Andrew Brunson - yang kasusnya menimbulkan krisis dalam hubungan antara Turki dan Amerika Serikat - dijatuhi hukuman penjara selama tiga tahun dan satu bulan.

Namun dalam sidang di Izmir, Turki, pada Jumat (12/10), ia dibebaskan karena telah menjalani masa tahanan selama dua tahun.

Dalam sidang itu, tiga saksi yang diajukan penuntut dilaporkan menarik kesaksian mereka.

Brunson menegaskan ia tidak bersalah.

Kisah pendeta

Gereja Kebangkitan di kota pesisir Turki, Izmir, hanyalah sebuah bangunan berwarna kuning di jalan sempit tidak jauh dari dermaga kapal feri.

Terdapat papan tersembunyi yang mewakili jemaat Presbyterian, yang jumlahnya hanya puluhan orang.

Tetapi hari-hari yang penuh kedamaian telah berakhir. Akhir-akhir ini, misa hari Minggu menjadi perhatian para wartawan dunia.

Gereja ini menjadi pusat pertikaian diplomatik paling sengit antara Amerika Serikat dan Turki. Masalah ini dipicu oleh seorang pendeta Amerika yang menurut pemerintah Turki telah melakukan kegiatan terorisme di wilayah Turki.

Penahanan

Sampai dua tahun lalu, Pendeta Andrew Brunson bekerja dengan tenteram di gerejanya, menurut teman-temannya. Dia memimpin jemaat kecil yang dibentuknya di Izmir pada tahun 2010.

Brunson, yang berasal dari North Carolina, pindah ke Turki pada tahun 1993 dengan istrinya Norine. Mereka kemudian membesarkan ketiga anak mereka di sana.

Andrew dan Norine Brunson ditahan, tetapi dia kemudian dibebaskan beberapa hari kemudian.
Norine Brunson sempat ditahan, tetapi dia kemudian dibebaskan beberapa hari kemudian. (Reuters)


Pada tanggal 7 Oktober 2016, pasangan ini dipanggil ke kantor polisi setempat.

Mereka segera mendatangi tempat tersebut, tetapi keduanya langsung ditahan.

Keluarga Brunson ini menjadi bagian dari 50.000 orang yang ditahan di Turki sebagai bagian dari operasi pemerintah menyusul percobaan kudeta bulan Juli 2016 terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Norine Brunson dibebaskan beberapa hari kemudian. Di bulan Desember, pendeta tersebut didakwa "menjadi anggota sebuah organisasi teroris bersenjata" dan dibui.

'Membantu terorisme'

Jaksa mengatakan Brunson terkait dengan dua kelompok yang Turki pandang sebagai "teroris" - jika terbukti bersalah, dia dapat dipenjara sampai 35 tahun.

Brunson dituduh bekerja sama dengan Partai Buruh Kurdistan (PKK), di samping kelompok yang dipimpin ulama di pengasingan Fethullah Gulen - yang dituding melakukan usaha kudeta gagal.

Gulen tinggal di Pennsylvania, AS dan telah menyangkal terlibat dalam usaha kudeta. Turki mendesak AS untuk mengekstradisinya agar dapat didakwa.

Turki mendesak AS mengekstradisi ulama Fethullah Gulen.
Turki mendesak AS mengekstradisi ulama Fethullah Gulen. (Reuters)


Keluarga dan teman-teman Brunson menuduh Turki menggunakan pendeta itu untuk mendapatkan Fethullah Gulen.

Penahanannya membuat pendeta ini menjadi pahlawan di AS. Para jemaat Presbyterian berdoa dan berpuasa untuknya.

Sementara itu Turki mendesak mereka untuk tetap "menghormati proses pengadilan yang dijalankan sesuai dengan prinsip payung hukum."

Sanksi

Pada tanggal 18 Juli, ketika pengadilan Turki memerintahkan Brunson tetap ditahan di penjara sambil menunggu sidang, pemerintah AS menyatakan kemarahannya.

Presiden Donald Trump menggambarkan keputusan tersebut sebagai "memalukan" dan mendesak Presiden Erdogan untuk membebaskan pendeta itu.

"Dia sudah disandera terlalu lama," cuit Trump. "@RT_Erdogan harus melakukan sesuatu untuk membebaskan suami dan ayah beragama Kristen ini. Dia tidak melakukan kesalahan dan keluarganya membutuhkannya."

Pada tanggal 25 Juli, Brunson dijadikan tahanan rumah karena kesehatannya memburuk - keputusan tersebut disambut baik Washington tetapi tetap dipandang tidak cukup.

Tanggal 1 Agustus, Gedung Putih mengumumkan sanksi kepada menteri hukum dan dalam negeri Turki terkait dengan terus ditahannya Brunson.

Tindakan ini diikuti dengan pengumuman Presiden Trump bahwa AS menggandakan tarif atas baja dan aluminium dari Turki.

"Hubungan kami dengan Turki tidak baik saat ini!" cuit presiden AS.

President Trump dan Erdogan pada KTT NATO di Brussels bulan lalu.
Presiden Trump dan Erdogan pada KTT NATO di Brussels bulan lalu. (Reuters)


Krisis parah

Pertikaian antara dua sekutu NATO ini berkembang menjadi krisis serius.

Setelah pengumuman Trump terkait pengenaan tarif baru pada barang Turki, mata uang lira anjlok ke tingkat terendah.

Lira memang sudah menunjukkan pelemahan selama beberapa waktu dan keputusan presiden AS terkait Turki membuatnya terus anjlok.

Sebagai balasan, Presiden Erdogan mengatakan Turki akan memboikot produk elektronika dari AS dan mendesak perusahaan yang berhubungan dengan pemasok Amerika untuk mencari sumber lain.

"Dengan ini saya meminta negara saya, terutama dunia bisnis: reaksi terbaik terhadap keadaan ekonomi adalah memegang kendali," kata pemimpin Turki.

"Kami lebih banyak berproduksi, lebih banyak mengekspor."

Lira segera terimbas sanksi AS, kehilangan nilai sebesar 45% terhadap dolar.
Lira segera terimbas sanksi AS, nilainya anjlok sebesar 45% terhadap dolar. (Reuters)


Perusahaan besar Turki, termasuk Turkish Airlines dan Turk Telekom, menyatakan tidak lagi memasang iklan di media AS.

Tetapi pada tanggal 6 September, pemerintah Turki mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan pergantian jaksa utama dalam sidang kasus Pendeta Brunson.

Isyarat positif

Pengacara pendeta menyambut baik berita itu dengan mengatakan ini dapat dipandang sebagai perubahan positif.

Turki tidak menjelaskan alasan pergantian jaksa, tetapi perubahan jaksa atau hakim di tengah-tengah kasus yang sedang berjalan adalah hal biasa di Turki.

Langkah ini disambut baik Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, yang menyatakan harapan agar Turki segera membebaskan pendeta Amerika itu.

Dalam sidang pada Jumat (12/10), Andrew Brunson, dibebaskan meskipun ia dinyatakan bersalah dalam kasus terorisme.

Sementara Presiden Erdogan mengatakan dirinya "harus mematuhi apapun keputusan yang Turki ambil."

(nvc/nvc)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads