Dia membawa-bawa barang itu sampai ke acara keluarga di rumahnya pada sebuah desa kecil di provinsi Xiangkhouang di utara.
- 'Bom curah' dijatuhkan di desa kekuasaan ISIS
- Penggunaan bom curah semakin meluas di Suriah
- Serangan bom curah 'tewaskan 10 anak'
Barang yang dia perkirakan adalah mainan tersebut sebenarnya adalah bom yang dijatuhkan ke Laos saat serangan udara Amerika Serikat dari tahun 1964 sampai 1973.
Barang tersebut meledak saat pesta berlangsung, menewaskan anak perempuan itu dan melukai 12 orang kerabatnya - termasuk seorang anak umur dua tahun dan orang dewasa berusia 57 tahun.

Peristiwa ini mengingatkan kita tentang jumlah warga sipil - kebanyakan anak-anak - yang meninggal setiap tahunnya karena sisa bom curah yang dijatuhkan pada berbagai daerah perang di dunia.
Meskipun dunia sudah berusaha melarangnya, benda ini masih digunakan di konflik seperti di Suriah dan Yaman sehingga menewaskan ratusan warga sipil.
Kesalahan mematikanBom curah membawa bom yang lebih kecil yang kemudian dilepaskan di udara dan mencapai daratan, menyebar di wilayah yang lebih luas jika dibandingkan dengan satu bom biasa.
Tetapi karena tidak menyasar pada target tertentu, bom ini menyebabkan 99% korbannya warga sipil. Sebagian besar gagal meledak, sehingga membunuh warga sipil jauh setelah bom aslinya dijatuhkan.

Sama seperti ranjau darat, bom ini terutama dianggap berbahaya bagi anak-anak, yang pada umumnya ingin tahu dan mengira benda itu adalah mainan.
Tahun lalu, 289 orang tewas karena serangan bom curah dan ledakan yang terjadi sesudahnya, menurut laporan Cluster Munition Monitor.
Sebagian besar korban adalah di Suriah (187 orang) dan Yaman (54 orang) dimana bom curah masih digunakan secara meluas.
- Inggris izinkan bom curah
- Thailand akui gunakan bom curah
- Militer Israel menyerang 'situs senjata kimia' Suriah
Ini jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, di mana 857 orang tewas hanya di Suriah saja, sehingga membuat jumlah korban keseluruhan berjumlah 971 orang.
Menurut laporan itu, bom kecil 'yang terlupakan' juga membunuh di Kamboja, Irak, Laos, Lebanon, Serbia, Suriah, Vietnam, dan Yaman disamping daerah seperti Nagorno-Karabakh dan Sahara Barat.
Secara rata-rata 36% korban bom curah adalah anak-anak, tetapi 62% korban sisa bom curah adalah anak-anak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Negara paling banyak dibom'
Titus Peachey adalah pihak asing yang berbicara dengan korban selamat ledakan bulan Maret 2017 di Laos.
Dia memimpin kelompok LSM Legacies of War, yang didirikan pada tahun 2004 untuk mencari jalan keluar masalah bom belum meledak yang tersisa setelah pemboman AS terhadap Laos.
Laos merupakan negara yang paling banyak dibom per tahunnya di dunia. Selama Perang Vietnam, Amerika menjatuhkan sekitar 260-270 juta bom disana saat 'perang rahasia' melawan kebangkitan Komunis dilancarkan.

Sekitar sepertiganya gagal meledak dan hanya sebagian kecil yang telah diangkat.
Peachey mengatakan masih terdapat sekitar 75-80 juta bom yang belum meledak di sekitar Laos yang perlu diambil.
Dia mengatakan kepada BBC bahwa saat kunjungan sebelumnya di negara itu, dirinya bertemu seorang pria yang kehilangan dua anak laki-lakinya. Mereka sedang keluar untuk membawa kerbau keluarga dan menemukan sebuah bom yang belum meledak.
Meskipun telah dilakukan berbagai usaha untuk mendidik anak-anak di sekolah tentang risiko bom kecil belum meledak - lewat kampanye, buku bergambar sekolah dan bahkan pertunjukan boneka - kematian tetap terjadi.
Pencemaran
Laporan Cluster Munition tahun 2018 menyebutkan 26 negara dan tiga wilayah lainnya masih dicemari sisa bom curah.
Perhatian khusus terutama diberikan kepada warga sipil di Suriah dan Yaman di mana bom ini tercatat masih digunakan.
Dalam lima tahun terakhir, 77% korban ledakan bom curah curah yang tercatat di dunia terjadi di Suriah, di mana pemerintah terus menggunakan bom tersebut dengan dukungan Rusia, kata laporan tersebut.
Tetapi baik Suriah maupun Rusia sama-sama menyangkal memiliki bom curah.
Di Yaman, koalisi pimpinan Saudi menjatuhkan bom yang dipasok AS pada tahun 2017.

Tetapi Cluster Munition Coalition menyatakan serangan lanjutan kemungkinan besar tidak tercatat.
Konvensi PBBSepuluh tahun setelah konvensi PBB melarang penggunaan atau bantuan penggunaan bom curah, 120 negara telah menandatanganinya - meskipun tidak semuanya telah meratifikasi.
Negara-negara ini telah menghancurkan 99% simpanan senjata.
Tetapi usaha tersebut menjadi kurang berarti karena AS, Rusia, Israel, Pakistan, India dan Arab Saudi tidak ikut serta dalam kesepakatan itu.

Pihak militer tidak mau menghentikan penggunaan senjata ini, karena seorang pilot dapat menargetkan sebuah landasan pacu atau instalasi militer hanya dengan satu kali lewat - sehingga mengurangi risiko yang dihadapi pilot.
Tetapi karena catatannya mengisyaratkan senjata ini kurang bisa diandalkan, maka bom ini kemungkinan akan terus berisiko bagi warga sipil beberapa tahun setelah dijatuhkan.
"Bom curah menimbulkan bahaya besar bagi warga sipil saat digunakan, seperti yang terjadi di Suriah dan Yaman, tetapi sisa bom curah juga menimbulkan bahaya bagi warga sipil setelah konflik usai, seperti yang terjadi dengan Laos dan negara-negara lain," kata Jeff Abramson, koordinator laporan bom curah.
"Tindakan sangat perlu diambil di Suriah dan negara-negara lain dimana bom curah digunakan agar dapat segera mengidentifikasi dan membersihkan daerah terkontaminasi yang jika hal ini tidak dilakukan akan mengancam warga sipil yang tidak berdaya, terutama anak-anak, selama bertahun-tahun dan berpuluh tahun ke depan."
(ita/ita)