Islandia bulan lalu menyelenggarakan pemilihan umum, antara lain dipicu oleh suatu skandal tindak kekerasan terhadap perempuan.
Anggota dewan kota Reykjavik, Heida Bjorg Hilmisdottir kemudian membuka grup Facebook bernama I Skugga Valdsins (Dalam Bayangan Kekuasaan) sebagai tempat berbagi informasi tentang tuduhan-tuduhan pelecehan seksual ini.
- Wakil Ketua Parlemen Prancis mundur karena 'pelecehan seksual'
- 1 dari 5 wanita Prancis 'alami pelecehan seksual'
- Lebih dari 50% karyawan perempuan "mengalami pelecehan seksual di kantor"
Kini kelompok tersebut telah membagikan 136 pengakuan itu di grup media sosial itu, lapor surat kabar Morgunbladid.
Pernyataan media yang melengkapi penerbitan itu disertai tagar #MeToo, sebagai solidaritas terhadap kampanye internasional yang menentang pelecehan seksual yang dilakukan para laki-laki yang memegang jabatan atau memiliki kekuasaan karena posisi tertentu.
"Kami harap akan ada diskusi terbuka oleh partai-partai politik mengenai bagaimana kita dapat memperbaiki budaya partai," kata Heida, yang juga wakil presiden Aliansi Demokratik Sosial.
Berbagai kisah yang dipublikasikan sering kali sangat detil salah satunya adalah tentang anggota parlemen yang menuduh sejumlah anggota parlemen laki-laki yang menatap perempuan dengan pandangan tertentu untuk "mempermalukan dan membuat mereka gugup," demikian lapor lembaga penyiaran publik RUV.
- Saya dilecehkan secara seksual pada usia 11 tahun: Gerakan #metoo
- Dua dugaan pelecehan seks, mantan presiden George Bush Sr minta maaf
- Benarkah kejahatan seks di sekte Kristen Saksi Yehuwa 'disembunyikan'?
Banyak politisi laki-laki yang mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap luasnya permasalahan ini, kata Heida. Dan banyak pula perempuan di luar dunia politik yang menghubungi grup Facebook tersebut untuk mengisahkan pengalaman mereka.
Masyarakat mendesak agar para pelaku pelecehan seksual ini diungkap identitasnya.
"Budaya pelecehan seksual ini sama sekali tidak terbatas di dunia politik. Orang-orang sekarang menyadari bahwa masalahnya jauh lebih besar daripada yang mereka sadari," kata Heida Bjorg Hilmisdottir kepada Morgunbladid. (nvc/nvc)











































